Mantan pemain Timnas Indonesia, Oktovianus Maniani, angkat bicara terkait kasus Yakob Sayuri yang kembali menjadi korban rasisme dalam laga Malut United melawan Persita Tangerang.
Di situasi yang semakin membuat publik geram, ia menuntut PSSI untuk turun tangan secara tegas dan tidak lagi hanya menggaungkan kampanye tanpa tindakan nyata.
Dalam video berdurasi 15 menit yang diunggah lewat media sosial pada Selasa, Okto menyampaikan kekecewaannya terhadap terulangnya kasus diskriminasi di sepak bola nasional.
Ia menegaskan bahwa rasisme dalam olahraga apa pun seharusnya tidak mendapat ruang, apalagi di sepak bola yang mengusung persatuan dan sportivitas.
"Saya, Okto Maniani, mengecam semua bentuk tindakan rasisme dan berharap kepada federasi, PSSI, bertindak tegas," ujarnya sebagaimana diungkap Antara News, Selasa (9/12/2025).
Insiden yang menimpa Yakob Sayuri terjadi saat Malut United menghadapi Persita di Stadion Indomilk Arena pada Minggu (23/11/2025). Pelecehan bernada rasis tersebut kemudian menyebar luas di dunia maya, sehingga menuai kecaman dari berbagai pihak.
Okto mempertanyakan keseriusan PSSI dalam menjalankan kampanye anti-rasisme yang selama ini digembar-gemborkan. Ia menyebut bahwa kampanye tersebut terasa sekadar slogan, karena tidak diikuti tindakan konkret ketika insiden rasis terjadi di lapangan.
"Kampanye melawan rasisme dilakukan di mana-mana, tetapi mengapa semua orang diam saat Yakob Sayuri dibuli dengan rasisme yang terjadi berulang-ulang," tambahnya.
Mantan bintang Piala AFF 2010 itu juga mengingatkan bahwa ini bukan pertama kalinya Yakob dan saudara kembarnya, Yance Sayuri, mendapat serangan rasis. Pada awal Mei 2025, keduanya sempat menjadi sasaran pelecehan setelah laga melawan Persib dalam ajang Super League, namun tetap tidak menghasilkan tindakan berarti dari PSSI maupun operator liga.
Okto menuntut PSSI benar-benar menunjukkan keberpihakan kepada korban, bukan sibuk menjalankan kampanye yang hanya bersifat seremonial.
Menurutnya, Yakob telah memberikan segalanya untuk Timnas dan Indonesia. Karena itu, perlindungan terhadap pemain harus menjadi prioritas, termasuk dalam kasus pelecehan yang berulang kali menimpa para pemain asal Papua.
"Sebagai pemain nasional, Yakob Sayuri sudah memberikan segala-galanya untuk Indonesia. PSSI bukan sekadar menyumbarkan kampanye. Yakob adalah salah satu korban di antara banyak korban rasisme di sepak bola Indonesia. Tolong diperhatikan," tandasnya.
Desakan Aksi Nyata dari PSSI
Publik sepak bola Indonesia kini semakin mendesak PSSI untuk mengambil langkah nyata. Investigasi mendalam terhadap pelaku rasisme dinilai harus segera dilakukan agar kasus serupa tidak terulang di masa depan.
PSSI dinilai bisa memberikan sanksi berat seperti larangan seumur hidup memasuki stadion bagi pelaku rasisme. Langkah ini dianggap dapat memberi efek jera sekaligus menunjukkan komitmen dalam memerangi diskriminasi di dunia sepak bola.
Edukasi suporter juga menjadi salah satu fokus yang wajib diperhatikan, dengan melibatkan operator liga agar pengawasan lebih ketat. Teknologi anti-diskriminasi yang dianjurkan FIFA juga bisa menjadi solusi untuk membantu memantau perilaku suporter di stadion.
Seruan Okto Maniani pun mendapat dukungan luas dari publik, termasuk para pecinta sepak bola yang berharap liga Indonesia bisa berkembang tanpa bayang-bayang rasisme. Mereka sepakat bahwa tindakan diskriminatif sudah tidak bisa ditoleransi dan harus diberantas sampai akar.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS