Alami Start Buruk, Pecco Bagnaia Merasa Ada yang Ganjal Sejak Awal

Hikmawan Firdaus | Desyta Rina Marta Guritno
Alami Start Buruk, Pecco Bagnaia Merasa Ada yang Ganjal Sejak Awal
Pecco Bagnaia (Instagram/@pecco63)

Musim 2025 seakan menjadi periode penuh ujian bagi Pecco Bagnaia. Alih-alih tampil konsisten di papan atas seperti dua musim sebelumnya, juara dunia dua kali itu justru sering diterpa masalah teknis maupun nasib buruk di lintasan.

Episode terbaru terjadi di ajang sprint race MotoGP 2025 kemarin. Sejak awal, tanda-tanda positif pada Bagnaia sebenarnya sudah terlihat. Dia memulai balapan dengan posisi yang cukup menjanjikan, yakni dari posisi ketiga di grid.

Dengan modal itu, ia seharusnya punya peluang besar untuk ikut berebut podium. Namun sayangnya, begitu lampu start padam, masalah mulai datang. Ban belakang motornya tampak kehilangan kendali, membuatnya tergelincir dan tidak mampu melakukan start dengan baik. Dalam sekejap, Pecco yang semula berada di barisan depan harus merosot jauh ke posisi ke-14.

Situasi semakin sulit baginya. Alih-alih bangkit, ia justru makin tertekan ketika Jorge Martin dan Joan Mir berhasil melewatinya.

Bagnaia sempat mencoba menjaga performa dan berharap bisa menemukan kembali stabilitas yang dia inginkan, tetapi masalah teknis semakin terlihat. Desmosedici GP25 kali ini tampak tidak mau bekerja sama.

Hingga lap kedelapan, Pecco masih bertahan di lintasan dengan usaha keras untuk mengendalikan situasi. Namun, ketidakstabilan motor semakin terasa.

Pada titik itu, Bagnaia akhirnya harus mengambil keputusan untuk memilih menghentikan balapan lebih awal daripada mengambil risiko yang bisa berujung kecelakaan.

Usai turun dari motor, ekspresi kekecewaan terlihat jelas di wajahnya. Ia kemudian menjelaskan bahwa sejak sebelum balapan dimulai, sudah ada perasaan janggal dengan kondisi motornya. Menurutnya, sesuatu tidak bekerja sebagaimana mestinya.

"Saya memulai dengan sangat buruk, tapi sudah di lap pemanasan saya merasa sangat aneh pada roda belakang. Saat keluar dari Tikungan 3 di lap pemanasan, saya menyadari ada yang aneh. Motor mulai banyak berputar, bahkan saat saya di lintasan lurus," ujar Pecco, dilansir dari laman Motorsport.

Awalnya ia masih mencoba optimis, berpikir mungkin hanya masalah kecil yang bisa teratasi saat balapan berjalan. Akan tetapi, ketika gejala itu justru semakin parah di lintasan, Bagnaia tidak punya pilihan selain mundur.

"Setelah tiga putaran, ban belakang saya benar-benar habis. Saya mengalami guncangan hebat di lintasan lurus. Lalu saya tiba di Tikungan 1 tanpa rem karena guncangan tersebut membuat kampas rem terbuka. Saya memutuskan untuk berhenti karena menurut saya lebih dari ini sudah teralu berat. Saya hanya menunggu penjelasan dari para teknisi, karena sejujurnya ini cukup aneh. Saya butuh penjelasan agar lebih tau apa yang harus dilakukan," tambahnya.

Keputusan tersebut memang berat, apalagi Pecco yang selama musim ini sudah mengalami banyak masalah. Wajar jika dia terlihat frustrasi saat memasuki garasi Ducati karena dia gagal meraih hasil terbaik di sirkuit yang sudah 3 tahun dikuasainya.

Namun, bagi Pecco, keselamatan tetap prioritas. Ia lebih memilih mengakhiri sprint race tanpa poin ketimbang memaksakan diri dan berisiko jatuh. Kejadian ini sekaligus menambah panjang daftar kesulitan yang ia alami musim ini.

Kini, tantangan terbesar bagi Bagnaia bukan hanya memperbaiki kondisi teknis motor, tetapi juga menjaga mentalitas tetap kuat di tengah musim yang penuh ketidakpastian.

Meski kecewa, ia sadar bahwa perjalanan masih panjang. Yang jelas, insiden di Austria menjadi pengingat bahwa keberhasilan di MotoGP tidak hanya soal kecepatan, tetapi juga bagaimana seorang pembalap mampu bertahan menghadapi badai masalah yang datang silih berganti.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak