Perkembangan zaman di era yang serba instan ini, muda-mudi dapat disebut sebagai generasi penurun yaitu generasi yang sangat mudah sekali mengikuti arus tren yang sedang ada dan menyukai hal-hal yang instan. Hal demikian juga merupakan bagian dari turunnya moralitas serta nilai karakter anak-anak yang ditandai dengan kurang disiplinnya anak-anak dalam memanfaatkan waktu, mudahnya memplagiasi karya, serta ketergantungan kepada orang lain mengenai hal-hal yang kecil (Putri et al., 2023).
Selain itu, anak-anak di zaman sekarang juga kehilangan adab serta moralitas dalam bergaul di kehidupan sehari-hari terutama dalam lingkungan sekolah. Sehingga hal demikian berdampak pada kurang efektifitasnya pembelajaran.
Hadirnya Kurikulum Merdeka menjadi angin segar di tengah problematika yang sedang ada. Kurikulum Merdeka dengan konsep Merdeka Belajar memberikan kemerdekaan serta kebebasan kepada sekolah, guru, peserta didik untuk berinovasi, belajar mandiri dan kreatif.
Peran pendidik hanya sebagai fasilitator yang memberikan fasilitas belajar, sedangkan peserta didik diberikan ruang yang bebas untuk mengeksplorasi bakat yang mereka miliki yang sejauh ini kurang mereka ketahui dan kurangnya wadah yang mereka dapatkan. Sehingga mereka dapat lebih terarahkan dan lebih terminimalisir dari hal-hal yang negatif (Mustaghfiroh, 2020).
Melalui program Kurikulum Merdeka yaitu Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ini peserta didik dapat berkontribusi untuk memberikan manfaat serta solusi terhadap permasalahan yang mereka alami di lingkungannya. Sesuai dengan visi pendidikan Indonesia “Mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian melalui terciptanya pelajar Pancasila” (Kementrian Pendidikan Budaya Riset Teknologi, 2022).
P5 menjadi wadah yang baik untuk membentuk kemandirian peserta didik. Hal tersebut sebagai jembatan bagi para pendidik kepada peserta didik untuk memberikan kesempatan berupa pengalaman yang nyata untuk terjun dan melakukan pendekatan terhadap masyarakat.
Capaian Program P5 Kurikulum Merdeka
Nadiem Makarim menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 2013 yang berfokus pada penyampaian materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya, sehingga peserta didik dapat belajar lebih mendalam, bermakna, dan berjalan secara sistematis sesuai dengan waktu dan pencapaiannya (Rahmadayanti & Hartoyo, 2022).
Tema-tema yang dipetakan sesuai dengan jejangnya ini lebih memudahkan peserta didik untuk menerima pengetahuan yang telah disampaikan, dan juga dapat memunculkan kepekaan diri sendiri terhadap orang lain sesuai dengan kemampuan mereka. Tema yang diberikan pada jenjang sekolah dasar akan lebih mudah dipahami dan diterima, sedang tema pada jenjang SMP-SMA harus dipikirkan secara kritis. Hal demikian yang membuat peserta didik dituntut berpikir secara kreatif, dan bertindak secara aktif.
Pendidikan sejatinya tidak hanya sekedar untuk mempelajari teori-teori keilmuan saja, namun mempelajari ilmu-ilmu sosial yang merupakan bagian penting dalam lini kehidupan. Tentunya hal ini menjadi kesempatan emas untuk peserta didik bukan? Mereka akan mendapatkan ilmu soft skill yang memang akan benar-benar mereka pakai dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mulai dari teknologi, wirausaha, budaya, bahkan politik.
Justru ilmu-ilmu inilah yang akan meningkatkan value pada diri mereka ketika mereka kelak akan terjun di masyarakat. Sehingga hasil dari adanya pendidikan ini tidak hanya terfokuskan pada kecerdasan akademik saja, namun terfokuskan juga kepada kecerdasan sosial emosional yang akan jauh lebih memberikan berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena dalam hidup bermasyarakat inilah nilai pendidikan karakter menjadi pengendali penuh seseorang akan dihargai atau tidaknya dalam kehidupan bermasyarakat.
Manfaat dan Tantangan P5 Kurikulum Merdeka
Dalam pendidikan terdapat teori Tabularasa yang dimana seorang anak lahir diibaratkan seperti kertas putih yang akan dipengaruhi oleh pengalaman yang mereka dapatkan di sekitarnya. Dengan adanya P5 ini tentu membantu peserta didik untuk mendapatkan pengalaman yang tidak mereka dapatkan melaui buku-buku pembelajaran. Dengan adanya program ini mindset peserta didik juga ikut berkembang dan lebih jauh memandang peluang di depan mereka. Secara tidak langsung kepercayaan diri mereka turut meningkat dan muncul sisi positif pada diri mereka.
Tentu hal ini memudahkan peran guru dalam memahami serta memaknai anak didiknya. Guru akan jauh lebih mudah memberikan wadah yang memang disenangi oleh anak didiknya, sehingga mereka pun jauh lebih mudah menerima proses pembelajaran sesuai dengan minat bakatnya.
Kelak ketika sudah dewasa mereka akan merasakan secara langsung manfaat yang didapatkan dalam mengikuti program P5 Kurikulum Merdeka. Dengan adanya percepatan perkembangan zaman serta persaingan global, soft skill serta karakterlah yang menjadi kebutuhan mereka dalam menghadapi tantangan zaman.
Namun dalam realitanya penerapan program ini tidak semulus yang dibayangkan. Ada beberapa kendala seperti perbedaan karakter peserta didik, kurang optimalnya penerapan program tersebut karena masih memerlukan penyesuaian dalam penerapannya, serta kurangnya guru pendamping yang memiliki skill di bidang tersebut (Fajri et al., 2023).
Hal demikian bukanlah suatu hambatan, tetapi menjadi suatu tantangan yang dapat mendorong penerapan P5 untuk jauh lebih baik sehingga penerapan tersebut jauh lebih efektif dan efesien dalam membentuk karakter peserta didik.