Sempat Jatuh, Jorge Martin Tak PD Lagi Jelang MotoGP Austria 2025

Sekar Anindyah Lamase | Desyta Rina Marta Guritno
Sempat Jatuh, Jorge Martin Tak PD Lagi Jelang MotoGP Austria 2025
Jorge Martin (Instagram/88jorgemartin)

Menjelang balapan di Red Bull Ring, Jorge Martin tengah menghadapi situasi yang cukup pelik. Pada sesi latihan bebas pertama, pembalap asal Spanyol itu masih bisa menutup hari di posisi kedelapan.

Namun, ketika memasuki sesi practice, grafik performanya justru menurun drastis hingga terperosok ke urutan keenam belas. Kondisi tersebut membuatnya gagal lolos langsung ke babak Q2, sesuatu yang tentu merugikan mengingat peran Q2 begitu vital untuk menentukan peluang start di grid depan.

Masalah Martin tidak berhenti sampai di situ. Di tengah sesi practice ia sempat terjatuh, untungnya insiden tersebut tidak berujung pada cedera serius, sehingga ia masih bisa melanjutkan akhir pekan balapan.

"Saya baik-baik saja, saya lega. Ini kecelakaan pertama sejak Qatar dan bahkan meminta Alpinestars untuk mengurangi airbag karena saya takut akan menghancurkan tulang rusuk saya. Untungnya semua berjalan lancar, saya turut berduka cita untuk tim. Itu kecelakaan yang parah dan motornya rusak parah," ujar Martin, dilansir dari laman GPOne.

Meski demikian, perasaan tidak nyaman mulai menghantui. Ia mengakui bahwa keyakinannya terhadap motor Aprilia RS-GP yang ditungganginya mulai goyah.

"Saya masih merasa motor saya tidak bagus, saya merasa sedang mengendarai motor, tapi saya tidak merasakan bagian depan motor menutup atau bergerak," katanya.

Ada sejumlah bagian trek yang membuatnya kesulitan, dan dari sebagian titik yang menantang, tikungan keempat menjadi momok paling besar menurut pengakuannya.

"T4 adalah yang terburuk, biasanya di T3 saya sangat kompetitif dan T1 tidak buruk. Sedangkan untuk T2, cengkeraman di bagian depan agak kurang, tapi T4 tetap menjadi titik yang paling rumit dan setelah kecelakaan itu saya kurang percaya diri untuk menghadapinya dengan sebaik-baiknya," tambah Martin.

Atas keraguan yang dia rasakan, Martin mencoba untuk lebih bijak dan dewasa dalam menghadapinya. Martin kemudian membandingkan perjalanannya dengan Marc Marquez. Dalam beberapa tahun terakhir, Marquez harus bergelut dengan badai cedera yang menghancurkan banyak momen emasnya.

"Dalam kasus Marc, dia menderita selama empat tahun sebelum kembali ke level ini. Ketika saya melakukan time attack, saya masih melakukannya di batas kemampuan, hanya saja sekarang saya berjuang untuk posisi lain, padahal sebelumnya saya berjuang untuk pole position. Saya masih ingin bertarung, tapi saya harus sabar, karena jika tidak risikonya adalah mengalami lebih banyak kecelakaan," jelasnya.

Martin menyadari bahwa situasinya tidak sedramatis kompatriotnya itu, tetapi bayangan tentang bagaimana karier bisa terhambat karena masalah fisik membuatnya berpikir lebih hati-hati. Dari sana, ia mencoba belajar bersabar, tidak terburu-buru mengambil risiko yang bisa berakibat fatal.

Kesabaran memang menjadi kunci utama bagi Martin saat ini. Sebagai seorang juara dunia, dia paham bahwa balapan tidak hanya soal kecepatan, tapi juga keamanan.

Karena itulah, meski posisinya di practice tidak ideal, ia memilih untuk tetap tenang dan bekerja sama dengan tim untuk menganalisis data. Tujuannya jelas, yakni untuk menemukan celah perbaikan agar performanya bisa kembali naik saat kualifikasi.

Balapan di Austria sendiri memiliki arti besar bagi Martin yang baru bangkit dari cedera panjang. Jika ia ingin menjaga peluang bersaing di papan atas klasemen, Martin harus bisa bangkit dari tekanan ini.

Ia sadar bahwa dukungan tim, mental yang kuat, dan strategi matang akan menentukan langkahnya. Kini, meski diliputi keraguan, ia memilih menatap ke depan dengan tekad untuk keluar dari situasi sulit ini tanpa mengulang kesalahan masa lalu.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak