Pernah melihat seseorang yang selalu menyelipkan buku di dalam tas, membawanya ke stasiun, ke kafe, bahkan ke kantor?
Atau mungkin kamu sendiri salah satunya? Fenomena ini dikenal dengan istilah book-bosomed, yaitu sebuah kebiasaan yang melekat kuat pada para pencinta buku yang selalu membawa buku ke mana pun ia pergi.
Bagi sebagian orang, kebiasaan ini mungkin tampak ganjil. “Mau dibaca di mana?” atau “Emang sempat baca di jalan?” adalah komentar yang kerap kali muncul.
Bahkan tak jarang, ada yang menyangka bahwa membawa buku ke mana-mana hanyalah aksi pamer atau pencitraan agar terlihat intelek.
Padahal, bagi seorang pencinta buku atau orang yang memiliki hobi membaca, membawa buku bukan soal ingin dilihat orang lain sebagai bentuk pamer. Terkadang buku bisa menjadi teman ketika seseorang sedang tidak dalam kondisi terbaiknya.
Buku kadang kala hadir sebagai penenang dalam perjalanan yang melelahkan, sebagai pelarian dari keramaian dunia, atau sekadar teman diam yang setia yang tidak akan memuji dengan berlebihan.
Menjadi book-bosomed juga bukan berarti seseorang antisosial. Justru sebaliknya, orang-orang yang selalu membawa buku biasanya memiliki kepekaan emosional yang dalam.
Mereka tahu kapan harus tenggelam dalam bacaan, dan kapan harus hadir secara sosial. Buku bukan penghalang komunikasi, melainkan pengisi ruang-ruang kosong yang tak selalu bisa dipenuhi oleh obrolan.
Di sisi lain, membawa buku ke mana-mana juga menunjukkan komitmen pada kebiasaan membaca seseorang lho. Membaca buku tidak hanya dilakukan di meja baca di rumah atau di perpustakaan saja.
Justru, ketika seseorang ingin membangun kebiasaan membaca, hal pertama yang harus dilakukan adalah mendekatkan diri pada buku secara fisik dan psikologis.
Artinya, buku perlu hadir di ruang-ruang keseharian kita baik di meja kerja, di ruang tamu, atau bahkan di samping tempat tidur, yang terpenting akan selalu terlihat dan mudah digapai.
Menyimpan buku di tempat yang mudah dijangkau dan sering terlihat membantu otak mengenali bahwa membaca adalah bagian dari rutinitas harian, bukan kegiatan ekstra yang membutuhkan waktu khusus.
Kebiasaan kecil seperti membuka beberapa halaman saat menunggu transportasi atau membaca satu bab sebelum tidur, lama-kelamaan akan menumbuhkan keterikatan emosional dengan aktivitas membaca.
Semakin sering mata kita berinteraksi dengan buku, semakin besar kemungkinan kita membuka dan membacanya. Karena pada dasarnya, kebiasaan tidak dibangun dari niat besar semata, tapi dari konsistensi kecil yang terus diulangi.
Dan membawa buku ke mana-mana adalah salah satu bentuk paling sederhana, tapi efektif, dalam menanamkan kebiasaan membaca ke dalam hidup kita sehari-hari.
Aktivitas membaca buku bisa hidup di tengah kesibukan, perjalanan, atau disela waktu senggang. Buku ada di tas bukan karena pamer, tapi agar hubungan kita dengan buku semakin erat, sehingga tidak ada alasan untuk kita tidak menyisihkan waktu untuk membacanya.
Dan ada rasa bahagia yang tak bisa dijelaskan ketika bisa membaca beberapa halaman saat menunggu, atau menemukan tempat yang tenang di tengah hari yang mungkin sedang tidak baik-baik saja. Hal-hal kecil seperti itu yang membuat kebiasaan ini terasa istimewa bagi seorang pembaca buku.
Jadi, jika kamu termasuk orang yang selalu membawa buku ke mana pun, jangan merasa aneh atau perlu menjelaskan diri. Kamu hanya sedang menjalani hubungan yang lebih erat dengan dunia literasi, yang tidak selalu bisa dipahami oleh semua orang.