Kalau ada penobatan pembalap MotoGP paling bernasib sial musim ini, nama Joan Mir mungkin akan menjadi kandidat terdepan atau bahkan bisa saja keluar sebagai pemenangnya.
Sulit untuk menjelaskan, mungkin untuk Mir sendiri ini terlalu sakit jika dibahas, mengingat perjalanan karier Joan Mir dalam beberapa tahun terakhir benar-benar berbalik arah.
Setelah mencapai puncak kejayaan dengan meraih gelar juara dunia tahun 2020 bersama Suzuki, kini Mir harus menghadapi kenyataan pahit, yakni terjebak di dalam situasi sulit bersama Honda sejak ia bergabung pada 2023.
Kedatangannya ke Honda kala itu dibarengi harapan besar. Seperti halnya setiap pembalap lain yang menandatangani kontrak dengan tim baru, tentu memimpikan awal yang manis, mengangkat performa tim, memperebutkan podium, bahkan meraih kemenangan.
Namun, cerita Mir berbeda jauh dari bayangan tersebut. Saat ia tiba, Honda justru berada di titik terendah dalam performa, dan sayangnya, hingga kini belum ada tanda-tanda kebangkitan yang signifikan.
Hasil yang diraih Mir pun terlihat memprihatinkan. Pada musim 2023, ia hanya mampu mengakhiri kompetisi di peringkat ke-22 klasemen akhir.
Setahun kemudian, posisinya memang naik, tetapi hanya satu tingkat, berhenti di urutan ke-21. Memasuki musim 2025, performanya pun belum banyak berubah, hingga jeda paruh musim ini, ia berada di posisi ke-19, jauh dari harapan semua orang, termasuk dirinya sendiri.
Paruh pertama musim ini juga diwarnai cobaan berat. Mir berkali-kali tersungkur dari motornya, total mencapai 15 kali kecelakaan.
Dalam keterangannya, ia mengakui sebagian insiden memang diakibatkan oleh kesalahannya sendiri. Namun, ia menegaskan bahwa tidak semuanya adalah tanggung jawab pribadinya.
"Saya pikir itu adalah paruh pertama musim dengan banyak kecelakaan, beberapa di antaranya adalah kesalahan saya dan yang lainnya bukan. Saya mencoba belajar dari kesalahan-kesalahan yang saya buat, tapi untuk kesalahan-kesalahan yang lain saya tidak bisa belajar darinya," ujar Mir, dilansir dari laman Crash.
Pembalap asal Spanyol ini juga menjelaskan bahwa salah satu penyebab Honda sering terlibat dalam kecelakaan pembalap lain adalah karena Honda sendiri tak memiliki tenaga untuk bersaing. Kemampuan mengerem mereka juga lebih lambat dari yang diharapkan.
Meski terjebak dalam situasi yang sulit, Mir masih berusaha menumbuhkan optimisme. Usai jeda paruh musim, ia mengungkapkan harapannya untuk terus melanjutkan perjuangan di sisa musim.
Dia menyadari tantangan yang dihadapinya tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga mental. Setiap kali terjatuh, ia harus membangun kembali kepercayaan diri dan motivasinya. Baginya, bertahan di tengah tekanan seperti ini adalah bentuk perjuangan tersendiri.
"Saya hanya berharap memiliki kekuatab untuk terus berjuang seperti yang saya lakukan, dan saya yakin Honda akan memberikan sesuatu yang akan membantu saya bersaing dengan yang lain," katanya.
Kisah Joan Mir bersama Honda adalah gambaran betapa ketat dan kejamnya persaingan antar pembalap dan tim di MotoGP berputar. Mir yang dulunya pembalap tercepat dunia pada 2020, ia kini berjuang keras untuk sekadar berada di papan tengah. Namun, satu hal yang tidak berubah adalah tekadnya.
Meski berulang kali tersandung, ia tetap berusaha menemukan cara untuk bangkit, sebuah sikap yang membuktikan bahwa dalam balapan, kemenangan bukan hanya soal siapa yang tercepat, tetapi juga siapa yang mampu bertahan paling lama.
Semua pembalap MotoGP, khususnya Honda, memang sedang berjuang untuk hasil terbaik. Bagi Mir hasil terbaik itu mungkin bukan berupa kemenangan atau gelar, melainkan hanya sekadar finis saja atau bisa finis di 10 besar. Nah, kalau menurut kalian, bisa tidak Joan Mir dan Honda membalikkan keadaan di sisa waktu musim 2025 ini?