Simak 6 Pemahaman tentang Parenting yang Sering Salah Kaprah, Segera Benahi

Candra Kartiko | Wahyu Astungkara
Simak 6 Pemahaman tentang Parenting yang Sering Salah Kaprah, Segera Benahi
Ilustrasi bersama keluarga (Freepik/tirachardz)

Parenting atau pola asuh merupakan peran penting bagi orang tua dalam membimbing dan mendidik anak. Namun, terdapat beberapa pemahaman yang kerap keliru di kalangan masyarakat. Pemahaman tersebut bisa memengaruhi cara orang tua menemani tumbuh kembang anak.

Dear parent, yuk simak enam pemahaman yang sering kali keliru dalam praktik parenting seperti yang diulas oleh W.S Grolnick & R. M Ryan dalam Jurnal Pendidikan Psikologi, "Parent styles associated with children's self-regulation and competence in school". 

BACA JUGA: 6 Cara Menerapkan Bahasa Tubuh yang Baik agar Tampil lebih Percaya Diri

1. Anak harus mematuhi perintah 

Salah satu pemahaman yang keliru adalah menganggap bahwa anak harus selalu tunduk pada perintah orang tua tanpa bertanya atau berdiskusi. Sebagai gantinya, pola asuh yang efektif adalah mendorong komunikasi terbuka antara orang tua dan anak, memberikan kesempatan bagi anak untuk menyampaikan pendapat, dan membangun keterampilan pengambilan keputusan yang baik.

2. Harus punya hobi atau bakat sama

Pemahaman yang salah ini menyebabkan orang tua sering kali memaksa anak agar memiliki minat atau bakat yang serupa dengan orangtuanya. Tahukah anda, setiap anak memiliki minat dan potensi unik. Penting bagi orang tua untuk mendukung dan menghargai minat yang berbeda-beda serta membantu anak mengeksplorasi beragam aktivitas yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.

BACA JUGA: 4 Cara Mengatasi Rekan Kerja yang Suka Seenaknya Sendiri

3. Pujian berlebihan meningkatkan percaya diri

Meskipun memberikan pujian merupakan hal positif agar anak percaya diri, namun pujian yang berlebihan atau tidak realistis bisa berdampak negatif. Sebagai gantinya orang tua bisa memberikan pujian yang spesifik, jujur, dan berdasarkan prestasi yang nyata, sehingga anak dapat mengembangkan penilaian diri yang seimbang.

4. Menghindari konflik tanda keberhasilan 

Pemahaman ini sering kali membuat orang tua menghindari konflik dengan anak, berpikir bahwa hal itu menandakan keberhasilan dalam mendidik. Namun, konflik adalah bagian dari hubungan alamiah orang tua dan anak. Maksudnya adalah orang tua perlu mengajarkan anak cara menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat, sehingga mempelajari keterampilan mengelola konflik.

5. Hadiah atau materi adalah kasih sayang

Pemahaman ini seringkali mengaitkan kasih sayang dengan hadiah atau materi. Namun, kasih sayang yang sejati terletak pada kualitas waktu, perhatian, dan dukungan emosional yang diberikan kepada anak. Interaksi positif, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan membangun hubungan emosional yang kuat adalah elemen penting dalam mendukung perkembangan anak.

BACA JUGA: 4 Hal Penting Perlu Dimiliki agar Pandai Mengatasi Masalah Keuangan

6. Orang tua harus tahu segalanya 

Pemahaman terakhir yang keliru adalah anggapan bahwa orang tua harus selalu tahu segala hal tentang anak mereka. Sebenarnya, anak juga memiliki hak atas privasi dan ruang pribadi. Orang tua yang memaksakan diri agar tahu segalanya pasti mengganggu perkembangan anak dan menghambat pembentukan kepercayaan diri mereka. 

Jadi, pada prinsipnya orang tua juga wajib menyediakan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Namun, tetaplah terlibat dalam kehidupan anak dengan menjadi pendengar yang baik, membangun komunikasi yang terbuka, dan memberikan dukungan saat dibutuhkan.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak