Menyongsong 2020: Perbarui Strategi Belajar dengan Learn to Learn

Tri Apriyani | Dwi Nugraheni Hapsari
Menyongsong 2020: Perbarui Strategi Belajar dengan Learn to Learn
Belajar mengajar di sekolah

Dunia pendidikan selalu dikaitkan dengan pintar tidaknya siswa berdasarkan hasil ujian. Meski dewasa ini khalayak telah disadarkan bahwa kecerdasan dan kepintaran seseorang tidak semata-mata dapat dilihat dari hasil ujian. Bahkan di dunia kerja, mahasiswa yang lulus dengan IPK tinggi belum tentu lebih hebat dalam urusan pekerjaan. Dan hal tersebut bukanlah hasil yang ingin dicapai dalam proses belajar baik di sekolah maupun dunia luar. Lantas bagaimana memperbaiki proses belajar generasi muda saat ini?

  1. Mengenal istilah Learn to Learn

Mengenal istilah learn to learn, yaitu belajar untuk belajar. Strategi ini mendorong kemampuan murid untuk belajar mengetahui informasi yang terkandung dalam suatu buku, bacaan, dan lain-lain dengan cara yang dia sendiri mengerti.

Hal tersebut akan menimbulkan kemauan atau perasaan senang tanpa dibebani dengan paksaan untuk menghafal dalam belajar. Strategi learn to learn ini semakin gencar disampaikan karena melihat banyaknya murid yang cenderung mampu menjawab soal ujian tetapi tidak memahami informasi yang terkandung dalam ilmu tersebut, dan pada akhirnya menjadi lupa.

  1. Peran Pendidik dalam Strategi Learn to Learn

Learn to learn dinilai sangat efektif dalam meningkatkan ilmu dan pengetahuan seseorang. Strategi belajar ini memahami bagaimana otak berkerja dalam merumuskan suatu ilmu untuk dapat diterima oleh otak, ingatan, maupun perasaan. Hal ini bukan berarti mengesampingkan peran seorang guru.

Justru peran guru sebagai pendidik sangat diharapkan dalam membantu dan menuntun murid untuk belajar menemukan cara belajarnya sendiri, bukan menghafal. Kegiatan belajar yang berlangsung tentang mengapa dan bagaimana belajar sesuatu, sehingga murid menjadi terbiasa berpikir logis, dapat merumuskan cara yang paling tepat untuk menerima suatu informasi.

Selain itu, strategi ini juga memotret tentang pemahaman setiap anak yang berbeda-beda, sehingga sedari jenjang pendidikan terendah, murid dibantu untuk belajar menemukan cara dalam memahami suatu ilmu. Maraknya jalan pintas dalam menyelesaikan suatu soal, misalnya trik cepat perhitungan pada matematika, justru mendorong anak untuk malas berpikir dan cenderung menghafal.

Anak didik menjadi tidak memahami mengapa dan bagaimana proses suatu perhitungan terjadi, menyebabkan ilmu yang sebenarnya ingin disampaikan tidak dapat dipahami dengan baik. Oleh karena itu, strategi learn to learn menjadi sangat penting dalam dunia pendidikan karena bukan hanya hasil akhir yang diharapkan, tetapi juga proses berpikir seorang murid.

  1. Kemampuan Menerapkan Ilmu

Dalam strategi learn to learn, murid yang terbiasa memahami suatu informasi, dapat dikaitkan juga dengan kemampuannya dalam menyelesaikan masalah. Ilmu yang dimiliki bukan hanya ilmu hafalan, tetapi mampu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dia cenderung berpikir logis sesuai pengetahuan dan pengalamannya dalam menghadapi suatu masalah. Itulah harapan dunia pendidikan, terdidik menjadikan seseorang dewasa dalam memahami suatu permasalahan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak