Dulu, menikah dianggap sebagai pencapaian hidup yang paling penting. Sekarang? Banyak anak muda yang lebih pusing memikirkan cicilan iPhone daripada cicilan rumah tangga.
Faktanya, studi menunjukkan kalau generasi muda kemungkinan besar memilih untuk tidak menikah. Jadi, kalau kamu masih sering ditanya “kapan nikah?” sama tante di kondangan, tenang saja, kamu tidak sendirian.
Berdasarkan studi dari Institute for Family Studies, diperkirakan sekitar 1 dari 3 pria dan wanita berusia 18-19 tahun tidak akan menikah sebelum mencapai usia 45 tahun. Angka pernikahan pun menurun tajam.
Sebagai contoh, hanya sekitar 60% laki-laki usia 35 tahun yang memilih untuk menikah, padahal pada tahun 1980, angkanya bisa mencapai 90%.
Artinya, tren ini bukan cuma soal “menunda” nikah, tapi ada juga yang memang memilih untuk tidak menikah sama sekali. Jadi, untuk anak muda saat ini, menikah sudah tidak lagi jadi tujuan hidup utama.
Bahkan, saking seriusnya tren ini, pemerintah di Korea Selatan sampai memberikan dana khusus untuk warganya yang mau mulai menjalin hubungan dan berumah tangga.
Sebenarnya, ada beberapa alasan mengapa tren ini jadi semakin kuat:
Prioritas Beda: Karier dan 'Self-Growth' Jadi Nomor Satu
Saat ini, rasanya ada banyak hal yang jauh lebih penting untuk didahulukan daripada cinta. Banyak anak muda yang lebih memilih untuk fokus pada pendidikan, karier, dan self-development. Bagi mereka, menikah bisa menunggu, tapi menjadi versi diri terbaik itu adalah nomor satu.
Laman Brides.com menjelaskan bahwa generasi muda punya pola pikir yang lebih individualistis. Pola pikir inilah yang membuat kebanyakan dari mereka memiliki tekad untuk mencapai tujuan pribadi, seperti financial freedom, sebelum berkomitmen seumur hidup dengan orang lain.
'Cukup Sampai di Aku': Beban Finansial yang Bikin Mikir Ulang
Mungkin kamu sering dengar kalimat, “kesulitan finansial orang tua, cukup sampai di aku.” Harga rumah yang terus naik, biaya hidup yang semakin tinggi, dan pendapatan yang seringkali tidak sebanding, membuat sebagian orang berpikir seribu kali sebelum menikah.
Mereka sadar bahwa pernikahan itu memerlukan banyak uang, dan hal ini bisa menjadi beban tambahan yang tidak ingin mereka wariskan ke anak-anak mereka kelak.
Udah Gak Dianggap Aneh Lagi: Tekanan Sosial yang Makin Kendor
Jika dulu orang yang tidak menikah di usia tertentu dianggap aneh atau bahkan "tidak laku", saat ini hal tersebut sudah tidak lagi menjadi aib. Orang-orang mulai memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri tanpa harus dihakimi oleh standar masyarakat.
Sisi Lainnya: Ada Risiko di Balik Pilihan Ini
Uniknya, fenomena ini punya dua sisi. Di satu sisi, kebebasan untuk memilih jalan hidup terasa lebih personal dan autentik. Tetapi, di sisi lain, terdapat risiko nyata seperti kesepian atau ketiadaan support system di usia tua.
Institute for Family Studies juga menekankan bahwa pernikahan memiliki peran penting dalam memberikan stabilitas, baik secara emosional maupun ekonomi.
Prediksi soal menurunnya angka pernikahan di kalangan anak muda bukan berarti generasi sekarang gagal soal cinta. Justru, fenomena ini menampilkan bahwa cara mereka melihat pernikahan dan prioritas hidup sudah sangat berbeda.
Jadi, kalau kamu ditanya “kapan nikah?” di kondangan, jawab saja dengan santai, “Bahagia dulu, nikah belakangan, atau tidak sama sekali pun tidak masalah.”
Penulis: Flovian Aiko