Memori 2021: Gempa Sulbar 6,2 Magnitudo, Kemanusiaan, dan Kenangan

Hernawan | Budi Prathama
Memori 2021: Gempa Sulbar 6,2 Magnitudo, Kemanusiaan, dan Kenangan
Foto penyaluran bantuan korban gempa 6,2 di Sulbar (DokPribadi/@budi.prathama).

Gempa SULBAR 6,2 Magnitudo pada 15 Januari 2021, telah menjadi kenangan bagi masyarakat Sulawesi Barat, khususnya Kabupaten Majene dan Mamuju. Tentu semua tahu bahwa bencana tersebut menjadi salah satu peristiwa besar yang juga pernah terjadi di Indonesia. 

Ratusan nyawa yang menghilang dari kejadian itu, kerugian harta benda pun hangus, sehingga banyak orang-orang yang merasa terpanggil untuk membantu masyarakat SULBAR yang tengah tertimpa bencana. Peristiwa itu telah mempertontonkan tenda-tenda posko pengungsian yang sedang dilanda kesedihan dan keprihatinan. 

Tentu tak perlu diperdebatkan lagi, kesedihan mereka adalah kesedihan kita bersama, sehingga bantuan untuk menormalisasi kembali korban datang secara berbondong-bondong. Relawan dari berbagai daerah turun langsung di lapangan untuk ikut membantu, dengan harapan agar dapat mengurangi beban korban. 

Bersama kawan seperjuangan di organisasi, kami juga menggalang dana dan membuka  posko bantuan di sekretariat GMNI, yang nantinya akan disalurkan. Bantuan pun datang dari berbagai daerah, seperti bantuan pakaian, sembako, uang, dan perlengkapan lainnya, dengan harapan setidaknya dapat mengurangi beban korban. 

Saya bersama kawan GMNI berangkat ke Ulumanda, Kabupaten Majene, untuk menjadi relawan korban di sana sebagai salah satu pusat terparah juga. Di sepanjang perjalanan, puluhan rumah roboh, perjalanan yang macet, bahkan tanah longsor pun menghalangi jalan kami. 

Waktu itu, kami akan menuju ke kampung Tammerimbi, Ulumanda. Kampung yang sangat sulit dijangkau kendaraan akibat longsor yang menghantam jalanan. Akhirnya, terpaksa kami harus jalan kaki, di samping itu pula ada juga motor terpaksa diangkat untuk lebih mempermudah penyaluran bantuan ke korban di Temmerimbi. 

Di kampung Tammerimbi, dinding tembok banyak yang lumpuh, saat malam hari tiba pemandangan terlihat gelap, akibat listrik yang terputus. Masyarakat tak ada lagi yang tinggal di rumah, mereka semua mengungsi yang hanya beratapkan tenda terpal. 

Hal itu membuat kami tidak hanya datang untuk membawa bantuan saja. Bahkan, kami juga memasang tenda posko bantuan dan berbaur dengan tenda masyarakat. Banyak hal yang dapat kami dapatkan, rasa solidaritas, rasa kemanusiaan, dan kesabaran telah memantik pikiran kami. Atas nama kemanusiaan, kami menjadi relawan di tempat gempa

Hampir sekitar dua bulan, kami berposko di pusat lokasi. Namun, ada banyak tempat yang kami jadikan tempat posko. Kami menyasar dan mencari titik korban yang sulit dijangkau bantuan pemerintah. Hal itu kami lakukan agar bantuan dapat cepat tersalurkan secara merata. 

Kejadian itu akan menjadi kenangan, rasa kemanusiaan, dan kepedulian terhadap sesama akan tetap abadi. Sebab, ia termasuk nilai moralitas yang tidak ada tandingannya. Bukan hanya ketika ada  bencana, rasa kemanusiaan mesti menyala-nyala pada setiap individu manusia setiap saat. 

Awal Tahun 2021, akan menjadi kenangan bagi  masyarakat Sulawesi Barat, dan nantinya akan menjadi sebuah motivasi untuk tetap bangkit, karena tidak akan ada ujian kalau tidak ada hikmah dibaliknya. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak