Siapa pun Bisa Menjadi Pelaku dan Korban Body Shaming!

Tri Apriyani | Shafira Rahmani
Siapa pun Bisa Menjadi Pelaku dan Korban Body Shaming!
Ilustrasi tubuh wanita

Pernahkah kalian mendengar komentar tentang bentuk fisik seseorang? Misalnya, “muka lo aneh banget sih” atau “Ih lo gendut banget” baik secara langsung maupun di media sosial.

Perilaku mengomentari bentuk fisik orang lain tersebut adalah tindakan bullying yang sangat berpengaruh pada mental seseorang. Ucapan tersebut akan berdampak buruk pada korban yang mengakibatkan korban merasa tidak percaya diri dan berujung depresi hingga memicu melakukan percobaan bunuh diri.

"Body Shaming memiliki banyak perasaan-perasaan negatif pada diri kita, salah satu contohnya adalah perasaan tidak berharga. Perasaan negatif yang semakin lama semakin menumpuk ini akan membuat seseorang dapat mengalami depresi, dimana kehidupan dirasa sangat menyedihkan dan tidak ada orang lain yang mau menerima diri mereka apa adanya. Hal inilah yang seringkali membuat mereka ingin mengakhiri hidup agar tidak merasakan kesedihan yang berlarut-larut," ujar Dokter Amanda sebagai psikolog Halodoc.

Tidak dapat dipungkiri bahwa body shaming bisa terjadi pada siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Bahkan pelaku body shaming pun tidak memandang usia dimana body shaming sering kali dilakukan kepada anak usia remaja bahkan orang tua sekalipun.

Hal ini pernah terjadi pada penyanyi terkenal, Selena Gomez. Ia mengaku sempat mengalami body shaming dan tindakan tersebut sangat mempengaruhi kepercayaan dirinya.

"Saya mengidap lupus dan berurusan dengan banyak masalah kesehatan, saat itu lah saya mengalami body shaming karena fluktuasi berat badan untuk pertama kalinya," ungkap Selena saat menghadiri podcast Giving Back Generation milik Racquelle Stevens.

Beberapa fakta mengenai Body Shaming

Korban body shaming dari tahun ke tahun terus meningkat, ujaran kebencian yang di lontarkan pun semakin beragam. Mabes Polri mengungkap ada 966 kasus body shaming di seluruh Indonesia pada tahun 2018. Menurut survei Body Peace Resolution yang dilakukan oleh Yahoo ditemukan bahwa 94 persen remaja putri telah mengalami tindakan body shaming, sementara remaja putra hanya 64 persen.

Fakta mengejutkan lainnya adalah korban body shaming dapat melakukan hal yang sama kepada orang lain karena korban merasa tersakiti atas perlakuan body shaming yang mereka alami.

Tentu semua orang berhak beropini, tetapi apa yang kita ucapkan harus dapat di pertanggungjawabkan. Kita tidak boleh meremehkan kekurangan seseorang. Mulai sekarang kita harus hati-hati untuk berbicara, kita harus ingat apakah ucapan yang kita lontarkan pantas dan tidak menyakiti perasaan orang lain? We should think about this!

Nah, Tanpa kita sadari, kita bisa saja menjadi pelaku body shaming loh teman-teman. Yuk kita berhenti mengomentari bentuk fisik orang lain. Mulailah dari diri kita sendiri dengan belajar menghargai orang lain. And say no to #bodyshaming.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak