3 Realita yang Harus Diakui dari Kasus Baim Wong dan Kakek Suhud

Hernawan | Mohammad Azharudin
3 Realita yang Harus Diakui dari Kasus Baim Wong dan Kakek Suhud
Baim Wong dan Kakek Suhud [Instagram/baimwong]

Apa yang dilakukan Baim Wong terhadap orang tua yang mengikutinya menuai banyak kecaman dari warganet. Sampai tulisan ini dibuat, kata kunci ‘Baim’ viral dan masih menjadi salah satu tren populer di Twitter dengan 5.000-an lebih cuitan.

Untuk yang belum tahu, jadi seperti ini kronologi kasus Baim Wong dan kakek Suhud. Berdasarkan beberapa video, Baim Wong telah dibuntuti oleh seorang kakek yang mengendarai sepeda motor. Katanya sih, si kakek sudah ngikutin Baim Wong lumayan lama, sejak sebelumsampai di rumahnya. Karena merasa risih, Baim Wong pun memarahi si kakek dan berucap bahwa tujuannya hanya semata-mata minta uang.

Si kakek lantas menyanggah perkataan Baim Wong tersebut. Pasalnya, niat dia sebenarnya cuma mau nawarin barang dagangan. Oke, kerisihan Baim Wong karena dibuntuti terus-terusan adalah sebuah hal yang wajar, manusiawi. Saya, atau bahkan mungkin kita semua, pasti akan merasakan hal yang sama jika dibuntuti oleh seseorang dalam waktu yang lama.

Perasaan risih tersebut menurut saya pribadi mungkin adalah representasi dari kewaspadaan Baim Wong. Kaitannya dengan hal ini, Quraish Shihab pernah menafsirkan surat al-Hujurat ayat 12.

Penggalan terjemahnya kurang lebih begini, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa". Quraish Shihab menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘sebagian prasangka’ dalam ayat tersebut adalah suuzhan (prasangka buruk). Sementara itu, sebagian prasangka yang lain itu penting untuk kewaspadaan. Begitu papar beliau seperti dikutip oleh Habib Ja’far.

Namun, perlu dipahami bahwa nggak semua yang dilakukan oleh Baim Wong dalam kasus tersebut benar. Bila ditelaah lebih dalam, ada beberapa realita dari kasus tersebut yang mau nggak mau harus kita akui. Buat para fans garis keras Baim Wong, buka mata Anda sejenak. Berikut beberapa realita yang dimaksud.

1.  Konsekuensi yang Harus Diterima Baim

Momen Baim Wong cium tangan Kakek Suhud [instagram]
Momen Baim Wong cium tangan Kakek Suhud [instagram]

Apa yang dialami Baim Wong sebenarnya masih memiliki relevansi dengan apa yang dikatakan Uncle Ben, “With great power, comes great responsibility”. Bagi yang belum tahu maknanya, silakan tanya ke orang-orang yang sudah nonton film Spider-Man (2002). 

Apa yang dilakukan Baim selama ini, membuat konten bagi-bagi kepada kaum kelas ekonomi bawah, secara tidak langsung telah membangun persepsi masyarakat terhadap dirinya. Masyarakat khususnya mereka yang berada di kelas ekonomi bawah menganggap bahwa Baim Wong adalah orang yang baik, peduli, dermawan. Bahkan mungkin juga dianggap sebagai juru selamat a.k.a messiah. Bisa jadi, mereka merasa lebih bahagia ketika melihat Baim Wong lewat daripada Presiden Jokowi.

Mereka menaruh harap bahwa Baim Wong akan memberi sedekah pada mereka, layaknya apa yang ia lakukan di konten-kontennya. Nah, salah satu contoh dari hal tersebut bisa dilihat dari kasus yang dijelaskan di atas.

Entahlah, saya sendiri kurang paham apakah si kakek beneran cuma niat nawarin dagangannya ke Baim atau dalam lubuk hatinya tebersit harapan dapat uluran tangan dari Baim. Tapi, yang jelas hal tersebut adalah konsekuensi yang harus diterima sosok artis populer tersebut.

Baim Wong tentu saja nggak bisa hanya menyalahkan si kakek yang terus saja membuntutinya. Sebab, hal tersebut juga merupakan buah dari apa yang ia lakukan di konten-kontennya. Kendati demikian, cara yang ditempuh si kakek juga nggak bisa dibenarkan.

Apa yang terjadi pada Baim nggak beda jauh dengan Arief Muhammad, sang penggagas tren ikoy-ikoyan. Ketika ada seorang warganet meminta suatu hal yang terkesan muluk-muluk, ia nggak bisa sepenuhnya menyalahkan warganet tersebut.

Bagaimana pun, Arief Muhammad juga turut andil secara tidak langsung membuat warganet tadi bersikap seperti itu. Sekali lagi, memang benar apa yang dikatakan Uncle Ben. Dan, diakui atau tidak, segala sesuatu pasti memiliki risiko termasuk juga kasih sayang. Seperti yang pernah didawuhkan Uchiha Itachi, “Risiko dari kasih sayang adalah kebencian”. Jadi, intinya kita semua mesti berkenan tanggung jawab terhadap apa yang telah kita lakukan.

2.  Hukum Rimba

Baim Wong menasehati kakek yang menawari dagangannya (TikTok)
Baim Wong menasehati kakek yang menawari dagangannya (TikTok)

Salah satu hal yang cukup banyak dikomentari oleh warganet adalah wajah si kakek yang diperlihatkan dengan sangat jelas, tanpa sensor sedikit pun. Bahkan ada bagian di mana kamera close up ke wajah si kakek.

Terlepas dari itu konten settingan atau bukan, tetap saja hal tersebut kurang bijaksana. Hal ini bisa kita baca sebagai praktik hukum rimba dalam realitas sosial. Baim Wong di sini tentu saja berperan sebagai pihak yang kuat. Dia punya kekuatan yang besar, mulai dari posisinya sebagai publik figur yang punya banyak follower, punya tim, punya harta yang melimpah. Sementara si kakek? Dia sama sekali nggak punya sedikit pun kekuatan untuk melawan. 

Berbekal kekuatan yang begitu besar tersebut, Baim bisa melakukan apa pun untuk menekan si kakek. Salah satunya adalah dengan mempublikasikan konten yang ia buat, di mana dalam konten tersebut ada si kakek. Mungkin niat Baim mempublikasikan kontennya tersebut baik, bisa jadi ia hendak mengedukasi warganet (atau mungkin orang-orang yang berada di kelas ekonomi bawah) supaya tak melakukan hal yang sama dengan si kakek.

Sayangnya, apa yang dilakukan Baim kurang mewakili niat baiknya. Atau bisa jadi Baim ingin membalas perbuatan si kakek yang telah mengusik privasinya. Masalahnya, pembalasan Baim tersebut kelewat batas banget. Ini menjadi bukti bahwa pihak yang kuat bisa melakukan apa saja, sementara yang lemah diam tak berdaya. Seperti halnya kasus perampokan bansos yang sekarang udah nggak ada baunya aja.

3. Nir-kemanusiaan

Kakek Suhud. [YouTube/Langit Entertainment]
Kakek Suhud. [YouTube/Langit Entertainment]

Mulanya, apa yang dilakukan bisa dimaklumi. Dia risih karena terus saja dibuntuti. Selepas memarahi si kakek, Baim Wong lalu menunjuk pada para tukang ojek yang ada di sekitaran rumahnya dengan berkata pada si kakek, “Tuh, kayak mereka tuh! Kerja!”.

Baim Wong kemudian memberi para tukang ojek itu sejumlah uang. Di sini saya merasa Baim telah kehilangan predikatnya sebagai manusia. Semestinya, jika memang Baim enggan memberi pada si kakek, setidaknya jangan sampai membuat malu dengan cara yang seperti itu lah. Siapa pun akan sakit hati banget lah kalo digituin. Buat para fans garis keras, masa’ kalian mau membenarkan perilaku Baim tersebut?

Lantaran apa yang dilakukannya tersebut, tak sedikit warganet yang menganggap bahwa Baim Wong memberi pada orang-orang yang kurang beruntung selama ini hanya demi konten, hanya demi ad sense, hanya demi mendapat perhatian supaya dianggap baik oleh viewers. Bahkan ada yang beranggapan bahwa Baim Wong memanfaatkan kesusahan orang lain demi kemakmuran dirinya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak