Berkain dan Kebaya: Fashion Tradisional yang Kembali Jadi Primadona

Hikmawan Firdaus | Rahmah Nabilah Susilo
Berkain dan Kebaya: Fashion Tradisional yang Kembali Jadi Primadona
Rania Yamin salah satu anak muda yang selalu berkain dan berkebaya (Instagram/@raniaayamin)

style="text-align: justify;">Di tengah arus globalisasi dan cepatnya perubahan tren fashion, gaya berkain dan berkebaya justru kembali mendapat tempat istimewa di hati anak muda Indonesia. Pakaian tradisional yang dulunya identik dengan acara adat atau dikenakan oleh generasi terdahulu, kini tampil sebagai pilihan fashion yang modis, elegan, dan penuh nilai budaya.

Fenomena ini turut dipopulerkan oleh media sosial, khususnya platform seperti Instagram dan TikTok. Di sana, anak muda memamerkan penampilan mereka dalam balutan kebaya dan kain dengan gaya yang lebih kasual dan kekinian. Lewat sentuhan kreatif, busana tradisional ini disulap menjadi outfit yang cocok untuk berbagai kesempatan, mulai dari hangout, acara semi-formal, hingga photoshoot dengan konsep modern.

Inspirasi dari Figur Publik dan Kreativitas Generasi Muda

Yura Yunita Tampil dengan Berkebaya dan Berkain (Instagram/@yurayunita)
Yura Yunita Tampil dengan Berkebaya dan Berkain (Instagram/@yurayunita)

Tren ini juga tidak lepas dari pengaruh sejumlah figur publik yang konsisten tampil dengan gaya tradisional, seperti Yura Yunita dan Fanny Soegi. Kedua musisi ini dikenal sering mengenakan kebaya dan kain tradisional, baik di atas panggung maupun dalam keseharian mereka.

Yura Yunita tampil anggun dalam kebaya brokat yang dipadukan dengan kain batik atau songket. Ia seringkali memodifikasi lilitan kain agar terlihat lebih modern namun tetap menjaga kesan klasik yang elegan. Penampilannya menjadi bukti bahwa kebaya tak hanya cocok untuk acara formal, tapi juga bisa dijadikan bagian dari fashion harian yang stylish.

Berbeda dengan Yura, Fanny Soegi memilih nuansa yang lebih lembut dan minimalis. Ia sering tampil dengan kebaya warna pastel dan kain bernuansa tenang, menciptakan kesan natural dan artistik. Gaya ini merepresentasikan kebaya sebagai bentuk ekspresi diri yang personal dan menyentuh sisi emosional anak muda.

Menariknya, kini tidak ada lagi batasan dalam mengenakan kebaya dan kain. Anak muda bebas memadukan kebaya kutu baru dengan sneakers, atau mengombinasikan kain lilit dengan atasan crop top. Gaya seperti ini membuktikan bahwa fashion tradisional bisa fleksibel dan tetap relevan di era modern.

Budaya dan Gaya Bisa Berjalan Bersama

Fanny Soegi Tampil Berkain dan Berkebaya (Instagram/@fannysoegi)
Fanny Soegi Tampil Berkain dan Berkebaya (Instagram/@fannysoegi)

Lebih dari sekadar tren, kembalinya kebaya dan kain sebagai pilihan fashion menunjukkan tumbuhnya kesadaran anak muda akan pentingnya merawat dan menghargai warisan budaya. Setiap helai kain batik atau tenun menyimpan cerita dan filosofi yang kaya, sementara kebaya merepresentasikan keanggunan dan kesopanan.

Dengan mengadopsi gaya ini, generasi muda tak hanya tampil fashionable, tapi juga menampilkan rasa bangga atas identitas budaya mereka. Mereka membuktikan bahwa menjaga tradisi bisa dilakukan dengan cara yang kreatif, modern, dan membanggakan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak