Serba-serbi Momen Hari Guru: Disentil Netizen sebagai Hari Wali Kelas

Hayuning Ratri Hapsari | e. kusuma .n
Serba-serbi Momen Hari Guru: Disentil Netizen sebagai Hari Wali Kelas
Ilustrasi perayaan Hari Guru (Pexels/Iqwan Alif)

Setiap tanggal 25 November, Indonesia merayakan Hari Guru Nasional, momen yang seharusnya menjadi refleksi tentang peran guru dalam dunia pendidikan. Namun, media sosial justru kerap menjadi panggung perayaan yang hanya tertuju pada wali kelas.

Tidak heran kalau kemudian Hari Guru Nasional disentil netizen sebagai “Hari Wali Kelas”. Sindiran ini bermunculan karena perayaan yang tampak lebih terfokus pada wali kelas dibanding semua guru yang ikut membentuk perjalanan pendidikan siswa.

Lalu, bagaimana fenomena ini bisa muncul? Apa saja serba-serbi momen perayaan Hari Guru yang sampai membuat netizen melontarkan sentilan tersebut?

Fenomena Kado dan Kejutan yang Berpusat pada Wali Kelas

Di berbagai sekolah, siswa dan orang tua sering menyiapkan buket bunga, kado, hampers, hingga dekorasi kelas untuk merayakan Hari Guru Nasional. Namun, sebagian besar kejutan itu hanya diberikan kepada wali kelas, bukan seluruh guru pengajar.

Media sosial juga dipenuhi unggahan video di mana wali kelas menerima buket besar dari kelasnya lengkap dengan kejutan unik, hadiah yang menggunung, dan pastinya sesi foto bersama sekelas.

Sayangnya, momentum apresiasi untuk guru ini justru terlewatkan karena guru mata pelajaran (mapel) seolah hanya jadi “pajangan”. Sebagian siswa dan orang tua yang ambil bagian dalam perayaan ini seolah lupa pada peran guru mapel.

Tidak heran kalau komentar di berbagai unggahan media sosial pada Hari Guru berujung pada anggapan perayaan Hari Wali Kelas meski ada di balik layar guru mapel juga ‘kecipratan’ hadiah.

Ekspektasi Vs Realita: Perayaan Guru Mapel yang Sering Terlewat

Dalam struktur pendidikan, setiap guru memiliki kontribusi berbeda-beda. Namun, karena intensitas bertemu lebih sering, siswa biasanya merasa lebih dekat dengan wali kelas.

Meski begitu, guru mata pelajaran lain sebenarnya tetap memiliki peran sama pentingnya dalam mendidik, mengembangkan keterampilan, menanamkan karakter, dan memberikan penilaian akademik.

Ironisnya, banyak guru mapel hanya menerima ucapan “Selamat Hari Guru” sekadarnya, tanpa perhatian khusus seperti yang diterima wali kelas. Hal ini menimbulkan diskusi tentang apakah perayaan Hari Guru sudah berjalan secara adil?

Tradisi “Patungan Kado” yang Jadi Sorotan

Salah satu topik yang ramai dibicarakan netizen adalah tradisi patungan kado. Dalam banyak kasus, kado khusus dipersiapkan hanya untuk wali kelas, sementara guru lainnya jarang yang masuk daftar.

Faktor kedekatan yang lebih intens dengan wali kelas dan anggapan beban kerja yang lebih berat sering kali jadi alasan, selain faktor ekonomi di mana wali murid tidak ingin membebani nominal patungan terlalu besar.

Tidak heran kalau kemudian koordinasi untuk memberikan kado ke semua guru juga minim terjadi. Netizen kemudian mempertanyakan, apakah ini menunjukkan rendahnya apresiasi terhadap guru mapel?

Perayaan Hari Guru Menjadi Ajang Evaluasi Sistem Apresiasi

Perdebatan ini pun membuka diskusi yang lebih dalam tentang cara merayakan Hari Guru yang benar-benar menghargai semua tenaga pendidik. Bahkan pihak sekolah pun pada akhirnya turun tangan dan melarang segala bentuk kado untuk guru.

Namun, sebenarnya apresiasi yang lebih berkesan juga bisa jadi solusi. Di antaranya apresiasi kolektif untuk seluruh guru, upacara penghargaan untuk semua guru tanpa kecuali, atau membuat kartu ucapan massal untuk semua guru pengajar.

Dengan langkah-langkah tersebut, Hari Guru tidak hanya menjadi seremonial, tetapi juga sarana membangun budaya penghargaan yang lebih sehat dan adil.

Di Balik Kritik, Ada Harapan Besar untuk Pendidikan Indonesia

Sentilan “Hari Wali Kelas” sebetulnya tidak muncul untuk merendahkan, melainkan sebagai ajakan mengoreksi kebiasaan yang kurang tepat. Netizen hanya ingin menyampaikan kalau setiap guru berhak diapresiasi sebab rangkaian pendidikan tidak berjalan hanya dengan peran satu figur guru.

Di sisi lain, penghargaan untuk guru tidak harus berupa materi, cukup ucapan tulus sudah berkesan di hati dan mampu menjaga hubungan yang lebih baik.

Pada akhirnya, Hari Guru adalah momentum untuk mengingat bahwa profesi ini merupakan pilar penting dalam kemajuan bangsa. Dengan apresiasi yang lebih inklusif, pendidikan Indonesia akan mampu melangkah ke arah yang lebih baik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak