Dating Violence: Sisi Gelap Berpacaran

Candra Kartiko | Miko Rizkita
Dating Violence: Sisi Gelap Berpacaran
Ilustrasi bertengkar (pexels.com) / RODNAE Productions

Kekerasan dalam berpacaran adalah pola perilaku menyerang  dan mengendalikan yang digunakan satu orang terhadap orang lain untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan dan kontrol dalam hubungan. Pelaku dengan sengaja berperilaku dengan cara yang menyebabkan ketakutan, degradasi, dan penghinaan untuk mengendalikan orang lain. kekerasan yang dilakukan dapat berupa fisik, seksual, emosional, dan bahkan psikologis.

Perempuan dan lak-laki dapat menjadi korban kekerasan dalam berpacaran, namun banyak penelitian mengungkapkan bahwa mayoritas korban adalah perempuan (lebih dari 95%).

Berdasarkan CATAHU 2021 selama tahun 2020 yang diterbitkan Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan pada 5 maret 2021 melalui laman website Komnas Perempuan, terdapat 1.309 kasus, 1. 074 kasus dilakukan oleh pacar dan 263 kasus dilakukan oleh mantan pacar. 

Bentuk-bentuk Dating Violence

- Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah perilaku yang mengakibatkan pasangan terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang, mendorong, mencekik, menjambak, mencengkram dengan keras pada tubuh pasangan dan serangkaian tindakan fisik yang lain.

- Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis adalah perilaku yang membuat pasangan terluka secara psikis, seperti mengancam, memanggil dengan sebutan yang mempermalukan pasangan, mengekang, menghina, memarahi pasangan di tempat umum, membatasi pergaulan/posesif, memberikan ancaman melukai diri sendiri/bunuh diri, ancaman menyebarkan video mesra/video porno balas dendam (revenge porn), dan gaslighting yang ditandai dengan menyalahkan korban.

- Kekerasan Ekonomi

Kekerasan ekonomi yaitu kekerasan yang dapat merugikan pasangannya secara finansial dan biasanya dilakukan melalui pemerasan terhadap pasangan, seperti mengambil uang pasangan, dan memaksa pasangan untuk mencukupi segala keperluan hidupnya (memanfaatkan pasangan), mengambil uang pasangan dan mengatur pengeluaran dari hal sekecil-kecilnya dengan maksud mengendalikan tindakan pasangan (Poerwandari, 2008).

- Kekerasan Verbal dan Emosional

Ancaman yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun mimik wajah atau tindakan yang sengaja dilakukan untuk menyakiti pasangan secara psikologis dan bertujuan mengendalikan pasangan dengan cara merendahkan  kepercayaan diri pasangannya. Seperti, berkomunikasi dengan kata-kata yang kasar, membentak, dan membatasi ruang gerak pasangan dalam beraktivitas.

- Kekerasan Seksual

Pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak seksual dengan pasangan tanpa persetujuan salah satu pasangannya atau sering disebut dengan tindakan seksual yang dilakukan secara paksa. Seperti, pemaksaan memeluk, mencium, dan sentuhan yang tidak diinginkan oleh pasangannya.

Faktor Penyebab Dating Violence

1. Faktor Eksternal

a. Lingkungan sosial pelaku

Lingkungan sosial mencakup lingkungan pergaulan, pertemanan, dan keluarga dari pelaku kekerasan. Pada umumnya remaja laki-laki melakukan kekerasan atau tindakan pemaksaan untuk diakui kemaskulinan mereka dan mendapatkan penerimaan dari teman sebaya.

b. Lingkungan tempat terjadi kekerasan

Lingkungan yang tertutup dan memiliki suasana memungkinkan kekerasan untuk terjadi. Hal ini dikarenakan pelaku kekerasan menghindari kemungkinan untuk dilihat orang lain.

c. Budaya patriarki

Sebuah stereotip gender yang meyakini laki-laki cenderung kuat dan perempuan cenderung lebih lemah, membuat pelaku kekerasan meyakini bahwa menguasai perempuan meskipun menggunakan kekerasan adalah hal yang wajar.

d. Menggunakan alkohol atau obat-obatan

Alkohol dan obat-obatan dapat menurunkan kemampuan individu dalam menginterpretasi sesuatu, kontrol diri, serta kemampuan untuk membuat keputusan yang baik. Sehingga, penggunaan alkohol dan obat-obatan dapat meningkatkan risiko dating violence.

2. Faktor Internal

a. Sejarah kekerasan dalam keluarga

Dating violence cenderung dilakukan oleh laki-laki yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

b. Kepribadian

Penelitian yang dilakukan di Kanada menyebutkan bahwa pelaku yang menyerang pasangannya memiliki gangguan kepribadian seperti antisocial, borderline personality disorder ataupun faktor-faktor seperti emotionally dependent, insecure, rendahnya self- esteem sehingga mereka sulit mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam diri mereka.

c. Ketergantungan korban pada pelaku

Follingstad, Rutledge, Polek, & McNeill-Hawkins (dalam Luthra & Gidycs, 2006) menyebutkan korban kekerasan berulang kali akan lebih bisa bertahan dalam hubungan yang dijalaninya, daripada korban sekali kekerasan. Artinya, tindakan kekerasan yang dilakukan lebih sering akan membuat korban merasa bahwa ia berhak menerima perilaku kekerasan tersebut.

d. Dorongan seksual

Dorongan seksual memengaruhi pelaku untuk melampiaskan hasratnya dengan cara memaksa.

e. Kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam pacaran yang sehat

Representasi media secara berlebihan terkait bagaimana menjadi remaja laki-laki atau perempuan, membuat remaja terjebak dalam sebuah stereotip. Hal ini membuat remaja lelaki harus menguasai dan remaja perempuan harus pasif menghadapinya. Selain itu, kurangnya pengalaman dan ketidaktahuan membuat remaja salah mengartikan perilaku-perilaku berbahaya sebagai bentuk dari kasih sayang dan cinta. 

Cara Menghindari Dating Violence

1. Perhatikan perilaku pacar ke orang lain

Apakah pasangan anda sering mengejek, kasar, atau merasa dirinya lebih dari orang lain? Jika ya, maka berhati-hatilah, ada kemungkinan pasangan anda akan memperlakukan anda seperti itu.

2. Hargai diri dan pendapat Anda

Cinta memang seringkali perlu pengorbanan, namun tidak setiap orang perlu diperjuangkan. Jika pasangan anda tidak memperdulikan keadaan dan perasaan anda, ada kemungkinan sebenarnya ia tidak mencintai anda. Jika begitu, maka tidak perlu diperjuangkan.

3. Pahami perilaku yang sehat dan tidak sehat

Hal yang lumrah apabila remaja atau orang pada umumnya menginginkan segala sesuatu berjalan sesuai kehendak mereka masing-masing. Namun, hal tersebut tidak selamanya dapat terwujud. Perlu dipahami bahwa mencoba mengontrol situasi dengan melakukan manipulasi, menuntut, atau bahkan merundung merupakan perilaku yang tidak sehat. Dalam situasi tersebut, lebih baik kita melakukan perilaku yang sehat seperti bernegosiasi, melakukan penyelesaian masalah, dan berkolaborasi.

4. Buat batasan

Sejak memulai hubungan, tetapkan batasan tentang hubungan, termasuk tentang hubungan intim dan kekerasan. Sekali melakukan kekerasan, umumnya frekuensi kekerasan akan meningkat. Jadi usahakan membuat batasan sejak awal dan jika terjadi kekerasan segera cerita ke orang yang anda percayai (keluarga atau sahabat). Hindari memaksakan diri untuk melakukan hal yang diminta oleh pasangan jika melewati batasan pribadi, norma sosial, atau batasan yang telah dibuat sejak awal.

5. Tetap habiskan waktu dengan diri sendiri, teman dan keluarga

Sebaiknya, waktu tidak hanya dihabiskan untuk berpacaran karena akan membuat anda semakin bergantung kepada pasangan. Luangkan beberapa waktu bersama keluarga dan teman.

Demikian penjelasan tentang dating violence atau kekerasan dalam berpacaran.

Penulis: Azmi F., Gita T. S., Kurniati N., Miko R., Mutia A., Rolla S., Sulthan D. A.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak