Timnas Indonesia akan menghadapi salah satu laga paling penting dan sarat beban sejarah saat bertemu Malaysia dalam laga penutup Grup A Piala AFF U-23 2025. Laga ini dijadwalkan berlangsung hari Senin (21/7/2025) malam di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK).
Meski Indonesia berada di posisi lebih menguntungkan pada klasemen sementara dengan koleksi enam poin dari dua kemenangan, bayang-bayang catatan head to head yang kurang bersahabat membuat pertandingan ini tak bisa dianggap enteng.
Dalam lima pertemuan terakhir sejak tahun 2011, Timnas Indonesia U-23 belum pernah sekalipun meraih kemenangan atas Malaysia. Justru, skuad Harimau Muda mencatat empat kemenangan dan satu hasil imbang, yang menunjukkan dominasi jelas di lapangan. Bahkan melansir suara.com, Garuda Muda mengalami kekalahan tipis 1-2 di pertemuan terakhir.
Catatan tersebut menandakan betapa beratnya tantangan yang akan dihadapi Garuda Muda kali ini, meski tampil di kandang sendiri dan berada di posisi atas klasemen. Dalam sejarah pertemuan, Malaysia kerap jadi batu sandungan sulit, bahkan di saat performa Indonesia sedang naik.
Secara keseluruhan, Garuda Muda sebenarnya memiliki catatan seimbang dalam sejarah melawan Malaysia U-23 dengan empat kemenangan, empat kekalahan, dan satu hasil imbang. Namun dalam konteks lima tahun terakhir, dominasi Malaysia sangat terasa dengan koleksi gol yang lebih banyak dan penguasaan permainan yang efektif.
Fakta lain yang tak bisa diabaikan adalah bahwa sejak ajang Piala AFF U-23 bergulir, Indonesia belum pernah menang dalam waktu normal pertandingan saat menghadapi Malaysia. Dalam enam pertemuan resmi, hasilnya adalah tiga kekalahan dan tiga hasil imbang.
Berpeluang Benahi Rekor Pertemuan, Timnas Indonesia Tak Boleh Terpeleset
Meskipun tekanan sejarah membayangi, pasukan Merah Putih tetap punya kans besar untuk mengubah narasi. Di atas kertas, Garuda Muda hanya membutuhkan hasil imbang untuk memastikan tempat di semifinal sebagai juara Grup A.
Sementara itu, Malaysia wajib menang dengan selisih dua gol untuk bisa menjaga peluang mereka. Ini berarti Indonesia sebenarnya punya ruang aman. Namun bukan berarti tanpa risiko.
Selain menyoroti psikologis pemain, Vanenburg juga menekankan pentingnya efektivitas penyelesaian akhir, yang masih menjadi pekerjaan rumah dalam dua laga sebelumnya. Meski mendominasi penguasaan bola dan menciptakan banyak peluang, Garuda Muda dinilai belum sepenuhnya optimal dalam menuntaskan serangan.
Di sisi lain, keunggulan Indonesia dalam hal performa turnamen bisa jadi kunci. Tim ini pernah menjadi juara Piala AFF U-23 pada 2019 dan menunjukkan konsistensi dalam ajang regional. Sebaliknya, Malaysia lebih sering tampil kuat di pertemuan langsung, namun belum mampu menandingi prestasi Indonesia secara keseluruhan.
Kemenangan dalam laga nanti malam akan menjadi sangat krusial, bukan hanya demi tiket semifinal, tapi juga sebagai momentum pembuktian bahwa Indonesia telah berkembang dan mampu melawan tekanan sejarah.
Stadion Utama Gelora Bung Karno diprediksi bakal penuh dukungan dari suporter yang berharap Timnas bisa tampil lepas dan percaya diri. Energi dari tribune diharapkan menjadi kekuatan tambahan yang mengangkat semangat para pemain.
Skenario apapun bisa terjadi, tetapi Jens Raven CS tak boleh lengah. Sedikit kesalahan bisa berakibat fatal, mengingat Malaysia memiliki motivasi tinggi dan tekanan besar untuk menang.
Gerald Vanenburg dan jajaran pelatih dituntut pintar mengatur tempo dan menjaga stabilitas permainan agar tak terpancing permainan keras atau provokasi yang bisa saja muncul dari lawan.
Di saat bersamaan, keberanian untuk bermain menyerang tetap harus dijaga. Bermain bertahan demi hasil imbang justru bisa jadi bumerang dan mengulangi kegagalan dari tahun-tahun sebelumnya.