Kenali 3 Macam Toxic Masculinity yang Menjamur di Masyarakat, Itu Salah Ya!

Candra Kartiko | Nanik Srisunarni
Kenali 3 Macam Toxic Masculinity yang Menjamur di Masyarakat, Itu Salah Ya!
Ilustrasi Laki-laki. (Pixabay.com)

Nyatanya hidup di tengah masyarakat memanglah tidaklah mudah. Banyak macam tuntutan dari masyarakat yang terkadang tak selamanya mampu kita penuhi dan tak seharusnya pula untuk kita turuti. Ada kesehatan mental yang perlu dijaga, ada batin yang harus tetap tenang dan nyaman untuk bisa bertahan.

Apalagi untuk para laki-laki, stigma yang terlanjur menjamur membuat mereka kehilangan ruang gerak untuk bernapas lebih bebas dalam menikmati kehidupan dan mengekspresikan apa yang ia rasakan. Mereka terkekang, di hukum oleh keadaan yang tidak ia inginkan. Salah satunya adalah adanya toxic masculinity yang masih eksis di masyarakat.

Berikut 3 macam toxic masculinity yang masih menjamur di tengah masyarakat.

1. Laki-laki tak boleh cengeng

Stigma ini seperti sudah mengakar sejak anak laki-laki lahir ke bumi. Mereka di didik untuk bisa bermental kuat, tidak mudah menangis dan mengeluh. Akhirnya hal ini terbawa hingga ia dewasa dan menjadi sebuah stigma yang ia benarkan dan ia turunkan kepada keturunannya pula.

Padahal laki-laki juga sama-sama manusia biasa yang memiliki batas titik lemah dan ketidakmampuan dalam menahan perasaannya. Jadi, layak untuk para laki-laki untuk mengekspresikan apa yang ia rasakan karena hal itu adalah bentuk ekspresi yang wajib diluapkan.

2. Harus mandiri

Laki-laki harus mandiri dalam berbagai hal, tidak boleh menyusahkan orang lain. Harus berdiri di atas kaki sendiri apapun keadaannya. Padahal, wajar apabila laki-laki meminta bantuan pada orang lain karena tak semua hal bisa dilakukan seorang diri. Mandiri wajib, tapi bukan berarti tidak meminta pertolongan sama sekali kepada orang lain ketika tidak mampu berjalan sendirian.

3. Harus lebih sukses dari perempuan

Pandangan satu ini kerap melabeli para laki-laki. Mereka dituntut untuk bisa memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada perempuan sebagai bentuk harga diri mereka. Padahal harga diri tidak ditentukan dari seberapa banyak penghasilan laki-laki, tetapi harga diri laki-laki ditentukan oleh bagaimana ia bertanggungjawab atas kehidupan yang telah dipilihnya.

Demikian 5 toxic masculinity yang masih menjamur di masyarakat. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak