Kereta cepat Whoosh, yang dulu dielu-elukan sebagai simbol kemajuan transportasi Indonesia, kini kembali menjadi sorotan publik. Proyek prestisius ini awalnya diharapkan menjadi kebanggaan nasional: menghubungkan Jakarta dan Bandung hanya dalam waktu 45 menit.
Namun di tengah pujian terhadap kecepatan dan kecanggihan teknologinya, muncul pertanyaan baru: siapa yang sebenarnya paling diuntungkan dari Whoosh?
Dugaan Pembengkakan Biaya dan Respons KPK
Mantan Menko Polhukam Mahfud MD menjadi salah satu pihak pertama yang menyinggung dugaan pembengkakan biaya proyek tersebut. Ia mengungkap bahwa terdapat selisih besar antara perhitungan biaya versi Indonesia dan China.
“Versi kita sekitar USD 52 juta per kilometer, sementara versi China hanya USD 17–18 juta,” ujar Mahfud seperti dikutip dalam Suara.com (20/10/2025).
Selisih ini memunculkan dugaan adanya mark-up yang signifikan dalam pembangunan proyek yang menelan dana lebih dari Rp100 triliun itu.
Menanggapi hal tersebut, KPK menyatakan keterbukaannya untuk menganalisis data dugaan mark-up yang disampaikan Mahfud. Lembaga antikorupsi itu menegaskan tidak hanya menunggu laporan resmi, tetapi juga bisa melakukan analisis proaktif.
“Kalau ada datanya, tentu kami akan pelajari,” ujar Juru Bicara KPK Ali Fikri, dikutip dari Suara.com (20/10/2025).
Pernyataan ini menandai bahwa proyek yang selama ini dianggap lambang kemajuan tidak sepenuhnya lepas dari sorotan hukum dan akuntabilitas publik.
Ketika Kebanggaan Justru Datang dari Beijing
Di sisi lain, sosiolog Sulfikar Amir menyoroti dimensi simbolik yang tak kalah menarik. Dalam berita Bali.Suara.com (21/10/2025), ia menyebut bahwa Whoosh justru lebih menjadi kebanggaan bagi China, bukan Indonesia.
Menurutnya, Beijing merayakan peluncuran proyek ini secara besar-besaran karena menjadi ekspor teknologi kereta cepat pertama mereka. “Bagi China, ini pencapaian global. Tapi bagi Indonesia, kebanggaannya masih terasa timpang,” ujarnya.
Antara Kecepatan dan Transparansi
Kritik ini menyoroti paradoks yang khas dalam proyek besar: teknologi bisa melaju cepat, tapi rasa kepemilikan dan transparansi sering tertinggal. Whoosh memang sudah membawa Indonesia ke babak baru transportasi modern, namun di tengah hiruk-pikuk pencapaian itu, publik kini menunggu agar keterbukaan dan akuntabilitas bisa melaju secepat rel yang membentang dari Jakarta ke Bandung.