Anak-anak Benci Matematika? Pahami Dulu Yuk, Ini 5 Alasannya

Munirah | Anggoro Kasih
Anak-anak Benci Matematika? Pahami Dulu Yuk, Ini 5 Alasannya
Ilustrasi Anak Belajar Matematika. (Pixabay//PublicDomainPictures)

"Ma, Aku nggak enak badan. Boleh nggak sekolah hari ini?"

Padahal, setelah diperiksa suhu tubuh, dan diamati dengan seksama, anak dalam kondisi sehat-sehat saja. Nggak tahunya, hari ini ada pelajaran matematika. Kuis pula. Jadilah anak dengan sejuta cara menghindari mata pelajaran tersebut.

Nah, apakah kamu juga sering menemukan adik, keponakan, anak, atau bahkan diri sendiri yang membenci pelajaran matematika. Sampai rela pura-pura sakit agar tidak perlu ke sekolah. Seakan-akan alergi walau hanya mendengar kata "matematika"

Kira-kira, apa ya alasan anak-anak benci dengan mata pelajaran satu itu? Yuk, simak 5 alasan yang menjadi salah satu penyebab anak-anak benci matematika!

1. Sulit dipahami

Belajar matematika, tidak bisa berhasil jika tidak memahami segala sesuatunya dari awal. Anak harus mengenal angka. Lalu memahami soal, rumus, dan kolerasi satu sama lain. Kuncinya anak harus memahami konsepnya. Baik konsep penjumlahan, pengurangan, pekalian, pembagian dan lain-lain.

Kebanyakan anak-anak gagal dan memutuskan membenci matematika ketika pelajaran sudah terlanjur jauh berlanjutm sementara ia tertinggal memahami konsep awal.

2. Guru galak atau membosankan

Sudah sulit mempelajari teorinya, setidaknya akan sangat membantu jika pengajarnya adalah guru yang sabar dan bisa membuat anak-anak nyaman untuk memahami matematika. Kebanyakan guru pelajaran 'istimewa' ini adalah guru yang galak, tegas, ada juga yang justru membosankan dan membuat mengantuk.

Jika gurunya seperti itu, bagaimana anak-anak akan merasa nyaman memahami konsep matematika? Anak-anak justru akan beranggapan kalau mereka nggak ngerti, dan ingin bertanya takut 'dimakan' gurunya.

3. Banyak rumus yang sulit dihafal

Setelah memahami konsep dasar matematika, anak-anak akan dipertemukan dengan rumus-rumus matematika yang sifatnya mutlak. Tidak bisa salah, tidak bisa diganti. Sudah 'harga mati'. Bukan cuman satu atau dua rumus. Tapi banyak, dan itu semua harus dihafal dalam kepala.

Sudah hafal pun, rumus belum bisa langsung digunakan. Anak-anak harus memahami dulu apa yang ditanyakan dalam soal. Barulah bisa diputuskan rumus mana yang benar untuk menjawab pertanyaan tersebut.

4. Takut saat melakukan kesalahan

Coba diingat-ingat, apa kamu pernah memarahi adik, anak atau sekedar menertawakan teman yang salah saat mengerjakan soal matematika? Jangan-jangan justru kamu pernah mengalaminya, hehehe..

Bagi anak-anak, saat mereka memberanikan diri melakukan sesuatu, contohnya memecahkan soal matematika. Perlu mengumpulkan keberanian yang besar untuk melakukannya. Namun, saat mereka melakukan kesalahan lantaran salah rumus atau hal lainnya, lalu guru atau orang tua memarahi, bagaimana mereka tidak trauma untuk berani memecahkan soal matematika?

Tentu akan muncul rasa takut dan kapok saat mereka ingin memberanikan diri lagi. Alhasil, yah anak akan takut untuk berbuat salah.

5. Termakan omongan sekitar

Ada anak yang sebenarnya sejak awal mulai mengenal pelajaran matematika, mereka menyukainya. Biasanya karena mereka ternyata mulai memahami konsep matematika, dan berhasil saat mencoba menyelesaikan soal-soal yang ada.

Namun, tentu ada saat ketika mereka 'stuck' pada satu soal, dan di waktu bersamaan mendengar orang-orang sekitaran yang memang membenci matematika mempengaruhinya untuk menjadi ikut-ikutan menyerah dan setuju bahwa matematika tidak menyenangkan.

Nah, itulah alasan yang menjadi penyebab anak tidak begitu menyukai dan cenderung membenci pelajaran matematika. Mungkin kamu yang dewasa dan juga kurang suka matematika, mempunyai alasan lain selain yang tertulis di atas?

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak