Beberapa waktu lalu, muncul tren prank menakut-nakuti anak dengan menjebak mereka di dalam sebuah ruangan sendirian dengan menyalakan suara cekikikan ala hantu kuntilanak. Tak pelak, kelakuan nyeleneh beberapa orang tua yang ikut andil dalam tren prank tersebut membuat anak mereka menangis ketakutan. Berbagai reaksi warganet muncul. Ada yang terhibur, tapi, tidak sedikit pula yang mengecam aksi para orang tua tersebut karena dinilai keterlaluan dan membahayakan kesehatan mental anak mereka.
Menakut-nakuti anak memang bisa berdampak buruk terhadap kesehatan mental dan psikologi anak. Menurut Dr. Danine Dean, seorang psikolog berlisensi dari California, mengatakan bahwa Anak-anak mungkin takut membuat keputusan sendiri, yang berpotensi menyebabkan penurunan kepercayaan diri, kecemasan, atau kurangnya ketahanan diri.
Selain itu, ada juga dampak negatif dari menaku-nakuti anak yang dirangkum dari situs PsychCentral.com, apa saja? Yuk simak selengkapnya!
1. Memiliki kepercayaan diri yang rendah
Anak yang sering ditakut-takuti oleh orang di sekitarnya bisa memiliki kepercayaan diri yang rendah. Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., sering menstimulus anak dengan rasa takut akan menurunkan kepercayaan diri, karena anak akan cenderung serba takut untuk melakukan hal-hal baru. Padahal, di usianya, anak cenderung suka dan diharuskan bereksplorasi dengan berbagai macam hal.
2. Kesulitan dalam menjalin pertemanan
Akibat sering distimulus dengan rasa takut atau ditakut-takuti, anak akan kesulitan menjalin pertemanan. Rasa percaya diri yang rendah dan seringkali diliputi rasa was-was akan orang lain, membuat anak jadi sulit percaya bahkan dengan teman sebayanya sendiri. Maka bukan tidak mungkin, anak cenderung pendiam dan sulit berteman.
3. Sulit mempercayai orang lain termasuk orang tua
Bagaimana perasaanmu saat orang yang kamu percaya malah menakut-nakutimu? Anak mempercayakan seluruh hal di dalam hidupnya kepada orang tuanya, ia sangat bergantung kepada orang tua. Maka bagaimana perasaan anak ketika ia ditakut-takuti oleh orang tuanya sendiri? Ia akan kehilangan rasa percaya dengan orang tuanya sendiri. Dari alam bawah sadarnya, anak seperti memiliki 'white list' dan 'black list'.
Saat anak merasa percaya dengan seseorang, ia akan senantiasa mengikuti perintah, dan diatur oleh orang tersebut (white list). Namun, jika anak tak lagi percaya bahwa orang tersebut aman baginya, ia cenderung akan lebih sering memberontak saat berhubungan dengan orang yang tidak ia percayai (black list).
4. Sulit membuat keputusan sendiri
Ini erat hubungannya dengan kepercayaan diri anak. Kolerasi antara percaya diri dengan mengambil keputusan sangat kuat. Saat anak percaya diri, maka ia mudah mengambil keputusan tanpa merasa takut. Namun, saat kepercayaan diri anak rendah, ia cenderung akan merasa ragu dan takut dengan pilihannya. Anak akan lebih mudah bergantung dengan orang lain, ketimbang dirinya sendiri.
Wah, ternyata banyak ya dampak menakut-nakuti anak. Nah, parents, mulai sekarang berhentilah menstimulus anak dengan rasa takut, ya, karena sejatinya rasa takut anak itu mendasar dan seringkali tumbuh lewat stimulus orang tuanya sendiri.