Istilah prokrastinasi telah umum digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh berbagai kalangan masyarakat, dan istilah ini memiliki konotasi negatif karena merujuk pada perilaku individu yang cenderung menunda pekerjaan penting demi aktivitas lain yang jauh lebih menyenangkan.
Kebiasaan menunda-nunda ini tentu bukanlah hal yang baik, karena ketika kamu seharusnya bisa produktif untuk mengerjakan tugas, kamu justru memilih untuk rebahan dulu, atau scrolling media sosial dulu, atau mungkin menonton satu episode Drama Korea dulu, dengan alasan masih ada banyak waktu yang tersisa sebelum tenggat waktu atau deadline.
Selama ini, kebanyakan orang menganggap bahwa kegiatan menunda-nunda selalu berhubungan dengan bermalas-malasan. Namun, pada kenyataannya, tidak selalu seperti itu. Ada fenomena yang disebut sebagai productive procrastination, yang kadang bisa lebih berbahaya karena kita tidak sadar kalau kita lagi menunda-nunda.
Mengutip dari Psychology Today, productive procrastination adalah sebuah taktik penundaan yang terasa menyenangkan karena kita menjadi sibuk dengan hal lain yang kurang mendesak dan kurang penting dibandingkan dengan hal yang sedang kita hindari. Dengan kata lain, productive procrastination adalah cara kita untuk tidak terlalu merasa bersalah dalam meninggalkan pekerjaan yang seharusnya lebih didahulukan.
Singkatnya, productive procrastination keeps you running in place, not moving forward.
Sebagai contoh, kamu memiliki tugas essay yang harus dikumpulkan dalam dua hari, tetapi karena menurut kamu tugas itu sulit dan berat, kamu pun memilih untuk melakukan pekerjaan lain seperti mencuci piring, merapikan kamar, membersihkan kandang kucing, mengorganisir file-file di laptop, atau melakukan kegiatan 'produktif' lainnya yang sebenarnya hanya sebagai alasan untuk kamu menunda pekerjaan utama yang terasa sulit.
Productive procrastination juga tidak selalu berupa tugas-tugas kecil yang bisa langsung diselesaikan. Bisa juga seperti ketika kamu berkeinginan untuk menyelesaikan studi S1 dengan cepat, kamu justru memilih untuk mendaftar magang atau mengikuti pelatihan keterampilan daripada fokus pada bimbingan skripsi.
Productive procrastination membuat kita terlihat hard-working dan sibuk, padahal sebenarnya kita sedang mengabaikan tugas-tugas yang akan membawa kita mencapai tujuan. Maka dari itu, banyak orang-orang yang tidak menyadari bahwa mereka sedang terjebak dalam productive procrastination.
Orang yang menunda-nunda dengan rebahan, scrolling media sosial, atau menonton Netflix biasanya menyadari bahwa mereka sedang bermalas-malasan. Sebaliknya, orang yang melakukan productive procrastination akan merasa dirinya 'rajin', meskipun kenyataannya rajinnya itu tidak tepat sasaran.
Mengutip dari Solving Procrastination, productive procrastination dapat memberikan manfaat dalam beberapa situasi.
Manfaat pertama yaitu kamu jadi bisa melakukan aktivitas lain yang lebih berguna seperti mencuci piring kotor yang sudah menumpuk, daripada menunda-nundanya dengan rebahan atau scrolling media sosial. Manfaat lainnya yaitu kamu jadi termotivasi untuk melakukan aktivitas yang biasanya kamu hindari. Misalnya, kamu cenderung malas untuk merapikan kamar, namun kamu lebih memilih untuk melakukan itu daripada mengerjakan tugas utama yang sulit.
Meski berpotensi bermanfaat, namun productive procrastination tetap memberikan dampak yang kurang baik, terutama jika dilakukan dengan tidak tepat. Di antaranya yaitu:
1. Productive procrastination dapat menyebabkan terabaikannya tugas penting terlalu lama
Meskipun kamu merasa produktif saat melakukan aktivitas lain, misalnya seperti merapikan kamar dengan dalih agar bisa lebih fokus saat mengerjakan tugas, kenyataannya tugas penting tersebut menjadi terabaikan dan selesai lebih lama.
2. Productive procrastination dapat menyebabkan stres
Melakukan productive procrastination mungkin bisa membuat kamu merasa lebih tenang karena setidaknya masih terlihat sibuk, tapi pada akhirnya hal tersebut tetap dapat menyebabkan stres jika tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan selalu kamu tunda hingga mendekati deadline. Kamu jadi terburu-buru dan hasilnya pun tidak maksimal.
3. Productive procrastionation dapat menyebabkan rendahnya motivasi untuk menyelesaikan tugas prioritas
Kamu jadi merasa kurang termotivasi untuk mengalokasikan waktu dan usaha dalam menyelesaikan tugas yang seharusnya menjadi prioritas karena merasa telah melakukan aktivitas lain yang berguna.
Berikut adalah strategi untuk membantu kamu membebaskan diri dari jebakan productive procrastination ini, mengutip dari LifeHack.
1. Identifikasi tugas atau pekerjaan yang penting
Penting untuk kamu mengetahui dengan jelas tugas atau pekerjaan mana saja yang penting dan mendesak. Setelah itu, buatlah daftar tugas dan taruh di tempat yang terlihat agar kamu tidak lupa dengan tugas-tugas pentingnya.
2. Manfaatkan ‘power hours’
Setiap orang biasanya memiliki waktu-waktu tertentu ketika dirinya merasa paling berenergi, fokus, dan produktif. Nah, waktu inilah yang disebut sebagai ‘power hours’. Sebagai contoh, ketika kamu merasa paling produktif saat di pagi hari, maka upayakan untuk memanfaatkan waktu paling produktif itu untuk mengerjakan tugas-tugas penting yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
3. Block your schedule
Tidak masalah jika kamu merasa lebih produktif bukan di waktu pagi hari, yang terpenting adalah kamu bisa memberikan waktu terbaikmu untuk menyelesaikan tugas-tugas prioritas dan memblokir jadwal lain yang tak begitu penting (yang bisa dilakukan kapan saja). Kamu harus bisa berkomitmen untuk menyelesaikan tugas-tugas penting itu disaat kamu merasa paling produktif, ya!
Productive procrastination memang terasa menenangkan karena kita jadi terlihat sibuk, namun hal itu tidak akan membuat kemajuan. Jadi, jangan lupa untuk merefleksikan kesibukanmu, ya! Apakah memang benar-benar sibuk, atau hanya menghindari tugas yang lebih sulit saja?
Daripada menghindar, alangkah lebih baik jika kamu tetap menyelesaikan tugas penting yang terasa sulit itu sedikit demi sedikit. Karena, slow progress is better than no progress!