Kontroversi Abidzar Al Ghifari dan Peran Penonton dalam Seni Perfilman

Hernawan | hanifati radhia
Kontroversi Abidzar Al Ghifari dan Peran Penonton dalam Seni Perfilman
Tangkapan layar Poster Film A Business Proposal yang diperankan Abidzar Al-Ghifari (Instagram/@falconpictures_)

Abidzar Al Ghifari, aktor yang belakangan ini tengah menjadi sorotan. Ya, pembaca barangkali telah memahami persoalannya yakni ia didapuk sebagai aktor utama film A Business Proposal, sebuah film yang merupakan adaptasi dari webtoon The Office Blind Date. Sebelumnya, webtoon itu telah menuai kesuksesan kala diadaptasi menjadi drama Korea yang diperankan Ahn Hyo Seop dan Kim Sejeong.

Namun, film adaptasi versi Indonesia ini justru menuai kritikan dari warganet sejak sebelum penayangannya. Bahkan menjelang penayangan, tak hanya datang gelombang kritikan, ancaman boikot dari para pecinta drama dan calon penonton pun tak terbendung. Alhasil, berita terbaru menyebut bahwa film yang tayang di bioskop pada 6 Februari 2025 tersebut sepi penonton hingga mendapatkan rating jelek di situs IMDB.

Ada dugaan bahwa ini terjadi lantaran berkaitan dengan kontroversi sang pemeran utama yakni Abidzar. Salah satu kontroversi yang menyulut amarah warganet dan penggemar drama versi sebelumnya yakni saat Abidzar mengaku tidak menonton series versi aslinya maupun membaca webtoonya. Ia memilih menginterpretasikan dengan gayanya sendiri terhadap karakter Kang Tae Moo. Menurut warganet,  sikap Abidzar ini dianggap tidak melakukan riset karakter, kurang menghormati sumber aslinya. Dan yang lebih memanas adalah Abidzar tidak ragu menyebut bahwa warganet yang mengkritiknya sebagai rasis hingga fanatik.  

Saya pribadi juga penggemar produk seni dari negeri ginseng tersebut baik drama, film maupun karya sastra. Meski bukan penggemar ”fanatik” yang dimaksud, saya bisa memahami ekspektasi penonton versi sebelumnya dengan versi remake. Fenomena yang terjadi, belum tiba saat kita menilai dan menikmati karya film tersebut, telah terjadi aksi boikot film dari para calon penonton. Kita justru bisa melontarkan pertanyaan kritis dan menjadi refleksi bagi kita semua, baik penonton maupun insan perfilman, notabene bekerja di dunia kesenian.

Reaksi dan sikap Abidzar seolah terkesan tidak memperhitungkan atau tidak mementingkan penonton atau penikmat karyanya. Nah, sebenarnya sejauh mana peran penonton dalam kesenian dalam hal ini film?

Peran Penonton dalam Kesenian

Dalam dunia kebudayaan, terutama kesenian, penonton memiliki peran yang cukup diperhitungkan. Film dalam hal ini dikategorikan sebagai karya seni yang mana melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. Unsur-unsur dalam seni tersebut meliputi waktu, ruang, tubuh seniman dan hubungan antara seniman dengan penonton.

Dengan demikian, peran penonton di sini bukan sekadar penerima pasif, namun juga memberikan makna dan apresiasi terhadap karya seni yang ditampilkan penyaji atau seniman. Pertama, penonton bisa memberikan apresiasi seperti tepuk tangan, sorakan dsb.

Selain itu, kedua, penonton juga bisa menginterpretasikan suatu karya. Dengan demikian, setiap penonton akan memiliki pengalaman dan pengetahuan berbeda sehingga bisa memberikan interpretasi berbeda terhadap suatu karya. Misalnya dalam soal film A Business Proposal, penonton tentu memiliki hak untuk membandingkan dan mengkritisi kualitas adaptasi, terlebih jika versi sebelumnya telah memiliki standar tertentu.

Ketiga, kritik dan saran dari penonton merupakan suatu hal wajar dalam industri seni dan hiburan. Sebagai  seorang seniman serta pelaku seni dengan sikap profesional tentu memandang kritik sebagai bagian dari proses pembelajaran. Nah, lagi-lagi, dalam kasus Abidzar dan filmnya, tanggapan Abidzar bukannya menerima pembelajaran baru serta menerima kritik, namun justru sebaliknya. Ia terkesan arogan, dan melakukan blunder-blunder lainnya di beberapa kesempatan.

Pada gilirannya, dalam seni perfilman keberadaan penonton memiliki peran yang penting. Tak hanya berkedudukan pasif, mereka juga bisa aktif sebagai pemberi apresiasi, penginterpretasi, pemberi umpan balik yakni kritik dan saran. Dengan demikian, adanya penonton, seperti penonton film juga harus menjadi perhatian dan pertimbangan bagi seniman atau pekerja film.

Pekerja seni harus memahami peran penonton sebagai sesuatu hal yang krusial. Kritik yang ada bukan wujud serangan, namun justru menjadi bahan refleksi demi meningkatkan kualitas akting dan karakter yang diperankan.

Penutup

Adapun kontroversi Abidzar Al Ghifari dalam film A Business Proposal menunjukkan bagaimana ekspektasi penonton dalam negeri (terlepas penggemar drama/bukan) terhadap karya remake sangat tinggi. Di sini kita bisa melihat bahwa keberadaan penonton Indonesia saat ini sudah semakin cerdas dan kritis. Mereka tidak hanya menonton sebuah film atau karya secara sekedar pasif, namun mempertimbangkan berbagai aspek.

Antara lain kualitas akting para aktor dan aktris, kesetiaan terhadap sumber asli hingga relevansi dengan ekspektasi mereka. Kesuksesan film adaptasi tidak hanya bergantung pada promosi besar-besaran, tampaknya juga pada bagaimana film tersebut diterima oleh pasar utama, yaitu para penonton yang sudah mengenal karya sebelumnya.

Kontroversi yang menyeret Abidzar Al Ghifari barangkali bisa menjadi pembelajaran bagi para seniman muda dan kita semua. Terlebih sebagai aktor muda, kiranya Abidzar masih memiliki peluang besar untuk belajar dan berkembang dari pengalaman. Semoga ke depan ia, serta para aktor dan aktris, serta pekerja dunia perfilman di Indonesia memahami pentingnya peran penonton dalam karya-karya mereka.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak