3 Derajat Orang yang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali

Hernawan | Rozi Rista Aga Zidna
3 Derajat Orang yang Berpuasa Menurut Imam Al-Ghazali
Ilustrasi Ramadan (Pixabay.com/Syaibatulhamdi)

Hari ini kita telah memasuki sepuluh hari kedua dari bulan Ramadan. Ibadah puasa telah kita jalani bersama sejak awal Ramadan hingga sekarang. Betapa beruntungnya kita jika menjalani ibadah puasa dengan lancar. Sebab, sungguh berlipat-lipat pahala bagi orang yang mengerjakan ibadah di bulan penuh berkah ini.

Puasa Ramadan diwajibkan kepada masing-masing orang Islam yang sudah baligh (cukup umur). Dengan ini, seorang muslim yang sudah cukup umur, namun tidak berpuasa berarti ia telah berbuat dosa kepada Allah, sebab tidak menaati perintah Allah dan enggan melaksanakan rukun Islam.

BACA JUGA: Apakah Onani Membatalkan Puasa? Ini Penjelasannya

Kita pun yang berpuasa, tidaklah sama derajatnya. Perlu kita ketahui, terdapat tiga derajat orang berpuasa menurut pendapat Imam Hujjatul Islam, yakni Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al-Ghazali atau yang lebih populer dengan panggilan Imam Al-Ghazali, sebagaimana dijelaskan di dalam Ihya Ulumiddin juz I halaman 235 fashlu shaum fi asrari as-shaumi wa syuruthihi al-bathinah

Artinya, “Ketahuilah bahwa puasa ada tiga tingkatan: puasa umum, puasa khusus, dan puasa paling khusus. Yang dimaksud puasa umum adalah menahan perut dan kemaluan dari memenuhi kebutuhan syahwat. Puasa khusus adalah menahan telinga, pendengaran, lidah, tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh dari perbuatan dosa. Sementara puasa paling khusus adalah menahan hati agar tidak mendekati kehinaan, memikirkan dunia, dan memikirkan selain Allah Swt. Untuk puasa yang ketiga ini (shaumu khususil khusus) disebut batal bila terlintas dalam hati pikiran selain Allah Swt dan hari akhir.”

Dengan ini dapat diketahui, tiga derajat atau tingkatan orang yang berpuasa:

1. Puasa Umum (Awam)

Puasa umum ini dapat diartikan sebagai puasa orang awam. Di mana orang yang berpuasa hanya menahan haus dan lapar sejak terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Namun, anggota badannya yang lain masih enak melakukan dosa. Seperti contoh, lisannya suka memfitnah, bergosip, berdusta, menyakiti hati sesama, dan lain sebagainya. Ia hanya tidak makan dan minum, tetapi tetap melakukan maksiat.

2. Puasa Khusus (Spesial)

Puasa khusus atau spesial ini merupakan puasanya orang-orang salih. Mereka tidak hanya puasa dengan menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan diri untuk melakukan maksiat. Sebab percuma saja berpuasa jika masih tetap melakukan dosa. Maka bagi kelompok ini, berbuat maksiat dapat membatalkan puasa.

3. Puasa Paling Khusus (Istimewa)

BACA JUGA: 3 Kegiatan Seru untuk Dilakukan di Hari Raya Bersama Keluarga, Anti Bosan!

Puasa paling khusus atau istimewa ini jarang sekali dimiliki kita dewasa ini. Hanya orang-orang tertentu yang bisa menerapkan puasa paling khusus ini. Puasa model ini hanya bisa dikerjakan oleh para nabi, shiddiqin, dan orang-orang yang betul sangat dekat kepada Allah Swt. Karena pada puasa tahapan ini, mereka tidak hanya menahan lapar dan haus serta menahan diri untuk tidak bermaksiat, namun mereka juga memfokuskan pikirannya untuk selalu berzikir atau mengingat Allah. Bagi golongan derajat ini, memikirkan selain Allah Swt dan memikirkan hal duniawi dapat merusak puasa, bahkan bisa membatalkan puasa.

Dari tiga tingkatan ini, tentunya kita tahu di mana posisi derajat puasa kita. Namun, kita tidak bosan untuk terus berusaha dan berdoa semoga puasa kita semakin hari akan bertambah semakin baik.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak