Pembelajaran 'Deep Learning' sebagai Paradigma Baru Pendidikan Nasional

Hayuning Ratri Hapsari | Budianto Sutrisno
Pembelajaran 'Deep Learning' sebagai Paradigma Baru Pendidikan Nasional
Ilustrasi sekolah. [Unsplash.com/ @isengrapher]

Seiring dengan perubahan zaman yang makin dinamis dan sulit diprediksi, dunia pendidikan terus berupaya menemukan pendekatan baru. Pendekatan yang dapat mempersiapkan generasi masa depan.

Di tengah berbagai inovasi pedagogis yang ada, Deep Learning atau pembelajaran mendalam muncul sebagai paradigma baru yang dianggap mampu menjawab tantangan pendidikan di abad ke-21.

Rencana untuk menerapkan pendekatan ini dalam kurikulum baru di Indonesia, telah memicu diskusi serius mengenai kesiapan, relevansi, dan dampaknya terhadap sistem pendidikan nasional.

Memahami esensi

Deep Learning dalam konteks pendidikan merujuk pada proses pembelajaran yang mendorong pemahaman yang mendalam, berpikir kritis, dan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata.

Pendekatan ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta keterampilan hidup yang sangat penting untuk menghadapi dunia yang kompleks dan terus berubah.

Sebagai sebuah paradigma pembelajaran, Deep Learning dibangun di atas tiga pilar utama yang saling terkait dan mendukung.

Pilar pertama adalah pembelajaran berbasis pengalaman autentik (authentic learning), yang menekankan keterlibatan siswa dalam tugas-tugas nyata yang relevan dengan kehidupan di luar sekolah. Melalui pilar ini, siswa belajar dengan cara mengalami langsung, bukan hanya sekadar menerima informasi secara pasif.

Pilar kedua adalah keterampilan berpikir mendalam (deep thinking skills), yang membantu siswa mengasah kemampuan mereka dalam menganalisis, melakukan sintensis, mengevaluasi, dan menciptakan solusi untuk masalah yang kompleks. Pilar ini mendorong siswa untuk lebih dari sekadar menghafal materi pelajaran; mereka diajak untuk memahami prinsip-prinsip dasar dan mengembangkan kemampuan metakognitif mereka.

Pilar ketiga adalah jaringan pembelajaran kolaboratif (collaborative learning networks), yang menekankan pentingnya membangun komunitas belajar di mana siswa, guru, orang tua siswa, dan berbagai pemangku kepentingan pendidikan lainnya saling bekerja sama dalam proses pembelajaran. Pilar ini mengakui bahwa belajar adalah proses yang melibatkan pertukaran ide, perspektif, dan pengalaman.

Penerapan di Indonesia

Indonesia dengan lebih dari 17.000 pulau dan sekitar 300.000 sekolah, menghadapi tantangan tersendiri dalam menerapkan paradigma pembelajaran baru.

Kesenjangan kualitas pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, disparitas infrastruktur, serta variasi kompetensi guru merupakan faktor-faktor yang tidak bisa diabaikan dalam diskusi tentang penerapan Deep Learning.

Pertanyaan penting yang muncul adalah: apakah paradigma Deep Learning cocok untuk diterapkan dalam kondisi pendidikan Indonesia yang beragam? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu melihat potensi transformatif yang ditawarkan oleh pendekatan ini.

Dengan prinsip-prinsip adaptivitasnya, Deep Learning bisa menjadi katalisator untuk mengatasi kesenjangan pendidikan, asal diterapkan dengan strategi yang tepat dan sesuai konteks.

Di daerah dengan fasilitas memadai, implementasi dapat dilakukan secara lebih komprehensif dengan memanfaatkan teknologi digital dan sumber daya modern.

Sementara di daerah dengan keterbatasan infrastruktur, esensi Deep Learning tetap dapat diterapkan melalui pembelajaran berbasis proyek sederhana, pemanfaatan sumber daya lokal, dan penguatan komunitas belajar. Kunci utamanya adalah adaptasi, fleksibilitas, dan komitmen untuk membawa perubahan secara bertahap tetapi berkelanjutan.

Jika dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum yang pernah diterapkan di Indonesia, seperti KTSP dan Kurikulum 2013, paradigma Deep Learning menawarkan sejumlah keunggulan yang signifikan.

Pertama, memiliki orientasi pada pengembangan kompetensi global yang seimbang. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang masih menitikberatkan pada penguasaan konten pelajaran, Deep Learning menekankan pada pengembangan enam kompetensi global (kreativitas, komunikasi, karakter, kewarganegaraan, berpikir kritis, dan kolaborasi) yang diperlukan untuk meraih sukses pada era digital dan global.

Kedua, pembelajaran berpusat pada siswa secara autentik. Meskipun kurikulum-kurikulum sebelumnya juga menyatakan berpusat pada siswa, dalam praktiknya masih banyak didominasi oleh guru.

Deep Learning mendorong pembelajaran yang benar-benar digerakkan oleh keingintahuan dan eksplorasi siswa, dengan guru yang berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

Ketiga, memiliki integrasi teknologi digital sebagai pemberdaya pembelajaran. Deep Learning memanfaatkan teknologi bukan sekadar sebagai alat bantu mengajar atau sumber informasi, melainkan sebagai sarana untuk menciptakan pengalaman belajar yang personal, kolaboratif, dan transformatif.

Keempat, memiliki sistem pembelajaran yang relevan dengan konteks global. Deep Learning mendorong siswa untuk berpikir sebagai warga global sambil tetap mengapresiasi dan mengembangkan potensi lokal sebagai basis identitas dan keunggulan komparatif.

Peluang transformatif

Indonesia memiliki peluang luar biasa untuk mengembangkan model Deep Learning yang sesuai dengan kearifan lokal dan keberagaman budaya. Kekayaan tradisi, bahasa, seni, dan lingkungan alam Indonesia bisa menjadi sumber pembelajaran yang autentik.

Melalui penggabungan prinsip-prinsip Deep Learning dengan nilai-nilai kearifan lokal, Indonesia berpotensi menciptakan model pendidikan yang tidak hanya mengikuti tren global, tetapi juga memiliki ciri khas dan keunggulan tersendiri.

Deep Learning sebagai paradigma baru dalam pendidikan nasional memberikan peluang transformatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di Indonesia. Dengan tiga pilar utamanya, Deep Learning berpotensi mempersiapkan generasi Indonesia untuk menghadapi masa depan yang makin kompleks dan tak terduga.

Namun demikian, keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada strategi yang kontekstual, adaptif, dan inklusif. Diperlukan komitmen jangka panjang, kolaborasi dari berbagai pihak, dan kesediaan untuk terus belajar dan beradaptasi dalam proses transformasi.

Dengan pendekatan yang tepat, Deep Learning tidak hanya akan menjadi inovasi pedagogis sementara, tetapi juga paradigma yang benar-benar mengubah wajah pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak