Hidup bersosialisasi memang kudu banyak sabar dan mengelus dada. Ada hal-hal yang sering membuat kita capek hati karena memilih jalan yang tak sesuai dengan orang kebanyakan. Salah satunya urusan percintaan.
Sering kali status cinta seseorang dijadikan alasan untuk menghakimi. Seperti perihal cinta berikut ini, yang boleh jadi tanpa sadar, telah membuatmu men-judge orang lain. Yuk, dibaca sama-sama!
1. Mantan pacar
Setiap orang pasti ingin punya pasangan yang setia, selalu cinta, dan gak pernah nyakitin. Tapi akui saja, dalam hidup sering kali realitas tak sesuai harapan. Sudah berusaha memilih pacar yang sekiranya bakal membahagiakan, tapi ternyata tetap saja berujung salah pilih.
Saat melihat teman yang jumlah mantannya lebih banyak dari kamu, bukan berarti dia genit. Sukanya gonta-ganti pasangan. Boleh jadi, bukan kemauannya seperti itu. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin agar kisah asmaranya berakhir baik, tapi lagi-lagi berakhir pada ‘mantan’.
Dia pengin juga kok, bisa punya pacar yang bisa langgeng dan menuju sampai tahap pernikahan. Tapi apa mau dikata kalau memang suratannya sudah begitu? Apa gak kejam, orang sudah ditimpa kesedihan seperti itu, masih aja dibilang gono-gini?
2. Status cerai
Ada banyak wanita yang memilih menderita selama sisa hidupnya bersuamikan pasangan yang hobinya menyakiti, disebabkan lebih takut dengan gunjingan orang lain akibat status janda yang kemudian disandangnya nanti atau tuduhan wanita gak benar sehingga pilih cerai.
Pemikiran seperti ini harus dipatahkan supaya tak terus berakar. Perceraian memang bukan hal yang menyenangkan dan sebaiknya dihindari.
Tapi tak selamanya perceraian itu buruk. Masa iya, harus diam saja dan memilih bertahan padahal sudah berkali-kali disakiti, bukan secara verbal dan emosional saja, tapi bahkan sampai kekerasan fisik. Tentunya ini tak adil, bukan?
Jadi, jangan keburu men-judge orang yang memilih cerai. Karena kita tak tahu kisah apa dibaliknya. Dan khawatirnya, perilaku sering menghakimi ini, secara tidak langsung membuat banyak wanita yang jadi korban kekerasan dalam rumah tangganya, akibat takut dengan penghakiman orang di sekitarnya jika ia pilih pisah.
3. Masih single
“Kapan menyusul?”
“Apa nggak capek hidup sendirian terus?”
“Emang apa lagi sih yang dicari, kok masih aja betah sendiri?”
Familiar dengan kata-kata di atas? Sering banget kita mendengar kalimat tadi ditujukan pada mereka yang statusnya masih sendiri, padahal usia sudah layak bersama pasangan.
Mungkin maksudnya sih baik, tapi sadar gak sih, kalau melontarkan pernyataan seperti itu, bisa merusak kedamaian orang lain? Bisa jadi memang dia masih nyaman sendiri, atau sudah berusaha mencari jodoh tapi belum hadir juga, atau mungkin juga selama ini telah ada keinginan untuk berdua tapi keadaannya belum memungkinkan karena ia harus fokus menanggung finansial keluarga.
Yang tadinya dia baik-baik saja, tapi karena sudah terlalu sering mendapatkan pertanyaan seperti itu, mau tak mau kepikiran juga.
4. Umur pasangan
Jodoh itu misteri. Ada yang memang jodohnya dengan yang 20 tahun lebih tua, atau 10 tahun lebih muda. Jika mereka yang menjalani fine-fine saja, kenapa kamu harus misuh-misuh dan ribet sendiri?
Kalau memang mereka bahagia dengan pilihannya itu, maka doakan saja yang terbaik. Tak perlu menghakimi segala.
5. Pilih-pilih
“Jadi cewek tuh jangan terlalu pilih-pilih, nanti malah jadi perawan tua!”
Kalimat ini meski kejam, tapi cukup familiar kan di masyarakat? Terutama ditujukan bagi wanita. Kalau sudah berumur tertentu, misalnya sudah kepala tiga, tapi belum menikah, rasa-rasanya seperti aib. Mulailah tuduhan macam-macam bermunculan. Salah satunya dibilang terlalu pilih-pilih.
Padahal tiap orang punya jalan hidupnya sendiri. Dia yang sudah berumur tapi masih melajang, bukan berarti ‘tak laku’. Bisa jadi sudah banyak yang meminang, tapi memang dia masih senang sendiri, atau memang belum ada yang sreg di hati.
Selama kriteria yang ditetapkan itu masih dalam tahap wajar, sah-sah saja kok buat pilih-pilih pasangan. Justru bagus, supaya gak salah pilih!
Semoga dengan pembahasan di atas, bisa membuat kita lebih bijak bersikap terhadap status cinta orang lain. Menghindari kita dari mudahnya menghakimi, padahal kondisi sebenarnya kita tak tahu.