Mimpi untuk melihat Indonesia berlaga di panggung Piala Dunia 2026 memang harus tertunda setelah Tim Garuda gagal melaju dari babak kualifikasi. Namun pelatih Timnas U-20 Indonesia, Nova Arianto menegaskan bahwa asa itu tak boleh pernah padam.
Kegagalan yang baru saja terjadi harus menjadi pelecut semangat untuk generasi-generasi pesepak bola selanjutnya. Hasil tersebut telah dipastikan setelah Indonesia menelan dua kekalahan krusial pada putaran keempat kualifikasi zona Asia pada Oktober lalu.
Bermain di Stadion King Abdullah Sport City, Jeddah, Skuad Garuda harus mengakui keunggulan Arab Saudi dan Irak. Situasi itu sekaligus menutup peluang emas untuk tampil di ajang sepak bola terbesar dunia.
"Di sepak bola kita tidak pernah tahu dengan apa yang akan terjadi. Memang kegagalan kemarin pastinya banyak orang kecewa. Tapi saya selalu minta jangan pernah lepas mimpi kita untuk bermain di Piala Dunia," ujar Nova kepada wartawan dalam jumpa pers Festival Sepak Bola Rakyat di Stadion Soemantri Brodjonegoro sebagaimana diungkap Antara News, Rabu (10/12/2025).
Bagi mantan asisten pelatih Shin Tae-yong ini, mimpi tersebut adalah kunci utama. Ia percaya bahwa mimpi yang kuat adalah energi yang akan mendorong persiapan yang lebih matang, terutama untuk pembinaan generasi-generasi penerus Timnas Indonesia.
"Karena mimpi itu yang akan membawa kita untuk kita bisa lebih mempersiapkan lagi lebih baik dari persiapan dari kami mana generasi-generasi selanjutnya," tambah pelatih yang kini fokus mengawal Timnas U-20 tersebut.
Nova Arianto sendiri memiliki pengalaman mendalam dalam perjalanan kualifikasi Piala Dunia 2026. Ia pernah menjadi bagian penting dari staf kepelatihan Timnas Senior Indonesia selama lima tahun, mendampingi Shin Tae-yong dalam total 57 pertandingan.
Perjalanan Nova bersama Timnas Senior harus berakhir setelah PSSI tiba-tiba memutuskan memberhentikan Shin Tae-yong pada Januari tahun ini. Momen tersebut terjadi setelah Indonesia menyelesaikan enam pertandingan di putaran ketiga babak kualifikasi, di mana Garuda berhasil mencatatkan satu kemenangan dan menempati posisi ketiga Grup C di bawah raksasa Asia, Jepang dan Australia.
Kegagalan Timnas Senior ini sangat terasa dampaknya di kalangan suporter. Kekalahan 2-3 dari Arab Saudi dan 0-1 dari Irak di Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 menyisakan luka mendalam.
Reaksi dan Kritik Keras Suporter Pasca-Kegagalan
Kekecewaan memuncak pada pertengahan November ketika kelompok suporter Ultras Garuda bahkan mendatangi kantor PSSI di GBK. Mereka datang dengan atribut serba hitam dan membawa spanduk yang berisi tuntutan. Salah satu sorotan utama adalah keputusan PSSI memecat Shin Tae-yong saat tim masih berjuang, serta penunjukan Patrick Kluivert yang dinilai gagal memenuhi ekspektasi.
Tak hanya PSSI, Patrick Kluivert pun menjadi sasaran kritik tajam. Pelatih asal Belanda ini dikecam karena tidak menyampaikan permintaan maaf secara eksplisit usai kegagalan, meskipun ia mengaku bertanggung jawab penuh.
Para penggemar semakin geram dengan sikap Kluivert yang memilih langsung pulang ke Belanda tanpa menyapa suporter di stadion, yang dinilai sebagai "dosa besar." Frustrasi atas strategi dan hasil buruk tercermin dari ramainya tagar seperti #KluivertOut di berbagai platform media sosial.