Penulis adalah manusia biasa yang lumrah dihinggapi berbagai masalah, termasuk masalah emosional. Karena itu, adalah wajar jika kita mengalami masalah-masalah tersebut.
Bukan sebuah aib jika kita mengalaminya. Itu sama saja dengan saat kita mengalami flu, diare atau demam. Selalu ada cara dan obat untuk sembuh.
Dalam bukunya Genius Menulis, Faiz Manshur menjabarkan berbagai permasalahan emosional yang biasa dialami penulis. Beliau menyarikannya dari pemikiran Jean B. Rosenbaum, seorang psikiatri asal AS.
Apa sajakah masalah-masalah emosional tersebut?
1. Perasaan-perasaan yang mencemaskan
Perasaan seperti ini populer disebut anxiety. Bentuknya bisa rasa takut akan penolakan terkait ide-ide yang hendak ia tuliskan, atau takut jika tulisannya tidak dihargai.
Solusi untuk masalah ini ialah dengan membentuk kepribadian yang stabil dengan banyak bergaul. Jika tidak bisa secara tatap muka, sapalah orang-orang di media sosial. Carilah orang-orang yang menempatkan keberanian di depan rasa takut mereka.
Para publik figur, penulis senior, atau mentor di kelas menulis yang Anda ikuti. Dari mereka kita bisa belajar bagaimana melatih keberanian sehingga mereka bisa berada di posisi mereka saat ini.
Cemas biasanya muncul karena ketidaktahuan kita akan sesuatu. Jadi dengan meluaskan perspektif dan pergaulan, kita akan mendapat cara pandang baru yang bermanfaat mengikis perasaan cemas tersebut.
2. Tidak bisa beristirahat
Masalah ini terkait dengan permasalahan kecemasan. Pikiran kita tidak bisa santai dan tenang, juga tidak mampu melakukan perenungan. Biasanya ini terjadi karena penulis belum memiliki arah hidup yang pasti.
Mereka menulis bukan karena panggilan jiwa, lalu ketika mengalami masalah atau penolakan, hal itu membuat mereka tidak percaya diri.
Untuk mengatasinya, sama seperti solusi nomor 1, perbanyaklah bergaul dan ngobrol dengan orang lain, sehingga kita bisa melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Jika kita memilih jalan kepenulisan, maka bersiaplah dengan segala kesulitannya. Bahwa menulis butuh perjuangan. Pemikiran dewasa seperti ini sedikit demi sedikit bisa memberi rasa tenang pada pikiran dan hati kita.
3. Ketidakmampuan membuat keputusan
Ini bisa jadi masalah serius karena akan membuat kita tidak bergerak kemana-mana. Waktu kita akan habis percuma hanya untuk memilih. Pada masa sekarang, media dan pilihan menulis semakin beragam.
Kita bisa menjadi penulis konten, penulis copy untuk penjualan, penulis bayangan, penulis blog, penulis buku, atau bahkan penulis serba bisa.
Setiap pilihan memiliki tantangannya sendiri, jadi memang tidak ada yang mudah, semua butuh perasan keringat, tetesan darah dan air mata.
Tentukan sekarang kita mau menjadi yang mana, pelajari dengan antusias ilmunya secara mendalam, praktikkan hingga mahir. Setelah itu, jika kita ingin menjadi penulis jenis lainnya, daurnya bisa diulangi dari awal lagi.
4. Mudah marah
Biasanya ini terjadi karena kita kurang istirahat, atau hubungan dengan orang lain yang kurang baik. Solusi untuk masalah ini ialah dengan mencatat hal-hal yang menyakitkan.
Dengan catatan itu akan ditemukan penyebabnya. Dengan demikian, kita bisa lebih awas jika tengah menghadapi pemicunya.
Solusi lainnya, anggaplah bahwa setiap hal atau situasi yang memancing kemarahan sama sekali tidak penting jika dibandingkan dengan pekerjaan yang harus kita selesaikan.
Setiap emosi adalah penting, termasuk amarah. Namun, jika amarah dilampiaskan dengan cara yang salah akan membawa kerusakan pada diri sendiri dan orang lain.
Setiap merasa emosi naik, tariklah nafas dalam-dalam, dan yakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.
5. Perasaan-perasaan menyedihkan
Perasaan seperti ini adalah bagian dari depresi. Rasa sedih yang mendalam terjadi karena kehilangan orang tercinta atau tidak mendapat hal yang diinginkan.
Butuh waktu untuk pulih dari kesedihan, tapi bukan berarti boleh berlarut-larut dan abadi di dalamnya.
Agar lebih cepat keluar dari kesedihan, banyaklah mendengarkan pesan-pesan motivasi hidup, bergaul dengan orang-orang yang senasib yang telah berhasil keluar dari kesedihan mereka, dan bertekadlah memulai langkah yang baru.
6. Insomnia
“Insomnia adalah gangguan yang merusak irama kehidupan Anda. Tidur dengan menggunakan pil obat tidur hanya merupakan solusi sementara saja dan tidak lantas memulihkan diri dari insomnia,” kata Rosenbaum.
Insomnia berkaitan erat dengan masalah emosional lain seperti kecemasan dan depresi. Namun kebanyakan pengidap insomnia malah menghindari tidur pada waktu seharusnya. Hal itu menyebabkan masalah insomnia makin sulit dihilangkan.
Ketahuilah bahwa tidak tidur pada malam hari merupakan faktor utama penurunan fungsi otak dan jantung serta pemicu penyakit seperti diabetes.
Jika gangguan insomnia terjadi karena kecemasan, maka solusinya, damaikanlah dahulu pikiran kita terutama di malam hari. Ada banyak cara untuk mendamaikan pikiran kita sebelum tidur, yaitu dengan jurnaling, membaca buku, atau melatih pernafasan.
Namun sebelum itu, kita harus punya tekad dulu untuk tidur di awal malam. Ingatlah bahwa malam diciptakan sebagai ‘selimut’ agar kita bisa istirahatkan tubuh dan pikiran.
Katakan pada diri sendiri, “Tenanglah, besok kita bisa berusaha lagi. Masih ada kesempatan. Kamu sudah bekerja dengan baik hari ini, kamu berhak untuk istirahat.”
Afirmasi untuk mengapresiasi diri sendiri semacam itu diperlukan jika kecemasan kita benar-benar mengganggu. Percayalah dengan ucapan Sai Baba ini, “Cepat-cepat tidur dan cepat-cepat bangun membuat orang sehat, kaya dan bijaksana.”
7. Kehilangan nafsu makan
Orang yang kehilangan nafsu makan berarti sedang kehilangan makna. Biasanya terjadi saat seseorang mengalami patah hati atau penolakan serta kehilangan.
Orang yang kehilangan makna akan eksistensi dirinya merasa bahwa kebutuhan seperti makan sudah tidak penting lagi.
Untuk mengatasinya, selain butuh waktu, maka kita harus menemukan kembali makna diri kita. Ingatlah bahwa kita berharga dan punya nilai. Mulailah menulis jurnal setiap malam.
Menulis jurnal dan menjawab pertanyaan-pertanyaan terbukti membantu banyak orang menemukan kembali makna hidup mereka.
8. Makan berlebihan
Kata Rosenbaum, “Makan secara berlebihan merupakan upaya untuk menghadapi rasa frustasi melalui sebuah cara yang primitif.”
Solusi untuk masalah ini ialah jangan jadikan pekerjaan menulis kita sebagai ajang frustasi hidup. Nikmati saja alur dan prosesnya. Hidup kita harus teratur, termasuk masalah makan. Sesuatu yang berlebihan itu selalu berujung dengan akhir yang kurang baik.
9. Keletihan
Kecemasan yang telah kronis bisa menguras banyak energi. Saat mengalami cemas, kita akan mengalokasikan energi ke tempat yang salah.
Faktor yang menyebabkan cemas biasanya berasal dari luar seperti penolakan, usaha yang selalu gagal, dan persaingan. Kita tertekan oleh ego yang merasa kalah, tidak berguna dan akhirnya menyerah.
Bagaimana mengatasinya? Rosenbaum menyarankan cara ini, “Jika Anda merasa lelah secara terus-menerus, maka lebih baik Anda mengambil tempat untuk beristirahat ketimbang menghadapi fakta-fakta untuk masalah-masalah emosional Anda...”
Beristirahatlah sejenak, tenangkan hati Anda dan pikirkan untuk memulai awal yang baru dengan semangat seorang pemula.
10. Berkurangnya rasa tertarik terhadap pekerjaan atau lingkungan
Hilangnya minat pada pekerjaan juga masih berhubungan dengan masalah keletihan. Saat Anda merasa begitu letih dan tak mampu menahannya lagi, hilanglah ketertarikan Anda untuk berusaha kembali.
Jika minat hilang, kita akan kehilangan banyak energi dan mengancam matinya kreativitas kita. Jangan sampai itu terjadi pada kita. Sebagai penulis, kreativitas adalah kunci untuk kita bertahan.
Solusi untuk masalah ini ialah serupa dengan masalah berlebihan makan. Jangan jadikan pekerjaan menulis sebagai ajang frustasi hidup. Nikmati alur dan prosesnya. Jangan berhenti hanya karena satu-dua kegagalan.
Kata Thomas Alva Edison, “Jangan kecewa apabila yang diperoleh tidak seperti yang diharapkan. Percaya bahwa semuanya adalah kesuksesan, bukan kegagalan. Mengapa saya punya banyak kesuksesan? Saya tahu banyak usaha yang gagal.”
Kegagalan adalah sebuah mata pelajaran hidup. Tujuannya agar kita belajar memperbaiki kesalahan-kesalahan serta tidak menyerah sebelum berhasil.
Itulah 10 masalah emosional penulis dan cara mengatasinya, seperti dirangkum dari buku Manshur, Faiz, 2012, Genius Menulis, Bandung: Nuansa Cendekia. Semoga bermanfaat.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS