Catcalling: Ketidaknyamanan dan Kesenjangan Gender di Ruang Publik

Candra Kartiko | Safitri Dina Prameswari
Catcalling: Ketidaknyamanan dan Kesenjangan Gender di Ruang Publik
Ilustrasi pelecehan verbal (Pexels.com/Keira Burton)

Catcalling atau sering juga disebut street harassment adalah tindakan verbal atau non-verbal yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang dianggap mengganggu dan tidak pantas di tempat umum, terutama terhadap perempuan. Meskipun tindakan ini sering terjadi, namun banyak orang masih meremehkan dampak negatif yang dapat timbul dari tindakan catcalling ini.

BACA JUGA: Menyoal Pidana Mati, Dilema Pilih Menegakkan HAM Pelaku atau Korban?

Pada umumnya, catcalling dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. Tindakan ini dapat berupa ejekan, komentar seksual, sampai mengikuti dan mengancam kekerasan seksual. Tindakan catcalling juga dapat dilakukan oleh perempuan terhadap perempuan lainnya atau laki-laki terhadap laki-laki, meskipun tidak seumum catcalling yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan.

Salah satu dampak negatif dari catcalling adalah membuat korban merasa tidak nyaman, takut, dan terintimidasi. Dalam beberapa kasus, korban bahkan dapat mengalami trauma dan kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena takut untuk berada di tempat umum. Tindakan catcalling juga dapat memperparah kesenjangan gender dan membuat perempuan merasa tidak dihargai sebagai individu yang mandiri dan berhak atas keamanan dan kesetaraan.

BACA JUGA: Ramadhan dan Ajang Ujian untuk Diri

Namun, masih banyak orang yang meremehkan dampak negatif dari catcalling. Banyak orang masih berpendapat bahwa tindakan ini hanya lelucon atau hal yang tidak berbahaya, dan bahwa korban seharusnya menganggapnya sebagai komplimen atau pujian. Hal ini sangat keliru, karena tidak ada alasan apapun yang dapat membenarkan tindakan catcalling. Tindakan ini merupakan bentuk pelecehan dan kekerasan yang tidak dapat diterima.

Untuk mengatasi tindakan catcalling, diperlukan tindakan preventif dan penegakan hukum yang kuat. Pendidikan seksual dan pembelajaran tentang kesetaraan gender perlu ditingkatkan di seluruh masyarakat, terutama di kalangan remaja. Pihak kepolisian juga perlu menindak tegas pelaku catcalling dengan memberikan sanksi yang tegas.

BACA JUGA: Menelaah Merdeka Belajar dalam Teropong Kemampuan di Dunia Digital

Selain itu, masyarakat perlu juga lebih memperhatikan dan memberikan dukungan pada korban catcalling. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membantu korban untuk melaporkan tindakan tersebut, memberikan dukungan emosional, dan berbicara dengan keluarga atau teman dekat untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut.

Tindakan catcalling adalah bentuk pelecehan yang tidak dapat diterima. Hal ini dapat memperparah kesenjangan gender dan membuat perempuan merasa tidak dihargai. Untuk mengatasi tindakan ini, perlu dilakukan tindakan preventif dan penegakan hukum yang kuat, serta dukungan yang lebih besar bagi korban. Semua pihak perlu memperhatikan bahwa catcalling bukanlah lelucon atau pujian, melainkan bentuk kekerasan dan pelecehan yang merugikan bagi seluruh masyarakat.

Sumber referensi:

Suryandari, R. N., & Lestari, A. R. (2021). Kajian Gender terhadap Catcalling pada Perempuan di Kota Surabaya. Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 17(2), 269-279.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak