Gelar duta seharusnya menyiratkan kehormatan besar, karena status tersebut mencerminkan peran sebagai representasi atas suatu nilai. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menjelaskan bahwa duta merupakan seseorang yang ditunjuk untuk mempromosikan sesuatu. Namun, di Indonesia, gelar ini tampaknya semakin sering diberikan dengan mudah, bahkan kepada individu yang justru tidak mencerminkan nilai-nilai yang seharusnya mereka representasikan ditunjuk untuk mempromosikannya.
Sebagai contoh seperti Gunawan alias Sadbor, seorang kreator konten TikTok yang diangkat sebagai Duta Anti-Judi Online oleh Kapolri pada Senin (11/11). Pemberian gelar ini tidak lama setelah Sadbor ditangkap oleh polisi pada hari Kamis (31/10) atas dugaan promosi Judi Online. Dugaan ini berawal dari salah satu cuplikan siaran langsung Gunawan yang bernada mempromosikan situs judi online Flokitoto.
Gunawan merupakan seorang content creator Tiktok yang terkenal dengan joget “ayam patuk”. Akun TikTok miliknya, @sadbor86 sudah memiliki sekitar 690 ribuan pengikut. Ia juga menginspirasi masyarakat sekitarnya di Desa Bojongkembar untuk ikut dalam membuat konten di TikTok hingga desa tersebut dijuluki “Desa Tiktok”.
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan, Gunawan diangkat sebagai duta untuk menjawab tudingan perbedaan perlakuan terhadap influencer yang mempromosikan judi online. Alasan pengangkatan ini juga agar dapat meningkatkan kesadaran tentang anti judi online kepada masyarakat. Kapolri juga ingin menjadikan pelaku yang tidak sadar bahwa mereka terlibat judi online untuk membantu kampanyekan anti judi online.
Tujuan yang disampaikan memang mulia, tetapi penempatan gelar duta kepada seseorang yang baru saja terancam 10 tahun penjara akibat dugaan terlibat judi online rasanya bertolak belakang. Walaupun mungkin tidak secara sadar, tetap saja ia telah melakukan kesalahan dengan melakukan promosi terhadap judi online sehingga gelar Anti-Judi Online tidak sesuai diberikan kepadanya.
Pengamat Kepolisian Bambang Rukminto turut mengkritik kebijakan ini, menyebutnya sebagai langkah populer untuk masyarakat namun tidak substansial. Menjadikan seseorang yang pernah terlibat dalam promosi judi online sebagai ikon anti-judi, menurutnya, tidak efektif dan justru berpotensi memperlemah upaya pemberantasan praktik ilegal tersebut.
Kejadian ini mengingatkan juga atas kejadian serupa di tahun 2016 silam, ketika penyanyi dangdut Zaskia Gotik dinobatkan sebagai Duta Pancasila oleh Fraksi PKB di MPR setelah ia dilaporkan karena bercanda mengenai sila kelima Pancasila. Meski dengan tujuan agar Zaskia dapat menjadi contoh untuk belajar mengenai Pancasila kepada masyarakat, kebijakan ini malah seperti meremehkan pelanggaran yang telah dilakukannya.
Fenomena ini mencerminkan paradoks dalam pengangkatan duta di Indonesia. Alih-alih menjadi sarana edukasi dan penguatan representasi nilai-nilai, pengangkatan duta seperti ini dapat menciptakan kesan bahwa pelanggaran justru dihargai dengan gelar kehormatan. Hal ini hanya akan menciptakan sebuah pandangan yang meremehkan suatu perbuatan melanggar dalam masyarakat.
Gelar duta seharusnya diberikan kepada individu yang dengan konsisten mempromosikan nilai-nilai yang ia wakili. Misalnya untuk Duta Anti-Judi Online, gelar ini lebih pantas diberikan kepada figur yang memang aktif mengadvokasikan penolakan terhadap judi, bukan kepada mereka yang sebelumnya melanggar nilai yang ingin ditegakkan. Berhenti berikan gelar secara mudah kepada seseorang yang tidak merepresentasikan nilai yang berusaha dipromosikan atas gelar tersebut.