Food Waste, PR Besar di Balik Makan Bergizi Gratis

Hayuning Ratri Hapsari | inaya khoir
Food Waste, PR Besar di Balik Makan Bergizi Gratis
Ilustrasi limbah (Pexels.com/Emmet)

Tingginya angka stunting dan gizi buruk di Indonesia telah menarik perhatian pemerintah untuk segera mencarikan jalan keluar. Salah satu program strategis yang dicanangkan oleh pemerintahan yang baru adalah Program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Secara umum, MBG bertujuan untuk memberikan akses gratis terhadap makanan bergizi, terutama anak-anak sekolah. MBG diunggul-unggulkan sebagai solusi untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia.

Harapannya, melalui MBG, anak-anak usia sekolah dapat menerima asupan makanan yang seimbang dan cukup untuk mendukung tumbuh kembang mereka. MBG juga diharapkan dapat meminimalisasi masalah gizi buruk yang ditakutkan menjadi hambatan bagi generasi masa depan Indonesia.

Namun, di balik tujuan mulia dari program MBG ini, ada bom besar yang tidak boleh luput untuk diperhatikan, yaitu persoalan food waste atau limbah makanan. Sebagai negara dengan penyumbang sampah makanan terbesar di ASEAN, limbah dari program MBG tidak boleh dipandang sebelah mata.

Bagaimana tidak, sebagai program strategis nasional, MBG menyasar lebih dari 20 juta anak-anak usia sekolah di seluruh Indonesia.

Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memperkirakan bahwa setiap siswa dapat menghasilkan sampah makanan sebesar 50 hingga 100 gram per hari dari MBG ini.

Jika angka tersebut diakumulasikan dengan seluruh jumlah penerima manfaat, maka limbah makanan dari program MBG ini berpotensi mencapai lebih dari 2.000 ton per hari atau lebih dari 600 ribu ton per tahun.

Angka tersebut merupakan angka yang amat besar untuk limbah yang dihasilkan dari sebuah program strategis nasional.

Belum lagi dampak turunan dari limbah makanan yang mungkin timbul, seperti emisi gas rumah kaca akibat pembusukan sampah, pemborosan sumber daya, dan tekanan terhadap sistem pengolahan sampah di daerah-daerah yang infrastruktur lingkungannya belum memadai.

Oleh karena itu, integrasi strategi pengelolaan food waste yang komprehensif dan berkelanjutan ke dalam program MBG menjadi sebuah keharusan, bukan lagi sekadar pilihan.

Pengelolaan potensi food waste yang mungkin timbul dari program MBG bukan hanya sekadar isu teknis pengelolaan sampah, tetapi juga merupakan tanggung jawab moral dan strategis untuk memastikan keberlanjutan program dan menjaga kelestarian lingkungan.

Beberapa hal yang bisa pemerintah dan kita terapkan bersama adalah dengan menyusun pedoman teknis berkaitan dengan pelaksanaan MBG secara terstruktur dan komprehensif dari seluruh siklus program, mulai dari aspek logistik, penyimpanan, distribusi, hingga konsumsi secara efisien.

Pedoman ini tentu harus disusun dengan mempertimbangkan potensi timbulnya limbah di setiap tahapan rantai pasokan. Mulai dari proses perencanaan, produksi, hingga konsumsi di tingkat sekolah.

Setiap tahap tentu memiliki risiko tersendiri terhadap pemborosan jika tidak dirancang secara hati-hati. Pedoman ini juga harus mampu memetakan titik-titik kritis yang berpotensi menimbulkan limbah di setiap daerah penerima program.

Selain itu edukasi kepada penerima manfaat dan seluruh pihak yang terlibat, seperti guru dan orang tua berkaitan dengan pentingnya menghindari pemborosan makanan harus menjadi bagian integral dari program MBG ini.

Pendidikan gizi tidak hanya melulu soal kandungan makanan sehat, tetapi juga soal etika konsumsi dan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Kegiatan seperti clean plate campaign bisa menjadi salah satu cara menarik untuk meningkatkan kesadaran para penerima manfaat akan pentingnya mengurangi food waste.

Kegiatan ini tidak hanya bersifat simbolis, tetapi dapat dikemas dalam bentuk yang menyenangkan dan interaktif untuk memaksimalkan esensi dari kegiatan tersebut.

Dengan pendekatan-pendekatan yang edukatif, menyeluruh, dan kolaboratif, MBG ini akan berfungsi tidak hanya sebagai intervensi peningkatan gizi anak Indonesia, tetapi juga sebagai wadah pembentukan karakter anak-anak Indonesia yang bertanggung jawab dan peduli terhadap lingkungan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak