4 Alasan Kenapa Orang Indonesia Malas Membaca Buku di Tempat Umum

Hayuning Ratri Hapsari | Siti Halwah
4 Alasan Kenapa Orang Indonesia Malas Membaca Buku di Tempat Umum
Ilustrasi orang membaca buku di jalan (Pexels/Andrea Piacquadio)

Beberapa waktu lalu, sebuah video viral yang berisi orang-orang luar negeri sedang membaca buku di tempat umum, seperti di taman, halte, kereta, entah sambil duduk atau berdiri. Mereka tampak santai membaca buku di mana saja, tidak melulu harus di perpustakaan atau di rumah.

Namun, mengapa hal-hal seperti ini jarang atau bisa dibilang hampir sulit diterapkan di Indonesia? Apakah karena warga negara kita masih minim tentang pengetahuan literasinya?

Saya mencoba mencari tahu dan merangkum beberapa temuan saya yang sekiranya merupakan alasan-alasan mengapa orang-orang di Indonesia pada malas membaca buku di tempat-tempat umum.

1. Mendapat Berbagai Stigma

Diakui atau tidak, banyak sekali orang Indonesia suka mengurus sesuatu yang bukan urusannya. Mereka melihat orang lain beraktivitas dan merasa berhak untuk mengomentarinya. Salah satunya saat melihat orang lain sedang membaca buku.

Saat melihat orang sedang membaca buku, biasanya berbagai stigma akan muncul, salah satunya stigma pick me atau “anak pintar”. Padahal, kegiatan membaca buku itu hobi biasa, sama seperti hobi bermain musik, bermain bola, atau hobi-hobi lainnya.

Selain itu, beberapa orang juga judgemental dan bookshaming, khususnya pada selera bacaan orang lain. Orang-orang yang selera bacaannya hanya romance dan novel-novel picisan bakalan dianggap kurang berpengetahuan dari pada mereka yang suka membaca buku genre lainnya. 

Mereka yang membaca buku self improvement sering dianggap hanya membaca buku-buku sampah. Belum lagi orang-orang yang juga kena kritik hanya karena membaca buku-bukunya Yuval Noah Harari, Tere Liye, dan banyak lainnya.

2. Malas Menjadi Pusat Perhatian

Biasanya, orang-orang suka sekali memperhatikan orang lain yang sedang membaca buku di tempat umum seolah-olah hal tersebut adalah perbuatan aneh dan ilegal. Tidak sekali dua kali ada orang yang membaca buku di taman dan orang lain memperhatikannya dengan saksama.

Mungkin karena seringnya dilirik-lirik tadi, mulai timbul perasaan tidak nyaman dan merasa menjadi pusat perhatian. Hal tersebut tentu bukanlah pengalaman yang menyenangkan.

3. Tempatnya Tidak Kondusif

Sudah bukan menjadi rahasia umum lagi jika ruang terbuka hijau dan tempat piknik yang kondusif di Indonesia ini sangat terbatas, kondisinya juga kurang nyaman dan memadai. Entah itu berisik atau banyak tercium bau-bau yang tidak enak.

Trotoar dan halte juga bukanlah tempat yang nyaman untuk membaca buku. Selain polusi udara yang tinggi, sinar matahari yang terik, juga polusi suara dari berbagai kendaraan yang lewat, kondisi halte juga seringnya tidak memadai. 

Mulai dari kotor, banyak sampah, kadang juga berdebu. Trotoarnya yang sempit, tidak ramah untuk pejalan kaki dan banyak berlubang. Jika berjalan di sana sambil membaca buku, tentu bukanlah kegiatan yang aman dan rawan kecelakaan.

4. Tidak Ada Akses ke Buku

Membawa buku-buku dalam perjalanan tentu saja agak ribet, namun seringnya keinginan untuk mengisi waktu luang dengan membaca buku sangat tinggi. Jadi sudah seharusnya di berbagai spot tempat umum disediakan buku-buku gratis. Seperti di halte, taman, bahkan mungkin berbagai kafe.

Sedangkan di Indonesia, akses literasi masih sangat minim. Tidak ada kesadaran pemerintah untuk memperbaikinya. Perpustakaan-perpustakaan di daerah juga kondisinya memprihatinkan. Jadi, bagaimana ingin menciptakan generasi yang cinta literasi dan suka membaca buku di tempat umum, jika aksesnya saja terbatas?

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak