Kemarin, kita baru saja merayakan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Upacara bendera di Istana Negara tetap dilaksanakan di masa pandemi dengan memperhatikan protokol pencegahan covid. Lomba-lomba yang biasanya diadakan untuk memeriahkan acara kemerdekaan dibatalkan karena mengingat larangan pengumpulan massa di satu tempat akibat virus corona. Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat rakyat Indonesia untuk memeriahkan kemerdekaan.
Rakyat tetap antusias untuk memeriahkan acara kemerdekaan dengan cara berpartisipasi dalam mengikuti berbagai lomba-lomba virtual yang dapat mereka lakukan secara online. Tidak hanya itu, untuk memperingati hari ulang tahun kemerdekaan kita yang ke-75 pemerintah menerbitkan uang baru pecahan senilai Rp75.000,00 yang hanya dicetak sebanyak 75 juta lembar. Masyarakat dapat melakukan penukaran uang mereka di bank-bank umum untuk mendapatkan uang baru tersebut.
Di samping itu, terdapat satu hal yang unik bagi perayaan kemerdekaan kita yang ke-75 ini yaitu ucapan selamat dari Kim Jong Un. Bagi anda yang tidak tahu, Kim Jong Un adalah pemimpin tertinggi republik demokratik rakyat korea atau yang lebih dikenal sebagai presiden dari negara Korea Utara.
Kim Jong Un memberikan ucapan selamat dengan memuji kemajuan negara Indonesia dalam mengembangkan ekonomi dan budaya nasional serta membangun masyarakat yang sejahtera di bawah kedaulatan, kemerdekaan, dan non-blok yang ditinggikan. Ucapannya tersebut diakhiri dengan keinginannya untuk tambah mempererat hubungan bilateral antara Korea Utara dengan Indonesia.
Ucapan tersebut merupakan ucapan spesial karena Kim Jong Un sebagai presiden Korea Utara tidak pernah memberikan ucapan seperti itu kepada negara-negara lain yang sedang merayakan hari kemerdekaannya. Apalagi, sosok karakter Kim Jong Un yang misterius dan jarang muncul dalam publik serta konfliknya dengan negara tetangganya korea selatan membuat mata dunia terus melihat negara korea utara seakan-akan sebagai sebuah ancaman.
Mulai dari berita pengembangan senjata nuklir, pelanggaran hak asasi manusia di negaranya sendiri, dan pemberian hukuman mati kepada anggota keluarganya membuatnya dicap sebagai pemimpin negara yang kejam dan tidak ada rasa belas kasihan. Bahkan, Forbes Magazine menempati Kim Jong Un di posisi ke-36 sebagai salah satu orang yang paling berkuasa di dunia.
Akan tetapi, jika kita melihat kembali sejarah antara hubungan Indonesia dengan Korea Utara akan masuk akal jika Kim Jong Un memberikan ucapan itu kepada kita. Hubungan antara Korea Utara dengan Indonesia terbentuk jauh di masa bapak proklamator kita Ir. Soekarno masih menjabat sebagai presiden republik Indonesia.
Presiden pertama Korea Utara, Kim Il Sung pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 1965. Presiden Kim Il Sung berteman dengan baik dengan Presiden Soekarno. Hubungan pertemanan itu terbentuk saat Presiden Kim Il Sung diajak Presiden Soekarno berkunjung ke Kebun Raya Bogor, di sana Presiden Kim Il Sung tertarik dengan bunga anggrek dari Makassar. Presiden Soekarno memiliki inisiatif untuk menamai bunga tersebut dengan nama kimilsungia dan menyebutnya sebagai simbol persahabatan abadi antar kedua negara.
Peristiwa itu menjadi tonggak lahirnya pertemanan antara Indonesia dan Korea Utara. Apalagi, pada saat itu Indonesia sudah keluar dari PBB disebabkan Malaysia yang sedang memiliki konflik dengan Indonesia ditetapkan sebagai anggota tidak tetap dewan keamanan PBB.
Hal tersebut membuat Presiden Soekarno menjadi tidak suka dengan negara-negara barat. Oleh karena itu, Soekarno ingin membuat blok baru dimana blok tersebut dapat menyaingi kekuatan blok Uni Soviet dan blok Amerika Serikat.
Nama blok yang dibentuk oleh Presiden Soekarno bernama NEFO (New Emerging Forces) dengan anggotanya adalah negara-negara yang berada di asia dan salah satu anggota negara yang bergabung dengan NEFO adalah Korea Utara.
Hubungan pertemanan berlanjut ketika cucu dari presiden Soekarno yaitu Megawati Soekarno Putri mengunjungi Korea Utara pada tahun 2002. Ketika itu Korea Utara dipimpin oleh anak dari Kim Il sung yaitu Kim Jong Il. Pertemuan bersejarah ini membawa kita kembali ke masa lalu ketika Presiden Soekarno bertemu dengan Presiden Kim Il Sung. Sampai saat ini Indonesia masih menjalin hubungan baik dengan Korea Utara. Walaupun terdapat beberapa pandangan yang berbeda, Indonesia masih mendorong negara Korea Utara untuk membuka diri terhadap negara-negara lain.
Namun, Indonesia harus berhati-hati dan tetap mengedepankan politik luar negeri kita yaitu politik luar negeri yang bebas dan aktif. Bebas yang berarti tidak memihak siapapun dan aktif untuk menjaga perdamaian dunia. Indonesia harus melihat sejarah yang terjadi kepada Uni Soviet pada masa perang dunia ke-2. Ketika itu Uni Soviet bersedia membantu Jerman untuk menginvasi Polandia dari dua arah.
Invasi tersebut berakhir dengan keberhasilan Jerman dan Rusia. Akan tetapi, Rusia akhirnya dikhianati oleh jerman yang ketika itu melancarkan Operasi Barbarossa. Operasi Barbarossa melibatkan lebih dari 3 juta tentara Nazi Jerman yang dilengkapi dengan 3.000 tank, 2.500 pesawat, dan 7.000 artileri bertujuan untuk menyerbu Uni Soviet. Operasi ini pun disebut sebagai operasi dengan kekuatan invasi paling kuat yang pernah tercatat dalam sejarah. Bahkan, operasi ini hampir berhasil mengambil seluruh wilayah Uni Soviet. Melihat hal tersebut perlu kehati-hatian bagi pemerintah kita dalam berdiplomatik dengan negara lain.
Sebaliknya, Indonesia tidak dapat hidup sendiri. Indonesia juga harus tetap berhubungan dengan negara-negara luar. Hubungan yang dibuat Indonesia dapat memberikan berbagai macam manfaat di bidang ekonomi, pendidikan, budaya, kesejahteraan sosial, politik internasional dan masih banyak lagi. Pertukaran pelajar, akulturasi budaya, kegiatan impor dan ekspor merupakan beberapa contoh dari manfaat tersebut.
Pertemanan Korea Utara dengan Indonesia adalah sebuah fakta. Akan tetapi, pemerintah Indonesia harus tetap menekankan kebijakan politik luar negeri kita dengan bersikap netral dan tidak memihak kepada negara-negara yang melakukan kerjasama dengan kita.
Kita ingin tetap menjaga kehormatan kita sebagai sebuah negara yang bebas dan memberikan perlakuan yang sama tanpa terkecual. Toh, kita tidak ingin urusan negara kita dicampuri oleh negara lain. Apalagi, menjadi negara kita menjadi boneka negara lain.
Rakyat juga jangan terlalu terobsesi dengan budaya negara lain. Terobsesi dengan budaya negara lain merupakan salah satu taktik sebuah negara dalam melaksanakan imperialisme budaya. Secara singkatnya, Imperiasme budaya negara-negara yang mendominasi media di dunia memaksa masyarakat dunia untuk mengikuti pandangan-pandangan negara tersebut yang secara perlahan akan menghancurkan budaya asli negara yang terpengaruh pandangan-pandangan negara itu. Oleh sebab itu, kita tidak punya alasan untuk emosi ketika budaya kita dicuri negara lain sedangkan kita saja membanggakan budaya negara lain.
Tulisan ini diakhiri dengan mengutip sebuah famous quotes Ir.Soekarno kepada Amerika Serikat yang pada saat itu menawarkan bantuan kepada Indonesia:
“Go To Hell With Your Aid!” –Soekarno.