Cerita Belajar Geologi: Explore Daerah Karangsambung Kabupaten Kebumen

Hernawan | Ruslan Abdul Munir
Cerita Belajar Geologi: Explore Daerah Karangsambung Kabupaten Kebumen
Ilustrasi Museum Melange Karangsambung (DocPribadi/ruslanyogaswara)

Geologi merupakan suatu ilmu pengetahuan terkait bumi yang mengkaji mengenai asal muasal, struktur, komposisi, dan sejarahnya (termasuk perkembangan kehidupan), serta proses-proses yang berlangsung di dalamnya, yang menyebabkan keadaan bumi seperti sekarang ini.

Salah satu daerah yang kental dengan aspek geologinya adalah Karangsambung, Kebumen. Di daerah Karangsambung inilah terhimpun beraneka jenis batuan, berukuran kerikil hingga sebesar bukit, yang berasal dari sejarah dan umur berbeda-beda. Batuan yang terhimpun ini bercampur aduk sedemikian rupa oleh proses geologi selama kurun waktu dalam skala jutaan tahun. 

Untuk membuktikan bahwa Karangsambung terbentuk melalui peristiwa subduksi purba antar lempeng tektonik pada zama dahulu, kami melalkukan explore Karangsambung dengan tujuan untuk meneliti jenis-jenis batuan, morfologi dengan sudut pandang keilmuan di beberapa tempat di Karangsambung. Adapun tempat-tempatnya adalah sebagai berikut:

1. Kali Muncar

Lokasi pertama yang kita teliti adalah bertempat di Kali Muncar. Dari Asrama LIPI, kami melakukan perjalanan dengan menggunakan angkot menuju ke Kali Muncar. Namun, untuk menuju ke lokasi tersebut, kami tidak bisa menggunakan kendaraan sehingga melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan dengan berjalan kaki. Sekitar lima menit berjalan kaki, akhirnya kami sampai di tempat tujuan.

Di sana kami menemukan dua singkapan batuan yang berasal dari lantai samudera yaitu batu rijang dan batu gamping merah yang termasuk dalam jenis batuan sedimen laut dalam hasil singkapan dari lava bantal (pillow lava). Dahulu batuan ini terdapat dikedalama 4000 m atau sekitar 4-7 km di bawah permukaan laut.

Batu Rijang dan batu gamping merah ini dapat terbentuk dalam jangka waktu yang lama dan hingga kini telah berumur hampir 100-120 juta tahun, dari awal zaman kapur. Artinya, keberadaan batu rijang dan gamping merah ini sudah sangat tua. Di sana kami melakukan percobaan kepada kedua batuan untuk mengetahui kandungan karbonat kedua batuan tersebut dengan meneteskan cairan HCL.

Percobaan pertama HCL kami teteskan pada batu rijang, dan hasilnya HCL tidak bereaksi, artinya batu rijang ini mengandung silica karena sangat kuat dan tidak bereaksi saat diteteskan cairan HCL. Batuan ini memiliki tingkat kekerasan atau skala mohs 3.  

Pada percobaan kedua HCL kami teteskan pada batu gamping merah dan hasilnya adalah ketika diteteskan terjadi reaksi antara keduanya. Itu artinya, batu gamping merah megandung karbonat karena bereaksi dengan HCL. Salah satu bukti pula bahwa batuan rijang berasal dari dasar laut, dalam batuan rijang terdapat fosil radiolarian dengan ciri umur kapur dalam, ukuran 0,1 mm, dan endapan laut dalam. Sehingga, artinya batuan tersebut berasal dari dasar laut.

2. Pucangan

Tempat kedua yang kami teliti adalah pucangan, loakasinya lumayan jauh dari lokasi pertama. Kami harus melakukan perjalanan kembali dengan berjalan kaki dari lokasi pertama ke lokasi angkot, kemudian kembali melanjutkan perjalanan dengan menggunakan angkot sekitar 2-3 menit.

Setibanya di sana, kami disuguhkan oleh singkapan batuan yang sangat menarik. Batuan tersebut berwarna gelap dengan tambahan warna hijau terang, yaitu batuan beku serpentinit. Batuan tersebut merupakan batuan metamorf ultra basa yang terbentuk dari proses pengangkatan batuan yang berasal dari lantai samudera sekitar jutaan tahun yang lalu. Tingkat kekerasan batuan tersebut dapat mencapai 5-6 skala mohs, dapat tergores apabila kita gores menggunakan pisau.

3. Daerah Totogan

Dari lokasi kedua, kami melanjutkan perjalanan ke lokasi ketiga dengan menggunakan angkot. Selang waktu 2 -3 menit kami akhirnya sampai di daerah totogan. Di sana kami menganalisis bentuk morfologi perbukitan yang ada di karangsambung.

Dari hasil penginderaan jauh oleh mata dapat dibedakan bahwa morfologi perbukitan yang ada disebelah kiri dan kanan memiliki morfologi berbeda. Perbukitan dis ebelah kiri memiliki morfologi yang cenderung beragam dengan puncak bukit yang kebanyakan berbentuk runcing.

Menurut penjelasan dari pemandu dari pihak LIPI bahwasanya perbukitan yang ada di sebelah kiri ini merupakan perbukitan Melange Lak Ulo, yaitu perbukitan subduksi yang ada di Karangsambung, didominasi oleh beragam jenis batuan hasil subduksi antara lempeng benua dan lempeng samudera atau yang biasa disebut Melange.

Dengan kata lain, perbukitan ini adalah perbukitan pratersier. Yaitu perbukitan yang terbentuk sekitar 65 juta tahun lalu. Akibat proses tektonik pada zaman dahulu pula menyebabkan morfologinya yang beragam sehingga terlihat menarik dan cocok dijadikan tempat wisata edukasi di Karangsambung.

Sedangkan pada perbukitan yang berada di sebelah kanan memiliki morfologi yang cenderung landai dan berbentuk seperti perbukitan pada umumnya. Yang paling menonjol dari perbukitan yang berada di sebelah kanan yaitu hasil sedimentasi yang terjadi di perbukitan tersebut.

Dengan kata lain, perbukitan ini adalah perbukitan tersier yang terjadi akibat sedimentasi sekitar kurang dari 65 juta tahun lalu. Selain mengidentifikasi morfologi perbukitan di sekitar lokasi penelitian kamu pula menemukan bongkahan batuan-batuan besar yang setelah diidentifikasi itu merupakan batuan beku ekstrusif yang dihasilkan dari aktivitas gunung berapi. Namun, di tempat ini, kami belum menemukan adanya tanda-tanda adanya gunung berapi dan masih menjadi pertanyaan besar.

4. Sungai Lokulo (Tempat Konservasi Batuan Filit)

Penelitian belum selesai sampai di lokasi tiga, kami melanjutkan kel okasi keempat yang berada di tempat konservasi batuan filit sekitar sungai lok ulo. Sekitar 2 menit perjalanan menggunakan angkot kami sampai ditempat tujuan. Kemudian Kami diminta untuk mencari jenis batuan beku, sedimen, dan metamorf kemudian di identifikasi nama batuan tersebut.

Proses pencarian batu dan identifikasi berjalan dengan lancar. Dari kegiatan tersebut, kami menemukan hal yang menarik yang dapat menjawab pertanyaan awal terbentuknya Karangsambung ini. Kami menemukan banyak sekali batuan beku jenis sekis mika. Setelah diidentifikasi dan dijelaskan pula oleh pemandu dari pihak LIPI bahwa batuan sekis mika adalah salah satu batuan yang dihasilkan dari lempeng benua.

Berbeda dengan batuan yang kita temukan sebelumnya yaitu batuan rijang, gamping merah dan serpentinit, batuan tersebut berasal dari lempeng samudera. Berarti benar bahwa Karangsambung ini terbentuk akibat subduksi purba yang dibuktikan dengan adanya perbedaan morfologi perbukitan serta diperkuat oleh jenis batuan yang terdapat di sana.

5. Gunung Parang (Gunung Wurung)

Perjalanan kami lanjutkan kelokasi terakhir yaitu sekitar Gunung Parang. Di sana kami mengidentifikasi batuan yang berada disekitar bekas longsoran tebing. Banyak terdapat batuan beku intrusif yang dihasilkan oleh aktivitas gunung berapi yaitu batu diabas. Hal ini ada kaitannya dengan batuan ektrusif yang berada di lokasi ketiga, berarti memang benar bahwa di karangsambung terdapat Gunung berapi pada zaman dahulu. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak