The Let Them Theory: Self-Healing untuk Kamu yang Sering Overthinking!

Hayuning Ratri Hapsari | Mira Fitdyati
The Let Them Theory: Self-Healing untuk Kamu yang Sering Overthinking!
Ilustrasi let it go (Pexels/Brett Jordan)

Siapa di sini yang sering capek sendiri karena terlalu memikirkan sikap atau perkataan orang lain? Ada seseorang yang tiba-tiba berubah sikapnya, lalu kita panik dan bertanya dalam hati, “Aku salah apa ya?

Atau saat ada kesempatan bagus, kita menolak hanya karena takut dinilai dan takut diomongin. Rasanya melelahkan kalau hidup terus berputar di kepala orang lain. Dalam video yang diunggah di kanal YouTube Maudy Ayunda pada Jumat (11/7/2025), Maudy Ayunda membagikan pelajaran dari buku The Let Them Theory karya Mel Robbins.

Maudy menyadari bahwa dalam hidup, banyak hal yang sebenarnya tidak perlu kita jelaskan, benarkan, atau pertahankan mati-matian. Kadang kita hanya perlu membiarkan, let them go, let them dislike you, let them think what they want.

Bersahabat dengan Perbandingan

Di zaman ketika semuanya serba digital, kita hampir setiap hari terpapar pencapaian orang lain. Lagi scroll media sosial, tiba-tiba lihat teman yang kariernya melesat, sudah menikah, punya rumah, dan rasanya hidup mereka berjalan jauh lebih cepat dari kita.

Mel Robbins mengatakan bahwa rasa iri itu tidak selalu buruk. Kadang rasa iri adalah sinyal bahwa kita sedang diperlihatkan hal yang sebenarnya sangat kita inginkan dalam hidup ini.

Masalahnya, kita sering menyiksa diri sendiri dengan memaksakan mengejar sesuatu yang belum tentu kita mau hanya karena orang lain melakukannya lebih dulu.

Maudy menggarisbawahi satu pelajaran penting yaitu biarkan orang lain duluan. Biarkan mereka terlihat lebih berhasil, biarkan mereka mendapatkannya lebih cepat.

Karena merasa tertinggal itu bukan berarti kita kurang, hanya saja kita sedang memaksa perjalanan kita untuk sama dengan perjalanan orang lain yang jalurnya jelas berbeda.

Berikan kesempatan kepada diri untuk menikmati proses sendiri. Jangan sampai hidup kita dikejar validasi dari hidup orang lain.

Rasa iri akan menyiksa jika digunakan untuk menghakimi diri, tapi bisa jadi kompas kalau kita pakai untuk mengenali apa yang sebenarnya kita inginkan.

Biarkan Mereka Pergi

Selain soal perbandingan, Maudy juga berbicara tentang keberanian membiarkan orang pergi tanpa menganggapnya sebagai penolakan.

Di buku ini, Mel Robbins menyebut fenomena the great scattering, fase ketika setelah sekolah, kuliah, atau masa tertentu, pertemanan yang dulu dekat mulai menjauh karena masing-masing punya hidup, visi, dan kesibukannya sendiri.

Rasanya memang menyedihkan. Namun, kalau kita memaksa tetap dekat, hubungannya justru bisa terasa canggung.

Membiarkan mereka pergi bukan berarti kita gagal mempertahankan hubungan, itu justru tanda bahwa kita menghormati perjalanan masing-masing. Yang tulus akan kembali, dan yang tidak memang bukan untuk kita bawa terus.

Biarkan Mereka Menghakimi

Hal berikutnya yang sering membuat hidup terasa berat adalah rasa takut dihakimi. Kita takut kelihatan gagal, terlalu ambisius, terlalu cepat berubah, terlalu berbeda.

Lama-lama, ketakutan ini berubah jadi penjara. Padahal, mencoba mengendalikan pikiran orang lain adalah pekerjaan tanpa ujung dan tanpa gaji.

Dan yang paling lucu yaitu sekeras apa pun kita berusaha terlihat cukup, tetap akan ada orang yang menghakimi. Jadi kenapa tidak sekalian saja hidup jadi diri sendiri?

Biarkan mereka berkomentar, biarkan mereka bilang kita berubah, biarkan mereka punya opini. Selama kita tahu arah dan niat kita, teruskan saja.

The Let Them Theory mengajak kita berdamai dengan hal-hal yang memang tidak bisa kita kendalikan, pikiran orang lain, pertemanan, dan pencapaian orang lain.

Ketika kita berhenti menghabiskan energi untuk memperbaiki atau menjelaskan semuanya, kita punya ruang untuk fokus pada diri sendiri, pada proses kita, dan pada kebahagiaan kita sendiri.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak