Sama seperti negara-negara lainnya, Jepang tidak lepas dari aturan atau norma sosial yang dipatuhi oleh masyarakatnya. Sebagian dari normal sosial itu digolongkan menjadi hal yang boleh dilakukan, ada pula yang dilarang bahkan dianggap tabu. Melakukan sesuatu hal yang dianggap tabu merupakan sama artinya dengan kita menunjukkan bahwa kita tidak menghargai etika dan norma sosial yang dianut masyarakat. Nah, apa saja sih hal-hal tabu di Jepang? dirangkum dari oyster dan cotoclub, kali ini kita akan membahas beberapa hal mendasar dalam kehidupan bermasyarakat di Jepang yang sebaiknya tidak dilakukan karena dianggap tabu.
1. Mengoper Makanan Dengan Menggunakan Sumpit
Aturan menggunakan sumpit di Jepang memang rumit dan banyak sekali poin-poinnya. Salah menggunakan sumpit bisa dianggap tidak sopan dan mencederai aturan sosial. Salah satu yang dianggap tabu dan fatal jika dilakukan adalah mengoper (memberikan dan menerima) makanan dengan menggunakan sumpit. Hal ini dianggap tabu sebab mirip dengan tradisi pemakaman di Negeri Sakura, Jepang. Dalam tradisi pemakaman itu, potongan tulang jenazah diteruskan dari satu orang ke orang lainnya. Prakteknya mirip mengoper makanan.
2. Membawakan Bunga Ketika Menjenguk Orang Sakit
Siapa tidak senang diberi bunga. Setiap bunga mempunyai makna tersendiri dan bisa menjadi penyampai pesan yang efektif kepada si penerima. Akan tetapi, perhatikan jenis bunga yang akan diberikan, terutama untuk orang yang tengah sakit atau berduka.
Dalam ajaran Buddha, bunga teratai mungkin adalah jenis bunga yang amat dihormati. Akan tetapi, memberikan bunga teratai ketika menjenguk kerabat yang sakit sama saja dengan mendoakan yang bersangkutan cepat meninggal. Hal ini disebabkan karena bunga Teratai erat kaitannya dengan pemakaman atau kuburan.
Membawakan bunga kamelia pun tidak disarankan. Bunga satu ini juga selalu diasosiasikan dengan pemakaman dan kuburan. Uniknya, masyarakat Jepang enggan menerima karangan bunga krisan lho. Bunga krisan adalah lambang keluarga kerajaan dan menerima bunga krisan dari seseorang dianggap tabu.
3. Tabu di Balik Angka Empat
Hati-hati mengucapkan kata “empat” sebab pengucapan angka satu ini sama dengan pengucapan “kematian” dalam bahasa Jepang. Sama juga dengan mengucapkan 42 (shi ni) yang bunyinya hampir sama dengan “mati.”
Karena alasan itulah rumah sakit pada umumnya tidak mempunyai kamar dengan urutan nomor 4 atau pun 42. Makna tabu di angka 4 ini sama dengan kepercayaan Eropa yang menganggap bahwa angka 13 adalah angka sial. Konon di negara-negara Eropa, umumnya hotel tidak menyediakan kamar dengan angka 3 atau 13. Menariknya, bandara Haneda di Jepang tidak mempunyai jalur pendaratan dengan nomor 13 lho.
4. Tabu Dalam Menulis Surat
Di Jepang, pelipatan huruf dan penempelan perangko punya aturan ketat lho. Misalnya, surat untuk bela sungkawa, hindari menggunakan amplop berlapis ganda sebab ini dianggap sebagai kutukan atau doa datangnya bencana selanjutnya. Sementara itu, perangko untuk pasangan jangan sampai terbalik. Jika ini terjadi, jangan harap kamu akan mendapat respons dari gebetan.
5. Tabu Menggunakan Warna Hitam Untuk Membungkus Kado
Membungkus kado di dalam kebudayaan Jepang tidak bisa sembarangan. Warna kertas yang digunakan mempengaruhi makna kado yang diberikan. Agar penerima senang menerima kado, hindari menggunakan kertas kado berwarna hitam sebab warna ini diasosiasikan dengan kesedihan dan kematian.
Itulah beberapa hal tabu dalam budaya dan tradisi di Jepang. Kira-kira di daerahmu adakah hal tabu yang sama seperti yang telah dipaparkan di atas?