Saat ini, dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya sedang bersama-sama menghadapi revolusi industri 4.0. Revolusi industri 4.0 terdeteksi dengan jelas melalui kemajuan teknologi yang semakin pesat dibarengi dengan masyarakat yang semakin melek dengan segala pembaruan teknologi itu sendiri. Selain itu, berbagai perusahaan semakin gencar mengembangkan kecerdasan buatan pada aplikasinya untuk dapat menyediakan kebutuhan serta melindungi data para penggunanya.
Kaum milenial dituntut untuk bisa mengembangkan diri dan kompetensinya di era ini agar mampu bersaing. Persaingan yang ada kini bukan lagi sesama kaum milenial di regional masing-masing, melainkan sudah melewati batas provinsi bahkan batas negara. Kaum milenial perlu memiliki keunggulan kompetitif yang dapat diperoleh dan dikembangkan melalui media pembelajaran manapun, dan diasah dengan jenis praktik seperti apapun. Keunggulan kompetitif ini dapat menjadi bekal bagi masa depan.
Selain mengembangkan diri dan kompetensi, kaum milenial ada baiknya mulai menjajaki dunia investasi, mumpung masih muda. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi artinya penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Secara garis besar, investasi merupakan penanaman uang atau modal untuk dapat kita peroleh keuntungannya dikemudian hari dalam berbagai bentuk seperti bunga, bagian keuntungan, dividen, serta keuntungan dalam bentuk lainnya.
Mungkin sebagian kaum milenial masih merasa ragu dan bingung berinvestasi karena pendapatan yang “dirasa” sedikit, pengeluaran yang “dirasa” banyak, serta pengetahuan mengenai investasi yang “dirasa” masih minim. Saat ini kita bisa berinvestasi dengan modal yang seadanya dan pengetahuan berinvestasi bisa kita peroleh lewat media apapun lho.
Ada berbagai instrumen investasi yang bisa kita pilih sesuai dengan budget yang kita miliki. Nah, dibawah ini saya akan beri beberapa tips berinvestasi yang mudah dan aman bagi kaum milenial.
1. Hitung pendapatan dan pengeluaran bulanan
Lakukan perhitungan pendapatan dan pengeluaran bulanan secara rinci. Jika tidak rinci, cukup secara garis besar saja. Coba teliti bagian pengeluaran, mana yang merupakan kebutuhan pokok, kebutuhan tambahan, dan hal-hal lain yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk dikeluarkan atau dibeli.
Pangkas sebagian pengeluaran yang dirasa tidak perlu atau coba beri prioritas pada pengeluaran tambahan. Jangan terlalu dipangkas ya guys! Pemangkasan pengeluaran tertentu yang secara besar-besaran akan menyulitkan diri sendiri. Jangan lupa untuk menyenangkan diri sendiri ya! Tapi ingat, jangan boros, demi masa depan yang lebih baik.
2. Kenali jenis instrumen investasi yang ada, sesuaikan dengan budget
Ada beberapa instrumen investasi yang bisa kita pilih. Untuk investasi yang bermodal besar, bisa dengan membeli aset seperti tanah, rumah, atau apartemen. Investasi jenis ini bisa kok tidak sekali bayar alias nyicil dengan termin sekian sampai sekian tahun. Untuk investasi modal yang tidak terlalu besar, bisa memilih deposito, saham, reksadana, emas, maupun dengan surat hutang seperti sukuk.
Deposito biasanya memberi bunga atau bagian keuntungan yang lebih besar daripada tabungan, serta secara psikologis akan mencegah kita untuk boros karena deposito punya jadwal penarikan yang lama yang mencegah kita mengambil uang deposito. Bahkan sekarang beberapa bank menambahkan fungsi autodebet dari rekening biasa ke rekening deposito kita agar secara otomatis deposito bertambah besarannya tiap bulan meski deposit awal kita tidak terlalu besar.
Selain deposito, ada juga investasi dalam bentuk saham dan reksadana yang dapat diperoleh dengan mudah dan dengan modal yang tidak terlalu besar. Kunjungi perusahaan sekuritas terdekat dan tanyakan mengenai kedua investasi ini. Saya pribadi awal sekali berinvestasi di reksadana bermodalkan uang Rp500.000 di tahun 2017 akhir, sampai sekarang. Harga saham per lembar juga beragam, ada yang Rp500-an, hingga Rp70.000-an tergantung perusahaannya.
Minimal pembelian saham adalah 1 lot atau 100 lembar. Misal kita beli saham seharga Rp500 perlembar, kita beli 1 lot saja, berarti uang yang kita keluarkan hanya Rp50.000! Hebat bukan. Jangan lupa tentukan keuntungan seperti apa yang ingin kita peroleh dari instrumen investasi yang ada, dan dalam jangka waktu seberapa lama investasi tersebut akan di-hold.
3. Berinvestasilah pada perusahaan terdaftar di otoritas pemerintah
Untuk mengetahui aman dan tidaknya perusahan sekuritas (untuk investasi saham dan reksadana) adalah dengan mengecek perusahaan tersebut apakah sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau belum. Jika investasi yang dipilih adalah deposito, pilihlah bank-bank bonafide dan terdaftar.
Untuk membeli emas, kita bisa membeli emas di pegadaian atau di antam itu sendiri. Pun ketika membeli aset seperti tanah, bangunan, bahkan apartemen. Pastikan kembali aset tersebut dibeli dari pihak-pihak sah dan statusnya adalah free and clear alias tidak ada gugatan hukum.
4. Mulailah bergabung dengan grup atau perkumpulan investasi tertentu
Biasanya perusahaan sekuritas memberi dan update informasi lewat bulletin bulanan, webinar, seminar, maupun berita melalui aplikasi. Ada baiknya kita coba mencari grup lain atau masuk ke perkumpulan investasi tertentu. Cari dimana? Coba tanya pada teman yang sama-sama berinvestasi pada instrumen yang sama, atau coba cari di google dengan keyword tertentu. Misalnya grup “grup telegram saham”, “grup cuan”, dan grup lainnya.
Saat memasuki grup tersebut, selain menambah wawasan karena banyaknya diskusi di dalam grup, juga menambah kawan dan pengetahuan mengenai istilah-istilah tertentu misalnya cuan, saham gorengan, saham overpriced, saham underpriced, dan lain-lain.
5. Jangan kalap dan jangan gelap mata! Coba teliti kembali agar tidak mudah tertipu
Nah, ini adalah penyakit yang biasanya sangat sering menjangkit investor pemula, seperti saya dulu. Saat membeli saham, saya kalap sekali sampai berapa juta saya keluarkan untuk membeli saham X. Tidak disangka, timing saya kurang tepat saat membeli karena usut punya usut, harga saham saat saya membeli adalah harga tertingginya dalam satu tahun.
Saya lupa ada mekanisme pasar yang mempengaruhi harga saham pada komoditas tersebut. Alhasil, nilai saham saya beberapa bulan kemudian turun, meski tidak drastis. Namun karena saya adalah tipe investor moderat yang memang punya saham bukan untu trading alias betul-betul investasi jangka panjang, saya pertahankan karena nilainya masih saya rasa belum uderpriced. Toh saya juga memperoleh dividen yang lumayan untuk menutupi penurunan nilai saham tersebut.
Tidak ada ruginya mulai berinvestasi, apapun bentuknya dan seberapa besar pun modal yang kita punya. Pelajari dengan baik setiap kelebihan dan kekurangan pilihan instrumen investasi yang ada, pastikan sejalan dengan tujuan kita dan aman. Jangan mau masuk ke investasi yang menjanjikan keuntungan sangat besar, 30% misalnya, dalam waktu yang sangat singkat. Masukilah perusahaan yang aman dan terdaftar dijamin oleh pemerintah. Yuk, cerdas dan aman berinvestasi
Oleh: Fitri Noor Hidayah / Mahasiswa D4 Akuntansi Alih Program PKN STAN
E-mail: [email protected]