Dalam kurun lima tahun terakhir ini, publik sastra di Indonesia mendapatkan wahana baru untuk membaca dan menulis karya sastra, terutama novel, melalui aplikasi. Aplikasi tersebut bisa kita akses melalui komputer maupun ponsel pintar. Novel-novel yang termuat dalam aplikasi itu sering kita sebut sebagai novel aplikasi.
Tanpa menyebut nama atau merek aplikasi novel tersebut, saat ini ada sekitar sepuluh aplikasi novel yang populer. Aplikasi-aplikasi tersebut menyediakan banyak novel yang bisa kita baca secara gratis dan ada pula yang berbayar.
Novel-novel dalam aplikasi tersebut lazim dimuat secara bersambung yang dikenal dengan istilah bab atau chapter. Ada novel yang bisa kita baca secara gratis dari bab pertama hingga bab terakhir, ada pula novel yang gratis untuk beberapa bab lalu berbayar pada bab berikutnya hingga tamat. Tiap aplikasi menerapkan aturan yang berbeda.
Bagi penulis, aplikasi novel merupakan lahan baru untuk mendulang rupiah. Mayoritas aplikasi tersebut menyediakan honor untuk penulis yang mengirimkan novel. Mayoritas sistem pembayarannya berdasar jumlah pembaca yang membaca bab (chapter) berbayar.
Dengan sistem ini, maka banyak penulis yang berusaha memperpanjang jumlah bab berbayar dalam novel mereka. Tak heran bila ada penulis novel aplikasi yang mampu meraup puluhan juta rupiah dalam sebulan.
Bagi penulis, aplikasi novel merupakan langkah alternatif yang relatif mudah untuk mempublikasikan karya mereka. Sebab, pengelola aplikasi cukup longgar dalam meluluskan novel yang masuk.
Ada aplikasi yang menyediakan editor untuk memeriksa novel yang masuk sebelum dipublikasikan. Ada pula aplikasi yang tidak menyediakan editor, sehingga penulis bisa langsung mempublikasikan karya mereka.
Sekilas, aplikasi novel akan membuat penulis mudah mendapatkan honor yang melimpah. Fakta, tidak semudah itu. Dari sekian banyak penulis novel aplikasi, hanya sedikit yang mampu menghasilkan honor jutaan rupiah dalam sebulan.
Selebihnya, banyak penulis yang terseok-seok mendapatkan pembaca, sehingga penghasilan mereka pun kecil, bahkan tidak berpenghasilan.
Di aplikasi novel, penulis harus mampu membaca selera pasar, memiliki pengetahuan yang cukup tentang pemasaran (marketing), menguasai SEO (search engine optimized), dan kemampuan menjalin komunikasi dengan pembaca. Tidak semua penulis mampu melakukannya.
Di media sosial, kita sering melihat banyak penulis yang mengunggah kutipan bab novel karya mereka yang tayang di aplikasi. Itu adalah bagian dari promosi atau pemasaran, agar novel mereka mendapatkan banyak pembaca.
Bagaimana agar penulis bisa sukses menulis novel aplikasi? Di internet, banyak sekali petunjuk tentang hal itu. Penulis harus membuat novel dengan tema yang digemari masyarakat Indonesia. Tema yang populer saat ini adalah perselingkuhan dan horor.
Saya perhatikan, di manapun kita membuka aplikasi novel, pasti akan menemukan novel bertema perselingkuhan dan horor. Bahkan beberapa novel menggunakan tata kalimat yang vulgar sehingga mirip novel cabul, ini terutama ada di aplikasi yang tidak menyediakan editor.
Cara kerja penulis novel aplikasi mirip dengan cara kerja pembuat sinetron di televisi. Penulis membuat novel secara bertahap, satu hari menyelesaikan satu bab. Bila respons pembaca bagus, maka penulis akan melanjutkan bab-bab berikutnya.
Namun, bila respons pembaca buruk (mendapat sedikit pembaca), penulis enggan melanjutkan bab-bab berikutnya, bahkan meninggalkan begitu saja novel mereka tanpa menamatkannya. Sangat sedikit penulis yang sudah merampungkan novel mereka sebelum diunggah ke aplikasi.
Bagi Anda yang terbiasa membaca novel dengan kalimat efektif, mungkin Anda akan kecewa ketika membaca novel aplikasi. Banyak novel aplikasi yang disusun menggunakan kalimat yang bertele-tele. Penulis sengaja memperpanjang kalimat untuk mendapatkan jumlah minimal kata dalam setiap bab. Tiap bab novel aplikasi miminal 1.000 kata.
Kita perlu bijak dalam menyikapi aplikasi novel. Kita bisa menjadikan aplikasi tersebut sebagai sarana untuk belajar menulis, terutama novel. Dahulu, banyak calon penulis yang mundur karena gagal menembus media cetak. Sekarang, dengan mengunggah novel ke aplikasi, dapatlah kita anggap sebagai pemacu semangat untuk berkarya.
Bagi kita yang memiliki anak remaja, tanamkan pengertian pada mereka untuk selektif ketika membaca novel aplikasi. Pilihlah novel yang inspiratif, tata kalimat indah, dan tidak cabul.
Bagi pengelola aplikasi novel, teruslah melakukan penyempurnaan, terutama untuk mencegah masuknya novel-novel yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya Indonesia.
Bagi penulis, teruslah berkreasi melalui aplikasi novel. Jangan takluk pada selera pasar, namun beranilah untuk menciptakan selera pasar. Akhir kata, menyebarkan kebaikan bisa melalui berbagai cara, termasuk melalui novel aplikasi.