Tim Nasional Sepak Bola Indonesia saat ini sedang berjuang di kancah kualifikasi Piala Dunia zona Asia. Berada di grup yang berat, Indonesia harus berjuang lebih keras lagi agar dapat lolos ke Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko.
Tentu untuk mewujudkan asa untuk lolos ke Piala Dunia, Erick Tohir dan tim terus mencari pemain keturunan dengan kualitas terbaik di seluruh penjuru dunia untuk mau memperkuat Timnas Indonesia sehingga memperbesar peluang Indonesia untuk lolos fase grup kualifikasi Piala Dunia.
Tidak mudah Indonesia untuk mendapatkan tiket Piala Dunia, Indonesia harus satu grup dengan Jepang, Australia, Arab Saudi, China, dan Bahrain. Kelima negara tersebut peringkatnya di atas Timnas Indonesia, dalam kata lain Indonesia menjadi tim kuda hitam dan dianggap angin lalu saja di mata negara lain.
Pro dan Kontra Naturalisasi Pemain
Perlu diketahui bahwa hampir seluruh pemain Timnas Indonesia diisi oleh pemain keturunan atau biasa disebut dengan naturalisasi. Di antaranya ialah Ivar Jenner, Sandy Walsh, Thom Haye, Martin Paes, Calvin Verdonk, Jay Idzes, Mess Hilgers, Eliano Reijnders, Rafael Struick, Nathan Tjoe-A-On, Shayne Pattynama, Jordi Amat, Ragnar Oratmangoen, dan masih ada pemain lainnya.
Kedatangan mereka yang mau membela Timnas Indonesia justru membawa pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat. Bung Towel misalnya, menjadi salah satu tokoh yang gencar menyuarakan ketidaksetujuannya terhadap program naturalisasi yang dilakukan PSSI, kemudian Rocky Gerung juga kontra terhadap naturalisasi pemain timnas.
Terbaru Hifni Hasan yang blak-blakan mengkritik program naturalisasi di depan Shin Tae-yong dalam acara Jebreeetmedia Award 2024.
Opini yang dilontarkan dari tidak setujunya program naturalisasi adalah karena PSSI tidak mengembangkan potensi sepak bola Indonesia mulai dari pembinaan usia muda hingga kompetisi nasionalnya.
Maka, PSSI mengambil jalan pintas untuk memakai pemain naturalisasi. Program naturalisasi hanya dianggap sebagai program jangka pendek saja dan harusnya diimbangi dengan menguatkan pembinaan sepak bola nasional.
Berbeda dengan yang kontra, banyak yang justru setuju dengan program naturalisasi. Naturalisasi pemain Indonesia dilandaskan oleh pemain tersebut memiliki garis darah Indonesia yang berasal dari kakek atau nenek para pemain keturunan.
Pemain keturunan yang dinaturalisasi pun bukan pemain dengan kualitas rendah, mereka bermain di liga-liga eropa yang bergengsi, mulai dari Liga Belanda hingga Liga Amerika.
Tentu pemain-pemain tersebut harus merelakan paspor negara mereka sebelumnya demi membela Timnas Indonesia, pengorbanan ini yang dilihat oleh para pendukung program naturalisasi bahwa pemain keturunan tersebut justru memiliki nasionalisme yang tinggi untuk membela Timnas Indonesia.
Dampak Hadirnya Naturalisasi Bagi Timnas Indonesia
Pemain naturalisasi yang dipanggil untuk membela Ibu Pertiwi membawa dampak cukup besar bagi Timnas Indonesia. Indonesia yang awalnya berada di peringkat 175 saat ini melesat ke peringkat 129 dunia.
Selain itu, Indonesia mampu lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023 dan otomatis membawa Indonesia lolos ke Piala Asia 2027 nanti. Selain itu, saat ini Indonesia juga mampu berjuang di putaran ketiga kualifikasi Piala Dunia zona Asia.
Dampak-dampak tersebut tentu menjadi alasan bagi para pendukung program naturalisasi betapa berubahnya sepak bola Indonesia yang dulu hanya menjadi bulan-bulanan negara Asia lainnya sekarang justru diperhitungkan.
Tentu hal ini seharusnya menjadi cambukan dan motivasi bagi iklim sepak bola Indonesia untuk meningkatkan berbagai aspek mulai dari infrastruktur sepak bola, pembinaan usia dini hingga peningkatan kualitas kompetisi sepak bola nasional.
Jika iklim sepak bola Indonesia tidak dapat dibenahi tentu program naturalisasi timnas Indonesia tidak akan berhenti karena pemain yang muncul tidak akan mampu bersaing dengan pemain-pemain diaspora yang bermain di luar negeri.
Mereka Orang Indonesia, Bukan Orang Asing!
Perlu dipahami bahwa para pemain Indonesia yang saat ini bermain untuk Timnas Indonesia adalah murni seratus persen orang Indonesia.
Mereka bukanlah orang asing, mereka secara sah merupakan warga negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan yang berlaku melalui proses perpindahan kewarganegaraan.
Ketika melihat Timnas Indonesia bermain tentu kita bukan melihat darimana mereka berasal, tetapi melihat mereka sebagai satu kesatuan yang membawa nama Indonesia di kancah dunia.
Justru ketika Indonesia memenangkan berbagai pertandingan, para supporter Timnas Indonesia bersorak dan merayakan kemenangan tanpa memandang asal mereka.
Ketika Indonesia memenangkan pertandingan, semua bersorak untuk nama Indonesia, bukan Jay Idzes, bukan Ragnar Oragmangoen, bukan pula Ivar Jenner melainkan Indonesia.
Jika melihat berbagai isu yang ada di media sosial ketika warganet Malaysia menghina Timnas Indonesia yang diisi pemain keturunan justru warganet Indonesia berbondong-bondong membela para pemain naturalisasi.
Pembelaan warganet terhadap pemain naturalisasi menandakan bahwa para pemain naturalisasi merupakan saudara kita, orang-orang Indonesia pada umumnya yang membela bangsanya di dunia internasional.
Maka, fokus kita adalah mendukung para pemain Indonesia tanpa memandang asal muasal mereka. Selama mereka mau membela Indonesia dan berdampak positif bagi Indonesia maka sewajarnya kita mendukung mereka.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS