7 Istilah Puasa dalam Bahasa Sunda, Ada yang Kamu Kenal Juga?

Hernawan | Erfransdo Erfransdo
7 Istilah Puasa dalam Bahasa Sunda, Ada yang Kamu Kenal Juga?
Ilustrasi bulan Ramadan (Unsplash/Umar ben)

Sebagai warga Sunda asli, saya sudah tidak asing lagi dengan istilah-istilah yang populer dalam budaya masyarakatnya. Tak terkecuali istilah-istilah saat bulan puasa tiba. Bahkan, beberapa istilah Sunda tersebut sudah menjadi istilah yang lumrah dipakai baik oleh masyarakat Sunda atau masyarakat Indonesia pada umumnya, seperti ngabuburit yang sudah tidak asing lagi di telinga kita.

Istilah-istilah Sunda ini sudah diajarkan atau saya terima sejak saya masih belum sekolah. Selain ibu di rumah yang memperkenalkan istilah-istilah saat bulan puasa, masyarakat setempat pula yang berperan besar dalam memperkenalkan saya pada istilah-istilah puasa dalam bahasa Sunda yang akan saya paparkan berikut ini.

1. Munggahan

Istilah pertama yaitu munggahan yang berarti naik undakan untuk masuk ke dalam rumah atau ke masjid. Istilah munggahan biasanya dipakai masyarakat Sunda h-1 bulan Ramadhan atau di akhir bulan Sya’ban. Biasanya, para perantau akan menyempatkan untuk pulang ke kampung halaman berkumpul bersama keluarga guna sahur bersama. Sahur pertama atau tradisi munggahan biasanya akan diadakan acara makan bersama dengan hidangan-hidangan yang istimewa seperti menu di akhir bulan Ramadhan menjelang lebaran.

Selain berkumpul bersama keluarga menyantap sahur bersama, munggahan juga biasanya dimanfaatkan masyarakat Sunda untuk berziarah ke makam kerabat dan juga membagi-bagikan makanan kepada tetangga, untuk saling mencicipi menu sahur dan buka puasa di hari pertama.

2. Ngabuburit

Istilah kedua mungkin tidak akan asing lagi bagi siapapun, yaitu ngabuburit. Ngabuburit berasal dari kata burit yang dalam bahasa Indonesia berarti sore. Ngabuburit adalah kegiatan orang-orang yang berpuasa untuk menghabiskan waktu menuju magrib agar waktu berbuka tidak akan terasa. Namanya juga ngabuburit, pasti dilakukan di sore hari, kalau di siang hari ada istilah lainnya yang akan saya bahas setelah ini.

Bisanya, para muda-mudi akan mengajak kekasih untuk berburu takjil bersama ke tempat-tempat sumber takjil atau sekadar berjalan-jalan menikmati angin sore. Selain berburu takjil, orang-orang juga bisa bersedekah dengan cara membagi-bagikan takjil kepada yang membutuhkan. Pahala dapat, waktu berbuka pun menjadi cepat.

3. Ngabeubeurang

Ngabeubeurang adalah lawan kata dari ngabuburit. Jika ngabuburit adalah melakukan kegiatan untuk mempercepat waktu sore, maka ngabeubeurang adalah kegiatan untuk mempercepat waktu siang. Ngabeubeurang berasal dari kata beurang yang dalam bahasa Indonesia berarti siang.

Biasanya, ngabeubeurang dilakukan setelah fajar atau setelah shalat subuh. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan adalah lari pagi. Saat sekolah di bulan Ramadhan, saya selalu menyempatkan untuk lari pagi setelah shubuh bersama teman di kampung untuk mempercepat waktu siang. Santai saja, larinya jangan kencang-kencang alias lebih kepada jalan biasa. Kalau lari cepat, nanti yang ada malah kepengin minum.

4. Godin

Selanjutnya ada istilah godin. Entah berasal dari mana bahasa tersebut sebab di kamus Sunda pun tidak ada. Namun, istilah godin sudah populer untuk masyarakat Sunda khususnya di daerah saya, Sukabumi. Jika dalam bahasa Arab, ada kata ghadin yang mempunyai arti esok hari. Namun, pada nyatanya godin dalam bahasa Sunda merupakan arti dari membatalkan puasa secara sengaja walaupun belum saatnya. Istilah ini tentunya mempunyai makna yang negatif.

Jadi, pada hakikatnya godin adalah perilaku yang sungguh tercela karena makan dan minum di saat sebelum magrib, apalagi bagi orang-orang dewasa yang secara terang-terangan melakukan godin. Bahkan, sekarang godin sudah menjadi hal yang lumrah, terkecuali dalam keadaan yang sangat mendesak seperti orang yang sakit atau wanita hamil.

5. Puasa ayakan

Sama seperti godin, puasa ayakan mempunyai konotasi yang negatif. Di mana, puasa ayakan merupakan puasa yang dilakukan leha-leha alias tidak puasa sepenuhnya. Puasa ayakan sendiri menurut ibu saya kependekan dari lamun aya dihakan (kalau ada makanan, dimakan), lawannya adalah puasa jojodog alias lamun aya ngajedog (kalau nggak ada makanan, diam).

Jadi, orang yang melakukan puasa ayakan ini akan makan kalau ada makanan meskipun masih siang meskipun belum saatnya berbuka puasa. Kalau nggak ada makanan ya diam atau mencari-cari makanan untuk godin. Orang seperti mereka biasanya secara fisik kuat melakukan puasa, namun enggan untuk melakukannya. Jangan dicontoh, ya, Slur!

6. Ngadulag

Istilah lainnya adalah ngadulag, yaitu kegiatan menabuh gendang atau beduk yang ada di masjid yang biasanya dipakai untuk menyerukan adzan meski sekarang sudah menggunakan speaker atau TOA. Biasanya, kegiatan ngadulag dilakukan sebelum tarawih, ketika membangunkan sahur keliling, dan juga saat malam takbiran tiba untuk meramaikan suasana di bulan Ramadhan.

Ngadulag biasa dilakukan oleh anak-anak hingga dewasa. Ngadulag merupakan kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu oleh kaum lelaki (khususnya anak-anak) dengan mempersiapkan pemukul beduk dari rumah.

7. Cacap

Terakhir, ada istilah cacap. Cacap mempunyai arti selesai. Maksudnya, puasa yang dilakukan seseorang sempurna dari fajar sampai magrib tidak batal atau tidak melakukan hal yang membuat batal puasanya. Istilah ini juga biasanya dilakukan pada anak-anak.

Biasanya, mereka yang cacap satu bulan puasa akan mendapatkan hadiah dari orang tuanya, entah berupa uang THR atau mainan. Dulu, ketika pertama kalinya saya berhasil cacap puasa satu bulan penuh, ibu saya membelikan saya sandal yang berhadiahkan mobil remot. Rasanya senang banget. Hahaha.

Nah, itulah beberapa istilah yang biasa digunakan orang Sunda saat bulan puasa tiba. Gimana, masih kuat puasanya, Slur? Ingat, jangan godin!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak