Perkembangan anak memang tidak bisa disamakan. Salah satunya adalah kemampuan anak dalam berbicara. Banyak orang tua yang ingin anaknya lekas pandai bicara. Padahal, bagaimana anak bertumbuh adalah bagaimana orang tua menumbuhkannya.
Tidak bisa dipungkiri bahwa peran orang tua dalam pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi salah satu pondasi yang sangat penting dan dibutuhkan. Maka dari itu, sebagai orang tua selayaknya kita bisa memberikan dukungan yang maksimal terhadap perkembangan anak. Bagaimana caranya? Simak tips berikut ini untuk memaksimalkan peran dan dukungan orang tua terhadap kemampuan anak berbicara.
1. Bonding sejak dalam kandungan
Anak yang sudah terbiasa diajak berbicara sejak dalam kandungan, sudah terbiasa mengenal kata-kata. Maka dari itu, ketika dia lahir di dunia, dia tidak merasa asing dengan bahasa yang orang tua maupun lingkungannya gunakan. Hal itu akan membuatnya lebih mudah untuk meniru apa yang orang tuanya ucapkan.
Maka dari itu, jangan lewatkan mengajak anak berbicara meskipun anak masih dalam kandungan. Selain itu jaga pembicaraan kita dengan kalimat-kalimat yang baik, agar anak terbiasa mendengarkan hal yang baik.
Lakukan hal itu sampai anak lahir, dan biasakanlah mengajak anak berbicara. Buat interaksi se dekat mungkin dengan anak, dan biarkan anak suka dengan apapun yang kita ceritakan.
2. Baca buku
Membaca buku menjadi salah satu aktivitas menarik yang membuat anak mengenal ragam kata-kata baru. Hal itu sangat penting karena dengan begitu anak akan menambah kosa kata bahasa yang dimilikinya.
Selain itu, membaca buku anak seringkali disertai dengan gambar ilustrasi yang menarik. Hal itu membuat anak tidak bosan dengan bukunya.
Di zaman sekarang, minim sekali orang tua yang menanamkan cinta buku kepada anak. Banyak orang tua yang membiarkan anak menyukai gawai ketimbang buku. Padahal peran buku sangat baik untuk pendidikan dan masa depan anak.
Anak yang suka membaca buku biasanya akan tumbuh menjadi anak yang kritis dan cerdas. Buku adalah jendela dunia, dengan buku anak bisa mengerti banyak hal.
3. Perhatikan intonasi berbicara
Ketika berbicara kepada anak, pahamilah dan perhatikan intonasi dengan tepat. Berbicara terlalu cepat, bisa membuat anak merasa rumit dan tidak memahami apa yang orang tuanya sampaikan.
Berbicara dengan terlalu lantang, bisa membuat anak merasa sedih karena orang tuanya terkesan sedang marah dan membentak.
Berbicara terlalu lambat membuat anak bosan dan malas memperhatikan. Jadi, kita harus menggunakan intonasi berbicara dengan jelas dan tepat sehingga anak fokus dan memahami apa yang kita sampaikan.
Dengan memahami apa yang kita sampaikan, anak akan lebih mudah untuk mengatakan apa yang dia inginkan. Selain memiliki kosakata dan intonasi berbicara yang baik, anak juga akan pandai mengekspresikan apa yang dia inginkan dan butuhkan.
4. Tingkatkan komunikasi
Ketika orang tua menyadari bahwa kemampuan berbicara anak sedikit lebih lambat dari teman seusianya, jangan terlebih dahulu marah kepada anak.
Tapi, lihatlah dan koreksi bagaimana komunikasi dan interaksi yang kita jalin dengan anak. Bagaimana intensitas kita berbicara kepada anak? Apakah jarang, kadang-kadang?
Komunikasi yang kurang antara orang tua dan anak akan membuat anak nyaman dengan berdiam diri, dengan dunianya sendiri. Maka dari itu, ketika orang tua merasa anak lebih lambat berbicara, maka orang tua harus meningkatkan komunikasi dengan anak. Ketika anak terbiasa selalu diajak berkomunikasi, maka lambat laun pembicaraan anak akan lancar.
5. Koreksi kata anak
Sebuah awal yang bagus ketika anak mau menirukan apa yang orang tuanya katakan, atau bahkan sudah mampu melafalkan beberapa kata sesuai fungsinya. Misalnya, anak sudah bisa menunjukkan ketika dia menginginkan, merasakan, ataupun menolak sesuatu, meskipun masih menggunakan bahasa yang terbata-bata.
Namun, akan lebih baik jika orang tua terus mengoreksi setiap kata anak yang tidak benar. Misalnya ketika anak mengatakan kata makan hanya kalimat ujungnya yaitu "kan". Meskipun orang tua memahami bahwa ketika anak mengatakan "kan" berarti anak ingin makan, namun tetap ajarkan anak untuk mengatakan makan dengan ma-kan. Sehingga anak akan terus memperbaiki kosa katanya dan tidak terjebak nyaman berkata dengan kata yang salah.
6. Jelaskan kepada anak tentang sekitar
Memberikan gambaran yang nyata antara kalimat dengan kondisi sekitar yang ada akan membuat anak memahami kondisi yang sedang dialaminya. Misalnya, "Rumah ini berantakan sekali, nak" akan membuat anak paham bahwa rumahnya berantakan.
Atau "jalan di depan sana berisik sekali ya, nak" akan membuat anak memahami apa itu bising. Ketika anak merasa terganggu dengan kebisingan, anak bisa menyampaikan itu karena belajar dari orang tuanya.
Hal itu akan membuat anak mampu menyusun beberapa kata untuk mengungkapkan kondisi yang sedang dialaminya.
Itu dia 6 tips mendampingi anak belajar berbicara. Semoga membantu, ya!