Demo besar-besaran yang terjadi pada 22 Agustus 2024 di berbagai kota di Indonesia untuk mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal perubahan peraturan Pilkada 2024, menunjukkan bahwa suara rakyat masih kuat dan berani.
Gelombang aksi ini mengingatkan kita pada lagu legendaris Iwan Fals, "Tikus-tikus Kantor," yang dengan tajam menggambarkan betapa penyalahgunaan kekuasaan masih menggerogoti negara, seperti tikus-tikus yang menggerogoti bangunan.
Dalam lagu "Tikus-tikus Kantor," Iwan Fals menyindir pejabat yang melakukan menyalahgunakan kekuasaan untuk keuntungan pribadi.
Hal ini sangat relevan dengan konteks demo terbaru, rakyat merasa bahwa DPR dan beberapa pemangku kebijakan tidak menjalankan amanah konstitusi dengan benar. Mereka dituduh memanipulasi undang-undang untuk kepentingan segelintir elit, bukan demi kepentingan rakyat banyak.
Demonstrasi ini bukan hanya sekadar protes, tetapi juga bentuk perlawanan terhadap "tikus-tikus kantor" masa kini yang bersembunyi di balik kursi kekuasaan. Para demonstran menuntut keadilan dan integritas dalam penegakan hukum dan kebijakan.
Mereka ingin memastikan bahwa keputusan MK, yang seharusnya final dan mengikat, dihormati, dan dijalankan dengan transparan. Ini adalah bentuk perlawanan yang sama dengan pesan dalam lagu Iwan Fals: rakyat yang muak dengan korupsi dan kebohongan.
Ketidaksesuaian dan pembangkangan konstitusi terkait RUU Pilkada yang bertentangan dengan putusan MK, menggambarkan ketidakselarasan antara aturan hukum dan praktik politik yang dijalankan.
Rakyat yang turun ke jalan menolak ketidakadilan ini, serupa dengan pesan lagu Iwan Fals yang menolak ketidakadilan dan korupsi dalam birokrasi. Bagi mereka, ini bukan hanya soal aturan teknis, tetapi soal moral dan etika dalam bernegara.
Dalam berbagai platform, mulai dari Instagram hingga X, kaum muda menyuarakan kritik mereka dengan lantang. Gerakan ini didominasi oleh kaum muda yang ingin perubahan nyata, bukan janji kosong.
Mereka menginginkan pemerintahan yang benar-benar bersih, sesuai dengan semangat reformasi yang diharapkan oleh generasi sebelumnya. Mereka melihat lagu Iwan Fals sebagai pengingat bahwa perlawanan harus terus berlangsung.
Lagu "Tikus-tikus Kantor" menjadi soundtrack perlawanan ini, mengingatkan kita bahwa musuh bersama adalah ketidakadilan yang tak kunjung usai.
Para pengunjuk rasa tahu bahwa perjuangan mereka panjang dan penuh tantangan, tetapi dengan suara yang terus menggema dan tekanan yang terus dilancarkan, mereka berharap dapat mengubah wajah politik Indonesia.
Menguatkan langkah, mengambil sikap demo kawal putusan MK, dan relevansinya dengan "Tikus-tikus Kantor" Iwan Fals, menegaskan bahwa rakyat Indonesia, terutama generasi muda, tidak akan diam saja. Mereka menuntut pemerintahan yang adil dan transparan, serta menolak segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS