Kekalahan menyesakkan harus dirasakan kembali oleh Anthony Ginting. Pada gim ketiga, Ginting yang sudah lebih dahulu meraih angka 19 justru kalah dari Kunvalut Vitidsran, pebulu tangkis asal Thailand. Momen ini terjadi pada babak perempat final China Open 2024 yang digelar pada Jumat (20/9/2024).
Kekalahan ini ini jelas sangat mengecewakan bagi pendukung bulu tangkis Indonesia. Harapan mereka menyaksikan Ginting andalan nomor tunggal putra Indonesia raih gelar pertamanya di tahun 2024, pupus. Ginting dan para penggemar harus melupakan harapan itu.
Secara hitungan, seharusnya China Open 2024 menjadi kesempatan besar Ginting untuk meraih gelar. Pasalnya beberapa nama yang selama ini menjadi momok Ginting sudah gugur di babak awal.
Viktor Axelsen, pebulu tangkis Denmark yang selalu menjadi momok Ginting telah tumbang di tangan Lei Lan Xi di babak awal, Rabu (18/9/2024). Situasi ini paling tidak menjadi angin segar bagi Ginting.
Shi Yu Qi, yang menjadi lawan Ginting di babak 16 besar pun dalam keadaan tidak fit. Terbukti Shi Yu Qi tidak berkutik di tangan Ginting di babak 16 besar. Cedera yang dideritanya membuat permainannya tidak berkembang sama sekali.
Di luar 2 sosok itu, secara hitungan Ginting seharusnya mampu melewati. Apalagi pasca Olimpiade Paris 2024, Ginting banyak istirahat. PBSI baru menurunkannya dalam 2 ajang terakhir, Hong Kong Open 2024 dan China Open 2024.
Situasi yang demikian mendukung ini ternyata justru tidak dapat dimanfaatkan Ginting dengan sebaik-baiknya. Kekalahan dramatis dari peraih medali perak Olimpiade Paris 2024 menjadi sesuatu yang patut disesali. Padahal di gim ketiga, Ginting selalu mampu memimpin angka.
Di laman resmi PBSI, pbsi.id Jumat (20/9/2024), Ginting mengatakan bahwa kondisi lapangan menjadi salah satu faktor kekalahan. Dan hal ini pun dialami Kunvalut saat di sisi lapangan tersebut.
Namun apa pun alasan Ginting, di tahun 2024 ini belum satu pun gelar mampu diraihnya. Satu-satunya gelar tertinggi dicapai sebagai runner-up All England 2024. Selebihnya nirgelar, bahkan di beberapa even tidak jarang Ginting tersingkir di babak 32 besar.
Hal ini tentu saja menjadi keprihatinan semua pihak, terutama PBSI. Sebab di negara lain, regenerasi di nomor tunggal putra telah terjadi.
Beberapa negara telah memiliki para pemain pelapis yang prestasinya semakin bagus. Sementara Indonesia masih bertumpu pada Ginting dan Jonatan Christie.
Jika hal ini terus berlanjut, potensi nama Indonesia di nomor tunggal putra bulu tangkis dunia terhapus, sangat besar. Bagaimana pun juga Ginting dan Jojo ada masa keemasannya.
Viktor Axelsen yang selama ini perkasa saja mulai mengalami kekalahan di beberapa ajang. Sementara para pemain muda dari negara lain mulai bermunculan.