Perkataan merupakan hal yang paling mudah untuk membuat orang merasa bahagia, pun juga menderita. Perkataan bisa sekejap membuat orang terbang meninggi di langit, namun juga bisa membuat seseorang terperosok jauh ke dalam tanah.
Sayangnya sedikit orang menyadari bahwa perkataan mereka bisa menimbulkan dampak yang sangat berpengaruh kepada kehidupan sesamanya.
Mereka tidak pernah menyadari diri bahwa yang mereka lakukan merupakan hal yang salah. Mereka tidak memahami bahwa perkataan harus dijaga dengan bijaksana. Sehingga perkataan terus dilontarkan, seseorang semakin meninggi dan terperosok karenanya. Semakin meninggi bisa menimbulkan rasa tinggi hati, sedangkan semakin terperosok bisa memperparah rasa rendah diri.
Lalu, apa saja kalimat atau perkataan yang membuat seseorang merasa dihakimi?
1. Berkaitan dengan sesuatu mengenai fisik
Manusia sudah diciptakan dengan sempurna. Kenapa masih banyak manusia yang berkomentar tentang fisik sesamanya?
Masih sering terjadi hingga kini, dimana seseorang mengomentari fisik orang lain. Bukan sekadar komentar, tapi lebih kepada menyudutkan.
Kalimat sederhana, seperti "Kamu makin lama kok makin gendut, jelek banget", "Tinggimu nggak seberapa, kok bisa pendek banget?", "Kamu nggak cantik, ngaca dong!", Dan sebagainya bisa merusak rasa percaya diri dari seseorang.
Memberi penegasan bahwa dengan bertubuh gendut maka seseorang menjadi jelek, memberi pertanyaan terhadap bentuk tubuh yang sudah dikaruniakan, dan memerintah seseorang untuk melihat dirinya sendiri dalam sisi yang buruk, bukanlah hal yang memanusiakan manusia.
Seseorang menjadi minder setengah mati, mereka memilih mengurung diri, ingin mengubah banyak hal yang sebenarnya tidak perlu untuk diubah. Karena apa? Sebuah perkataan dari sesamanya. Seajaib itu.
2. Berkaitan dengan kegagalan seseorang
Setiap orang memiliki kisah dan cerita saat gagal. Bahkan orang yang kini sukses dan kaya raya sekalipun, ada masa dimana mereka harus merangkak untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Semua orang punya masa gagal dan proses menjadi dirinya yang sekarang.
Sayangnya, dalam bermasyarakat kegagalan seseorang masih menjadi gosip yang enak didengar. Bahkan menjadi ulikan yang detail seolah tidak pernah dan tidak berkemungkinan untuk mengalaminya sendiri. Entah dimana empati semua orang.
Lebih baik jika kita mendapati seseorang dalam lingkungan kita gagal akan suatu hal, kita harus memberi ruang untuknya berdamai dengan diri sendiri. Bersikap seolah tidak tahu mungkin sedikit lebih baik di masa-masa ini.
3. Berkaitan dengan perbandingan
Dibandingkan dengan orang lain bukanlah hal yang disenangi. Menjadi pembanding yang baik, akan merasa sering tidak enak hati kepada orang lain. Menjadi pembanding yang buruk, mindernya setengah mati. Entah kenapa di dunia ini masih lumrah dengan kalimat perbandingan antar sesama manusia.
Padahal kalau mau di adu, tidak akan ada yang menang. Pasalnya setiap orang saling memiliki kelebihan dan kelemahan yang tidak bisa disamakan. Seseorang bisa merendahkan yang lainnya karena suatu hal, namun dia juga unggul dalam lain hal. Bagaimana?
Memang bukan seharusnya untuk mengadu ciptaan Tuhan. Sebisa mungkin, perbedaan yang ada adalah hal yang bisa diambil pembelajaran untuk saling menghargai dan menghormati sesama, menjaga perasaannya lalu hidup dan berbaur dengan rasa tenang tanpa merasakan bahwa hidup adalah persaingan.
4. Berkaitan dengan masa lalu
Masa lalu tidak seutuhnya baik dan buruk. Tentunya setiap manusia memiliki rekaman jejak perjalanan yang berlika-liku. Namun, masa lalu seseorang bukanlah hal yang layak untuk diperdebatkan. Sekalipun itu adalah prestasi, segalanya sudah meluruh seiring waktu. Pun jika hal tersebut adalah kegagalan dan hal yang memalukan, semua sudah menjadikan seseorang menjadi lebih baik dan dewasa.
Masa lalu hadir untuk diterima dan dipetik pembelajarannya. Tentu saja, masa lalu adalah milik manusia sendiri-sendiri yang tidak seharusnya untuk diungkit kembali. Kenapa harus sibuk dengan masa lalu seseorang jika diri sendiri juga memiliki?
5. Berkaitan dengan keputusan yang diambil
Keputusan yang sudah berlalu tahunan lalu, kenapa seringkali dianggap sebagai tanda tanya oleh seseorang di masa yang lain?
"Kamu kenapa memutuskan untuk A? Wah, padahal kalau B kayaknya bakalan lebih baik". Sebuah lontaran sederhana namun sangat terasa bagi orang yang mendengar dan menerimanya.
Seandainya semua orang tak memiliki rasa saling menghormati, mungkin banyak orang akan menanggapi kalimat tersebut dengan penuh emosi. Bagaimana tidak, sesuatu sudah berlalu dan sudah dijalankan, keputusan sudah diambil dan diterima, untuk apa mempertanyakannya kembali?. Pengambilan keputusan adalah sepenuhnya hak dari mereka yang menjalankan.
Bukan perkara mudah bagi seseorang untuk mengambil keputusan. Setelah dia berhasil, orang lain dengan mudahnya mengolok-olok dan menjadikan keputusannya pertanyaan yang seolah tidak pernah selesai. Menyebalkan sekali!
Itulah 5 kalimat yang membuat orang lain merasa dihakimi. Semoga tulisan ini menjadikan kita lebih sadar diri dan memiliki empati yang baik kepada sesama manusia.