Pernah nggak sih, kamu terpikir kalau celana jeans atau hoodie yang kamu kenakan saat ini sebenarnya adalah hasil dari perjalanan fashion selama ribuan tahun? Mulai dari gaun megah di istana kerajaan, korset yang membentuk siluet tubuh, hingga busana yang hanya eksis di dunia digital. Dari sinilah kita bisa tahu bahwa fashion selalu berkembang mengikuti zaman.
Mode bukanlah sekadar tren yang datang dan pergi, namun juga cerminan dari peradaban manusia. Mul-ai dari kebutuhan dasar hingga ekspresi diri yang paling personal. Laman Fibre2Fashion menggambarkan perjalanan mode dari masa ke masa.
Zaman Kuno: Baju Sebagai Simbol 'Siapa Kamu'
Rupanya, perjalanan fashion sudah dimulai dari masa Mesir dan Yunani Kuno. Pada saat itu, pakaian dibuat bukan hanya untuk fungsi praktis, tetapi juga punya arti penting bagi masyarakat.
Bangsa Mesir, misalnya, menggunakan kain linen halus serta perhiasan emas untuk menandakan status sosial yang tinggi. Sedangkan bangsa Romawi memakai toga sebagai lambang kehormatan dan status kewarganegaraan. Semakin rumit potongan dan bahan yang digunakan, semakin tinggi pula kedudukan seseorang di masyarakat.
Renaisans dan Barok: Ketika Baju Jadi Karya Seni
Memasuki abad ke-14 hingga ke-17, mode berkembang menjadi sebuah bentuk seni yang megah. Pada era Renaisans dan Barok, fashion menampilkan pakaian dari bahan-bahan mewah seperti sutra, brokat, dan beludru, dengan potongan yang dramatis dan detail bordir yang sangat rumit.
Kaum bangsawan Eropa saling berlomba untuk menunjukkan kemewahan melalui busana mereka. Fashion tidak lagi hanya sekadar pelindung tubuh, tetapi sudah menjadi bentuk kebanggaan dan simbol budaya tinggi.
Revolusi Industri: Lahirnya 'Baju Siap Pakai'
Pada zaman Revolusi Industri, tren fashion berubah drastis. Masuknya teknologi mesin jahit dan produksi tekstil massal membuat pakaian jadi lebih cepat dan lebih murah untuk diproduksi. Dari sanalah muncul konsep pakaian ready-to-wear, yang membuka akses fashion bagi semua kalangan, bukan hanya kaum bangsawan.
Fashion pun mulai menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan bukan lagi tanda status sosial semata.
Abad ke-20: Pemberontakan Lewat Gaya
Kebebasan berekspresi melalui busana perlahan diperkenalkan pada abad ke-20. Desainer seperti Coco Chanel menciptakan busana yang praktis dan elegan, membebaskan perempuan dari siksaan korset. Sementara itu, Christian Dior menghidupkan kembali busana feminin melalui siluet New Look-nya.
Setelah itu, mulai muncul berbagai gerakan baru seperti gaya hippie, punk, dan streetwear. Masing-masing membawa pesan budaya dan semangat perlawanan terhadap arus utama. Fashion tidak lagi dikendalikan oleh rumah mode besar saja, tetapi juga oleh anak muda di jalanan yang memakainya.
Era Digital: Saat 'Catwalk' Pindah ke Layar HP
Era baru ini membawa keunikan tersendiri pada dunia fashion. Desain busana dapat dibuat melalui Computer-Aided Design (CAD) hingga dicetak dengan 3D printing. Media sosial mengubah total cara orang melihat dan memamerkan gaya pribadinya.
Tren tidak lagi hanya lahir dari catwalk di Paris, tetapi juga bisa lahir dari video 15 detik di TikTok dan Instagram. Bahkan, saat ini sudah muncul digital fashion, di mana busana hanya eksis di dunia maya. Ini adalah bukti bahwa kreativitas dalam fashion tidak lagi terbatas oleh kain dan benang.
Penulis: Flovian Aiko