Kearifan lokal menjadi salah satu bentuk dari kekayaan Negara Indonesia yang dibanggakan hingga dikenal oleh mancanegara karena keunikannya sendiri. Salah satu kearifan lokal yang populer hingga saat ini, yaitu Tari Saman yang merupakan tari adat yang berasal dari suku Gayo di Kota Aceh.
Tari ini memiliki keunikan yang tidak dimiliki oleh kesenian lainnya, di mana pertunjukkan Tari Saman tidak diiringi oleh alat musik atau lagu, melainkan diiringi dengan nyanyian merdu oleh para penari, serta gerakan tariannya yang sangat kompak dan seirama sehingga mampu memukau para penonton.
Tidak hanya itu, Tari Saman pun telah mendapatkan pengakuan dari pihak UNESCO sebagai warisan budaya dunia, bahkan telah ditetapkan adanya hari peringatan Tari Saman yakni pada tanggal 24 November.
Perkembangan tari saman
Pada awalnya, Tari Saman hanya memiliki fungsi keagamaan dan hiburan, di mana tarian ini dipertunjukkan ketika memperingati Hari Raya Idulfitri dan Maulid Nabi. Selain itu, adanya penggunaan ungkapan kata “assalamu alaikum” yang diucapkan pada setiap awal pertunjukan sebagai pembukaan, ketika hal ini melambangkan pengucapan salam kepada para penonton sebagaimana diajarkan menurut ajaran agama Islam.
Dari segi hiburan, Tari Saman merupakan sarana hiburan bagi para penonton melalui pertunjukkannya yang mampu memukau para penonton atas kekompakan dan keindahan gerakan tarian tersebut. Kemudian, seiring dengan perkembangan zaman, penyebaran Tari Saman semakin meluas hingga dikenal dan digemari oleh mancanegara. Selain itu, fungsi yang dimiliki oleh Tari Saman pun menjadi bervarian, seperti fungsi pelestarian budaya yang diimplementasikan melalui syairnya sendiri.
Mekanisme tari saman
Penari dalam Tari Saman pada awalnya hanya diperbolehkan bagi kaum pria, namun seiring dengan perkembangannya maka kaum wanita juga diperbolehkan untuk menjadi penari, ketika biasanya terdapat lebih dari 11 orang jumlah penari dalam Tari Saman.
Selain itu, gerakan dalam tari Saman mengutamakan gerakan dari tangan, badan, dan kepala penari, serta dengan posisi duduk penari yang bertumpu pada kedua kakinya di lantai. Gerakan Tari Saman memiliki urutan penyajian yang berupa gerakan pembuka, gerakan inti, hingga gerakan penutup.
Gerakan pembuka dimulai dengan memberikan salam pembukaan menggunakan kata “Assalamualaikum” yang diikuti oleh gerakan penari yang meletakkan kedua tangan di depan dada dan bersimpuh. Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan inti, di mana gerakan ini cukup bervariasi yang berupa gerakan menepuh dada, paha, ataupun tangan.
Gerakan tersebut pun diiringi oleh posisi para penari yang cukup bervariatif, ketika penari pun harus dapat melakukan gerakan dengan sinkron dan konsisten. Gerakan Tari Saman pun diakhiri dengan memberikan salam penghormatan yang menandakan bahwa pertunjukkan telah berakhir, di mana posisi badan para penari setengah berdiri dengan tangan mereka yang berada di atas dada.
Nilai pancasila dalam tari saman
Seiring dengan berkembangnya globalisasi dan budaya modernisasi yang memasuki wilayah Negara Indonesia, maka hal tersebut dapat mempengaruhi budaya Indonesia yang semakin memudar dikarenakan kebanyakan masyarakat yang lebih bangga akan budaya internasional dibandingkan dengan budaya tanah airnya sendiri.
Sepatutnya, masyarakat Indonesia dapat menyadari akan kearifan lokal Indonesia yang beragam dan telah terkenal hingga ke mancanegara, seperti halnya Tari Saman yang menjadi salah satu budaya kebanggaan Negara Indonesia.
Dengan demikian, budaya Tari Saman perlu dilestarikan dan dikembangkan dengan masyarakat Indonesia yang turut berpartisipasi melalui implementasi nilai-nilai Tari Saman yang sesuai dengan nilai Pancasila yang relevan di kehidupan saat ini.
Nilai dari sila pertama Pancasila dapat tercerminkan dari posisi duduk para penari Saman yang bertumpu pada kedua kakinya itu melambangkan postur pada saat melakukan ibadah sholat agama Islam dan hendak bersujud kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Nilai kemanusiaan dalam tari Saman tercerminkan dari sikap saling menghormati yang ditunjukkan melalui gerakan tunduk kepala oleh penari sebagai bentuk penghormatan kepada para penonton.
Unsur kekompakan dalam setiap gerakan Tari Saman itu mampu mencerminkan rasa persatuan yang dimiliki oleh para penari karena apabila mereka tidak mewujudkan persatuan dalam gerakan tariannya, maka pertunjukkan ini akan menjadi hancur dan tidak seirama.
Sama halnya apabila masyarakat Indonesia tidak mampu mewujudkan persatuan dengan segala perbedaan, maka itu akan berdampak kepada Negara Indonesia yang akan terpecah belah.
Pola melengkung dalam Tari Saman melambangkan kehidupan masyarakat yang rukun dan bermusyawarah, di mana hal ini mencerminkan nilai Pancasila pada sila keempat yang berupa kerakyatan. Selain itu, pola garis horizontal dalam Tari Saman juga dapat melambangkan nilai Pancasila pada sila kelima yang berupa keadilan sosial melalui makna pola garis tersebut, yaitu adanya hubungan yang baik dan adil antar sesama manusia.
Melalui nilai-nilai tersebut, diharapkan bahwa masyarakat Indonesia dapat memetik ajaran tersebut dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Maka melalui penerapan nilai-nilai Tari Saman dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang relevan dengan nilai Pancasila, sekiranya dapat melestarikan kebudayaan Tari Saman.
Oleh: Ovelia Lukita Suhamdy (Accounting 2A -13202010027 - Universitas Prasetiya Mulya)
Dengan Bimbingan Dr. Naupal S. S, M.Hum.
REFERENSI
Bahry, M.Pd., D. R., Dewi Wanti, S.S, MSP, I., & Lestari, M.Si., T. (2014). Saman Kesenian
dari Tanah Gayo (1st ed.) [E-book]. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan: Jakarta.
Masbidin.net. (2021, May 31). Macam-macam Tarian Tradisional Daerah dan Penjelasannya. Diakses pada tanggal 23 Juni 2021, dari https://masbidin.net/macam-macam-tarian-daerah-dan-penjelasannya/