Literasi tidak melulu soal keterampilan membaca dan memahami intisari dari apa yang kita baca. Literasi lebih daripada itu, menjadi peka dengan sekitar dan berperilaku secara bertanggung jawab merupakan sebuah tanda seseorang adalah seorang literate person.
Meskipun cukup kompleks, namun mendampingi seorang anak untuk menjadi pribadi yang literate bukanlah hal yang tidak mungkin. Dikutip dari artikel berjudul The Power of Song: How Singing Benefits Early Childhood Development yang dipublikasikan pada tahun 2020, ada 5 cara untuk mendukung perkembangan literasi anak seperti berikut ini:
1. Talk
Bercakap-cakap dengan anak dapat dilakukan bahkan dapat dilakukan sebelum anak lahir. Sejak dalam kandungan, ibu dan ayah bisa mulai melibatkan si kecil dalam percakapan.
Ketika si kecil lahir, orang tua dapat mendeskripsikan dan menarasikan sesuatu yang terjadi di sekitar anak. Lima tahun pertama dalam hidupnya, otak berkembang sangat pesat. Banyaknya exposure terhadap sesuatu akan bermanfaat baik baginya.
BACA JUGA: 6 Tips Membantu Anak Lancar Berbicara, Wajib Dipahami Orang Tua!
Anak yang lebih besar, usia 2 tahun ke atas mulai dapat diajak berdiskusi yang melibatkan nalarnya. Sebuah contoh ketika anak tidak mau memotong kuku yang panjang, kita sangat bisa menggunakan nalar bahwa kuku yang panjang dan kotor bisa menjadi sarang kuman penyakit, alih-alih memberikan ancaman sesat kalau tidak mau potong kuku ditangkap polisi.
Niscaya perlahan-lahan anak akan mengerti akibat dari sesuatu hal dan mau melakukan sesuatu secara ikhlas karena paham, bukan melakukan sesuatu karena terpaksa atau takut.
2. Sing
Sama halnya dengan bercakap-cakap dengan anak, bernyanyi bersama anak dapat dilakukan sedari masih dalam kandungan. Anak akan mendapat exposure bahasa yang diulang-ulang dalam lagu bernada. Beberapa anak dengan ibu yang terbiasa bersenandung bersama dengan anak mampu berbicara lebih cepat.
3. Read
Membaca jangan diartikan secara harfiah betul-betul membaca dengan seksama. Sesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Anak di bawah 2 tahun masih cenderung merobek dan meremas buku atau gambar yang mereka anggap menarik, maka pilihkanlah buku dengan lembar yang tebal.
Di atas 2 tahun anak sudah mulai bisa membalik halaman sendiri dengan kertas biasa bukan yang terlalu tebal. Perkenalkan gambar dulu. Bisa diawali dengan pengenalan warna atau pengenalan nama bendanya.
Ketika anak sudah mulai tertarik, kita dapat memancing anak untuk konsep suasana dalam gambar. Kegiatan apa saja yang terjadi di dalamnya dan kira-kira apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi lebih ke berdiskusi dengan anak.
Tahap selanjutnya ketika anak sudah mulai kritis, dapat dilanjutkan dengan membacakan tulisan alur cerita yang biasanya ada pada halaman buku tersebut sembari menunjukkan kata yang dibaca.
Secara tidak langsung, anak akan merekognisi bentuk-bentuk huruf dan bagaimana susunannya untuk membentuk sebuah kata dengan tidak sengaja dan tanpa dipaksa.
Usahakan untuk membuat kegiatan-kegiatan ini menyenangkan dan tanpa paksaan. Ada kalanya anak enggan untuk menyentuh buku. Tidak mengapa, coba lagi lain waktu dan jangan lupa untuk memberikan contoh bagi mereka.
Orang tua yang membaca di depan anak akan cenderung ditiru juga, tapi kalau kita sendiri tidak pernah memegang buku maka jangan berharap anak akan langsung mau.
BACA JUGA: 8 Manfaat Dongeng untuk Anak, Yuk Ajak Mereka Mengenal Literasi
4. Write
Menulis dapat dimulai dari usia di bawah 1 tahun, tentunya dengan media yang disesuaikan. Menulis tidak melulu soal huruf dan angka, mewarnai dan melukis juga akan meningkatkan motorik halus anak untuk persiapan menulis di kemudian hari.
Ketika anak sudah bisa duduk, coba ajak anak untuk bermain warna dengan bahan di sekitar. Buah naga, kunyit, dan wortel bisa menjadi alternatif karena ketika tidak sengaja termakan oleh anak tetap aman. Haluskan semua bahan di atas (campur dengan air bila perlu). Berikan secarik kertas atau kardus sebagai media melukis. Gunakan tangan untuk melukis.
Untuk anak yang lebih besar dan mulai bisa menggenggam, bisa menggunakan pelepah pisang atau daun dengan tulang daun berbentuk tegas. Pewarna makanan dapat digunakan sebagai pewarna. Biarkan anak berimajinasi.
Ketika anak sudah dapat memegang pensil, gunakan pensil warna atau krayon. Ajari mereka bentuk-bentuk sederhana seperti garis, lingkaran, dan bentuk lekuk atau zig-zag. Jangan memaksa anak untuk membuat bentuk dengan sempurna.
BACA JUGA: 5 Topik Dasar Pembicaraan Orang Tua kepada Anak
5. Play
Bermainlah dengan anak dan berusahalah untuk menjadi seperti anak-anak. Memang akan sulit pada awalnya, bahkan beberapa orang tua kadang cenderung mengatur. Tidak mengapa, coba dan coba lagi. Arahkan anak manakala diperlukan, biarkan mereka bereksplorasi dan berimajinasi.
Role play menjadi pilihan bermain yang tanpa batas. Gunakan benda-benda di sekitar atau gunakan set mainan (kalau ada). Anak dapat bermain peran menjadi koki, pemadam kebakaran, bahkan menjadi florist. Ajak anak bercakap-cakap. Tanggapi setiap celotehan anak.
Untuk anak yang belum dapat atau belum lancar berbicara mungkin akan agak sulit bagi orang tua untuk mencoba masuk dalam dunia anak, namun bukan berarti tidak mungkin.
Cobalah untuk mengungkapkan segala hal yang dilakukan oleh anak atau benda-benda yang dimainkan oleh anak dalam kata atau narasi. Anak akan belajar dengan gembira.
Beberapa anak mungkin akan menirukan huruf vokalnya saja, sebagian lain mungkin lebih suka mengulang suku kata terakhir. Bersabarlah, lambat laun anak akan semakin mahir berbicara, bahkan mungkin menjadi sulit untuk diam.
Selain 5 cara di atas ada kalanya anak akan belajar secara insidental. Misalnya ketika membantu di dapur, bisa saja ia akan menanyakan mengapa kita harus mencuci tangan, mengapa sayur dan buah harus dicuci terlebih dahulu, dan hal-hal lainnya.
Teruslah terbuka dengan hal baru. Jelaskan pada anak alasannya dengan bahasa yang sederhana, jangan memberikan jawaban yang asal membuat anak diam namun kurang tepat.
Tahun-tahun awal kehidupannya amatlah penting karena kemampuan belajarnya diibaratkan layaknya spons yang mampu menyerap air dalam jumlah banyak. Orang tua harus mau belajar dan memfasilitasi tahapan belajar anak.
Tidak perlu cara yang menghabiskan banyak dana, bahkan dengan cara yang mudah dan murah seperti di atas, kita dapat mendampingi anak balita untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.