Scroll Tanpa Tujuan: Apakah Kita Sedang Menjadi Generasi Tanpa Fokus?

Hikmawan Firdaus | Ridho Hardisk
Scroll Tanpa Tujuan: Apakah Kita Sedang Menjadi Generasi Tanpa Fokus?
Ilustrasi scroll konten di media sosial (freepik.com)

Di zaman digital ini, kita terjerat dalam arus informasi yang tak ada habisnya. Bangun tidur, langsung meraih ponsel dan sebelum tidur, mata terpaku pada layar. Ini bukan cuma kebiasaan, melainkan sudah jadi rutinitas. Tapi, pernahkah kita berpikir, sebenarnya apa yang kita cari saat scroll tanpa arah? Perilaku ini yang dikenal dengan istilah doomscrolling atau mindless scrolling, kini jadi perhatian serius para peneliti karena diduga berdampak besar pada konsentrasi, kesehatan mental, dan produktivitas kita.

Rentang perhatian kita makin pendek. Laporan dari Pew Research Center menunjukkan, penggunaan smartphone di kalangan remaja bikin konsentrasi mereka di sekolah terganggu. Di sisi lain, istilah “popcorn brain” mulai dikenal untuk menggambarkan otak yang terlanjur akrab dengan stimulasi cepat dari konten digital, tetapi kesulitan untuk menahan perhatian pada tugas yang butuh fokus dalam. Akibatnya, kita jadi mudah terdistraksi, bahkan dalam pekerjaan atau aktivitas yang biasanya bisa kita lakukan dengan baik.

Ini lebih dari sekadar masalah teknis yang mana fenomena ini menggambarkan perubahan budaya yang signifikan. Generasi digital hidup dalam dunia yang dikelilingi notifikasi, algoritma, dan tuntutan untuk selalu “update”. Budaya FOMO (Fear of Missing Out) menambah tekanan untuk terus terhubung, meski belum tentu itu berarti. Lagi pula, pergeseran ini mengubah cara kita memproses informasi dan berinteraksi. Sekarang, perhatian yang dangkal menjadi hal yang biasa.

Studi menunjukkan, doomscrolling sangat terkait dengan meningkatnya kecemasan, stres, bahkan depresi. Terpapar berita negatif tanpa henti bikin tubuh kita merespons stres dan berdampak pada pola tidur serta emosi. Salah satu penelitian yang diterbitkan oleh Caldwell Memorial menemukan bahwa kebiasaan ini bisa memperburuk kesehatan mental, apalagi jika tidak diimbangi dengan aktivitas yang menenangkan atau interaksi dalam dunia nyata.

Di tempat kerja, kita sering kali tidak sadar kalau kebiasaan scroll ini bisa bikin produktivitas kita anjlok dan kita merasa kurang puas dengan hasil kerja. Dan yang lebih tak enaknya, interaksi sosial jadi terasa lebih terputus karena meski kita ada di sana secara fisik, pikiran kita bisa saja melayang jauh ke guliran TikTok atau Instagram yang tak ada habisnya. Seseorang bisa duduk berdampingan, tapi jiwanya bisa jadi terjebak dalam dunia maya.

Tapi, ada kabar baik! Banyak langkah yang bisa diambil untuk menghadapi situasi ini. Sebuah penelitian dari National Library of Medicine menunjukkan bahwa meluangkan waktu untuk digital detox selama dua minggu bisa bikin tidur kita lebih berkualitas dan membuat hidup terasa lebih memuaskan. Mengurangi waktu di depan layar, mematikan notifikasi, dan memberi waktu untuk tanpa gadget adalah langkah-langkah awal yang sangat membantu.

Cobalah praktikkan mindfulness, atau kesadaran penuh terhadap momen sekarang. Ini bisa jadi cara yang ampuh untuk menarik kita keluar dari kebiasaan scroll yang tidak ada tujuannya. Penelitian dari Frontiers in Psychology mengungkapkan bahwa orang yang punya tingkat mindfulness tinggi lebih baik dalam mengontrol perilaku digital mereka, merasa lebih percaya diri, dan mengalami tekanan yang lebih sedikit dari media sosial.

Selain itu, penting banget untuk mendapatkan edukasi tentang literasi digital. Pengguna perlu paham bagaimana algoritma bekerja, efeknya terhadap perilaku kita, dan bagaimana bisa memanfaatkan teknologi dengan cara yang lebih sehat dan sadar.

Akhirnya, mari kita tanya diri sendiri, apakah hidup kita dijalani dengan kesadaran atau hanya sekadar mengikuti arus algoritma? Kebiasaan scroll tanpa tujuan bukan hanya masalah pribadi, tapi juga cerminan kondisi sosial kita saat ini. Saatnya untuk mengambil lagi kendali atas fokus dan waktu kita karena fokus itu harta terpenting di tengah banjir distraksi ini.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak