Madilog! Yap benar, pastinya sudah pada tahu dengan Madilog kan? Konsep keren abis dari Tan Malaka yang bisa banget diterapin sama realitas hidup kita yang seperti roller coaster. Jadi, mari kita kupas satu-satu point Madilog dan coba lihat contoh kasus di sekitar kita.
1. Materialisme yang Greget: Bukan Hanya Soal Belanja
Materialisme dalam Madilog itu gak cuma sekadar belanja atau punya barang mahal. Ini lebih ke hubungan kita sama materi. Contohnya, liat aja gimana orang pada kepo sama teknologi terbaru. Dari ponsel sampai gadget lainnya, semua mau yang paling baru. Saya sendiri suka merhatiin, tiap tahun pasti ada yang bener-bener ganti ponsel karena yang lama udah terasa ketinggalan zaman. Gak cuma itu, gaya hidup dan kemewahan juga jadi parameter nilai sosial di kehidupan kita yang sekarang ini.
Gaya hidup masyarakat kontemporer, atau anggaplah Gen Z tanpa mendiskreditkan, mereka cenderung lebih suka dengan hal-hal yang berbau gemerlapan. Maksudnya, segala sesuatu yang sedang trending atau viral. Makanya, "Fomo" atau Fear of Missing Out ini sebenarnya salah satu pemicu atau jadi parameter ketinggalan update atau tidak.
2. Dialektika, Bukan Cuma Drama di TV
Nah, dialektika itu ngajak kita lihat hidup kayak film drama Korea, full konflik tapi pasti ada akhir bahagianya. Coba kita pikirin tentang perubahan di dunia sosial media, contohnya. Dulu mungkin keberhasilan diukur dari jumlah follower, sekarang banyak yang mikirin engagement dan konsep-konsep kekinian. Konfliknya? Nah, banyak yang struggle buat cari cara unik biar kontennya kebanjiran like dan comment. Dialektika ini kayak ngebuka mata, bahwa konflik itu wajar dan malah bisa jadi bensin buat perubahan.
Dengan kata lain, semua bisa dihalalkan demi engagement yang meningkat, entah itu bermoral atau tidak, bernilai atau tidak, memberikan efek yang bagus atau tidak, yang penting engagement naik drastis dan bisa trending!
3. Logika, Bukan Cuma Buat Skripsi
Gak usah takut sama kata logika atau parno dengan kata itu, santai saja. Logika dalam Madilog lebih ke arah pemikiran yang luwes. Coba kita terapin di kasus kekinian, kayak isu-isu sosial yang kompleks. Misalnya, ketika kita diskusiin tentang ketidaksetaraan gender. Logika Madilog membantu kita melihatnya dari berbagai sisi, bukan cuma melihatnya dari perspektif satu gender saja. Ini kayak ngebangun pikiran yang lebih terbuka. Logika itu bukan hanya tentang cara kita berpikir, tapi bagaimana cara kita bisa memahami beberapa konteks sekaligus untuk bisa ditela'ah lebih dalam.
Jadinya, kita punya pembanding atau perspektif yang lain yang gak bikin kita jadi kepala kuda yang gak bisa nengok kanan-kiri. Kalau itu egonsetris namanya.
4. Realitas Masyarakat Kontemporer yang Kecepetan
Ngomongin realitas masyarakat sekarang itu kayak ngomongin serial drama tanpa ending. Cepet banget perubahannya! Ambil contoh aja tren sosial media, dulu waktu semua pada suka banget posting foto makanan, sekarang mungkin lagi demam video tiktok. Ini kan contoh perubahan yang cepat banget. Madilog membantu kita lihat bahwa isu-isu kompleks, misalnya ketidaksetaraan ekonomi, sebenernya punya akar dari struktur masyarakat yang gak merata. Perubahan itu, diprakarsai juga dengan kemajuan teknologi, gak aneh sih, hal apapun pasti ada plus minusnya.
Tapi, dengan perubahan yang begitu cepat, kita pasti merasa gampang banget terdistraksi sana-sini, banyak konten-konten seliweran di beranda sosmed. Ya, salahsatu mengatasinya ada di Madilog! Kita bisa lebih memilah kompleksitas yang terjadi dan memfokuskan diri tanpa harus terdistraksi berlebih.
5. Tantangan dan Cara Menghadapinya: Tanpa Hanya Bisa Analisis
Kita nggak bisa cuma ngeliatin aja tantangan ini tanpa ngapa-ngapain. Nah, Madilog ngajak kita bukan cuma buat analisis, tapi juga nawarin cara buat bikin perubahan positif. Coba kita lihat kasus ketidaksetaraan ekonomi. Materialisme dalam Madilog bisa kita terapin buat ngubah struktur masyarakat biar lebih merata. Gak cuma ngomongin doang, tapi juga tawarin solusi yang konkrit. Melakukan diskusi contohnya, bahkan yang saya rasa, sekarang di kampus-kampus aja sudah sedikit sekali mahasiswa yang melingkar hanya untuk berdiskusi, mereka lebih tergiur nongkrong di tempat yang instagramable.
6. Agen Perubahan Positif: Kita Semua Bisa!
Madilog itu ngajak kita jadi lebih dari penonton dalam hidup ini, gengs. Jangan cuma mikirin, tapi kita bisa jadi bagian dari perubahan. Yuk, kita terapin Madilog dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, kita bisa jadi agen perubahan positif di lingkungan kita, misalnya ikut serta dalam kegiatan sosial atau kampanye lingkungan. Kita semua bisa, bro! Stay cool dan terus berjuang buat kebaikan!
So, tentunya nilai-nilai Madilog itu sangat berperan penting sekali jika dipakai di zaman sekarang. Tan Malaka susah payah menggagagas pemikiran itu untuk bisa diterapkan oleh kita semua untuk kebaikan. Tapi, nyatanya masih banyak segelintir fenomena yang seharusnya tidak patut dicontoh namun malah dikasih panggung dan membuatnya semakin terkenal. Semoga dengan ditulisnya artikel ini, kita semua bisa lebih memilah dan Ber-Madilog untuk menyikapi segala hal di tengah realitas masyarakat kontemporer yang belakangan ini absurd. See ya!