Kegagalan Pemerintah dalam Mengatasi Krisis Afrika 1960

Tri Apriyani | Diana Rahmawati
Kegagalan Pemerintah dalam Mengatasi Krisis Afrika 1960

Kerja sama internasional bertujuan untuk meningkatkan ekonomi suatu negara. Afrika menjadi tempat yang strategis untuk pasar dagang dan investasi dengan umlah penduduk yang tinggi membuat pertumbuhan ekonomi naik secara signifikan dengan kemudahan ekspor berbagai negara Eropa dan Amerika. Potensi yang dimiliki Afrika untuk meningkatkan stabilitas ekonomi negara yang memiliki hubungan kerjasama dengan Afrika.

Kestabilan ekonomi di berbagai negara dinilai tidak dapat memenuhi kebutuhan khususnya bagi negara yang berkembang. Beberapa diantaranya memiliki penghasilan sedikit sehingga menyebabkan kurangnya akses air minum, pendidikan dan perawatan yang tidak memadai. Keadaan inilah yang memunculkan rasa khawatir khususnya bagi komunitas internasional yang menimbulkan simpati dari negara lainnya.

Dikutip dari artikel Bisnis.com berjudul “Berbisnis dengan Afrika, Kenapa Tidak?” oleh Amanda Kusumawardhani, Afrika yang saat ini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada tahun 2019 dengan 6 negara yang masuk 10 besar tidak lepas dari campur tangan negara lain untuk membangkitkan kembali perekonomian di Afrika yang sempat krisis.

Jepang memberikan kontribusi terhadap negara-negara berkembang seperti mengimpor lebih dari 90% sumber daya alam (minyak, gas alam dan bijih besi) dan 60% berupa makanan, sehingga dapat menambah pendapatan ekspor dan impor bagi kedua negara serta meningkatkan hubungan bilateral.

Krisis Afrika

Krisis yang terjadi di Afrika pada akhir 1970an disebut Tragedi Afrika. Harapan hidup yang ada di Afrika hanya mencapai 39 tahun dan 34% mengalami kurang gizi yang menyebabkan kematian bayi mencapai 107 per 1.000 kelahiran pada tahun 1999. Adanya krisis tersebut juga berdampak pada penduduk Afrika yang berusia 15 sampai 49 tahun dengan angka HIV/AIDS yang tinggi.

Penyebab dari kriris ini dilandaskan pada penguasa Afrika yang dinilai membuat kebijakan yang buruk dari kebijakan pemerintah yang tidak berhasil tersebut menyebabkan kerusakan pada pertanian yang tidak sejajar dengan meningkatnya output dan ekspor juga intervensi negara yang terlalu berlebihan.

Penyebab lainnya yaitu adanya kerusakan pada pembangunan jangka panjang yang tidak berhasil. Munculnya kebijakan secara legitimasi yang mempengaruhi ketahanan perdagangan dan produksi yang menyebabkan sumber daya manusia dan alam menjadi langka serta meningkatknya biaya sosial dan ekonomi yang ketergantungan dari Amerika Serikat.

Pertumbuhan populasi di Afrika yang terus bertambah menyebabkan pengangguran bagi pertumbuhan berkelanjutan dan juga menyebabkan adanya ancaman terorisme dan konflik bersenjata yang semakin meningkat tertutama di wilayah Sahel Afrika Barat hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan ekonomi.

Dalam memenuhi pertumbuhan ekonomi diperlukan pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif dengan meningkatkan keamann manusia, pertanian dan membangun infrastruktur. Dalam hal ini, JICA berperan penting dalam peningkatan kemanan manusia untuk dapat menciptakan stabilitas.

Strategi Jepang Membangun Ekonomi Afrika

Tokyo International Conference on African Development (TICAD) merupakan inisiatif Jepang yang dilaksanakan saat konferensi TICAD I yang diadakan di Tokyo pada Oktober 1993. TICAD menjadi salah satu tujuan utama Jepang untuk dapat mendukung pembangunan ekonomi di Afrika yang memiliki sumber daya alam melimpah seperti minyak, logam langka dan sumber daya alam lainnya menjadikan Jepang sebagai salah satu negara pendonor terbesar dan menjadikan Afrika sebagai prioritas. Namun hal tersebut tidak mendapat respon dari negara lain terkait dengan pembangunan di Afrika.

Pada konferensi TICAD IV yang diadakan pada 2008 dilatarbelakangi Afrika yang baru berkembang mengalami tingkat pertumbuhan 6%-7%. Dengan dihadiri lebih dari 3.000 peserta termasuk 41 presiden dan perdana menteri Afrika. Agenda yang dialakukan untuk mendukung pertumbuhan tersebut sebagai salah satu bentuk kerja sama pembangunan internasional diantaranya, mendorong pertumbuhan ekonomi, memastikan keamanan manusia dan mengatasi masalah lingkungan dan perubahan iklim.

Konferensi TICAD sendiri memberikan dampak positif bagi Afrika. Pada konferensi TICAD V diadakan pertemuan untuk mendukung pertumbuhan di Afrika. Tujuan diadakan TICAD V adalah membangun struktur ekonomi yang kuat dan berkelanjutan untuk mengurnagi ketergantungan pada produk primer, membangun masyarakat yang inklusif dan tangguh dengan sedikit kesetaraan, dan mencapai perdamaian dan stabilitas yang memberkan landasan untuk pertumbuhan.

Untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Afrika. Uni Afrika bergabung dengan pemerintah Jepang, PBB, Program Pembangunan PBB, Bank Dunia dan AUC.

Dalam memenuhi pertumbuhan ekonomi diperlukan pertumbuhan berkelanjutan dan inklusif dengan meningkatkan keamanan manusia, pertanian dan membangun infrastruktur.

ODA (Official Development Assistance) merupakan bantuan resmi yang dimiliki oleh Jepang yang di buat pasca Colombo Plan 1954. ODA bergerak dalam kerja sama bilateral dan multilateral yang dibantu oleh MOFA (Ministry of Fereign Affairs) dan JBIC (Japan Bank International Cooperation) dengan memberikan bantuan dana, transfer teknologi untuk pertumbuhan sosial dan ekonomi, bantuan penanggulangan bencana yang diberikan kepada negara berkembang. Bentuk dari ODA terdiri dari:

  1. LOAN AID merupakan bentuk kerja sama dengan membantu negara berkembang membangun infrastruktur ekonomi dan sosial serta menstabilkan perekonomian memlalui pemberian pinjaman berbunga rendah dan jangka panjang yang diberikan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC).
  2. GRANT AID merupakan bentuk kerja sama dengan memberikan bantuan finansial tanpa pembayaran kembali.
  3. Kerja sama Teknis merupakan bentuk bantuan pengembangan sumber daya manusia di negara berkembang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

JICA merupakan penyedia bantuan pembangunan bilateral Jepang dan bagian dari pemberi bantuan resmi Jepang untuk dapat menyalurkan ODA dalam bentuk kerja sama teknik, pinjaman ODA dan bantuan hibah. JICA sendiri memiliki beberapa visi, misi dan strategi untuk dapat membantu perekonomian negara berkembang, visi dari JICA adalah dengan pembangunan yang inklusif dan dinamis.

Dampak Kerja Sama Bilateral

Dalam pertumbuhan laju ekonomi, Afrika memiliki lahan pertanian sebagai salah satu kegiatan potensial untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonomi dengan 60% tenaga kerja disamping Africa sebagai pengimpor makanan. Adanya peningkatan dalam pertanian digunakan untuk mempertahankan ketahanan pangan dan lapangan kerja.

Afrika dan JICA telah berkerja sama pada tahun 2008 dengan AGRA (Alliance for a Green Revolution in Africa) untuk dapat menggandakan produksi beras. Adanya produksi beras membuat 23 negara ikut berpartisipasi dalam pengembangan ke dalam satu wadah bernama CARD (Coalition for African Rice Development).

Program yang dilakukan untuk dapat meningkatkan kualitas pangan di Afrika diantaranya dengan, pengenalsan hibrida baru, program produksi dataran rendah dan dataran tinggi, peningkatan sistem irigasi dan layanan penyuluhan, proyek percontohan dan pelatihan bagi petani dan pejabat lokal.

Selain mengatasi peningkatan bahan pangan, JICA juga melakukan upaya terhadap penyakit AIDS dan penyakit tidur (African trypanosomiasis) di Afrika. Dengan latar belakang Afrika yang memiliki 3.000 tanaman liar dimanfaatkan oleh beberapa peneliti dan ahli dari Gana dan Jepang untuk dapat menciptakan penyembuhan terbaru bagi penyakit HIV/AIDS dan penyakit tidur.

Program yang dijalankan oleh kedua negara sebagai bentuk kerja sama ini berada di Noguchi Memorial Institute for Medical Research (NMIMR) di Accra, Ghana ang telah diadakan sejak tahun 1979 untuk memperkuat hubungan bilateral. Potensi tanaman obat JICA mulai dilunculkan pada tahun 2010 yang melibatkan 50 peneliti medis dari NMIMR dan Center for Scientific Research into Plant Medicine (CSRPM) serta beberapa ahli dari Tokyo Medical dan Dental University dan Nagasaki International University.

Tujuan dari terbentuknya JICA selain meningkatkan sumber daya manusia juga meningkatan pendidikan di Africa dengan membantu meningkatkan pendidikan untuk guru, siswa dari sekolah dasar hingga universitas.

Cara yang dilakukan JICA untuk meningkatkan dengan pembentukan komite manajemen di 1.400 sekolah yang berada di tiga wilayah yang terdiri dari guru, administrator sekolah, orang tua, otoritas lokal dan perwakilan siswa yang diadakan pada tahun 2009. Dampak dari adanya kemajuan pendidikan ini menyebabkan kelulusan di Burkina Faso dan negara lain di Afrika mencapai 100%.

Ethiopia menjadi salah satu negara di Afrika yang memiliki pertumbuhan terkait dengan ekspor dan investasi, namun kegiatan tersebut berjalan sangat lambat dan kualitas yang dihasilkan rendah. JICA memberikan bantuan dengan memperkenalkan konsep Kaizen yang selama ini menjadi landansan dari Perdana Menteri Meles Zenawi untuk membantu proyek di Ethipia pada tahun 2009. Pada tahun 2011, dilakukan pembangunan kerangka kerja yang dilakukan sealam tiga tahun untuk dapat memperkuat sektor swasta, hal ini menyebabkan beridrinya EKI (Ethiopian Kaizen Institute) untuk membantu dalam proses ekspor maupun investasi.

Keadaan perbatasan Namanga antara Tanza dan Kenya memiliki infrastruktur yang tidak tertata sehingga menyebabkan salah satu gangguan yang ada di Afrika. Hal inilah yang membuat JICA bekerja sama dnegan otoritas lokal dan mitra seperti AfDB (African Development Bank) untuk meningkatkan infrastruktur di Afrika seperti jalan dan pelabuhan. Tujuan dari pembangunan ini agar memudahkan dalam meningkatan dan menata perkotaan agar lebih tertata.

Kestabilan konomi Afrika pada tahun 2008-2013 atas bantuan JICA menjadi lebih stabil sehingga dapat mengikuti laju pertumbuhan ekonomi negara lain. Konsentrasi Afrika dalam bidang ekonomi yaitu eksportir minyak .

Sumber:

  • Aderemi, Adewale. 2006. The African Crisis, Development Partherships and the African Diaspora Constructing the Synergies. Africa Insight, 36(1), 63¯ 67.
  • Arrighi, Giovanni. 2002. The African Crisis: World Systemic and Regional Aspects. New Left Review, 5¯ 36.
  • Africa: A Brighter Future. JICA (Japan International Cooperation Agency). (Online), (https://www.jica.go.jp), diakses 23 Oktober 2020.
  • Japan International Cooperation Agency. (Online), (https://www.jica.go.jp), diakses 22 Oktober 2020.
  • JICA Profil. (JICA) Japan International Cooperation Agency. (Online), (https://www.jica.go.jp), diakses 22 Oktober 2020.
  • Kusmawardhani, Amanda. 2020. Berbisnis dengan Afrika, Kenapa Tidak. (Online), (https://ekonomi.bisnis.com/read/20201118/12/1319594/berbisnis-dengan-afrika-kenapa-tidak), diakses 30 November 2020.
  • Nakamura, Takafusa. 1985. Economic Development of Modern Japan. Tokyo: MOFA.
  • Nishigaki, Akira., & Shimomura Yasutami. 1993. Kihatsu Enjo no Keizaigaku (Economic of Development Assistance). Tokyo: Yuhikaku.
  • Official Development Assistance from Japan to Indonesia. (Online), (www.id.emb-japan.go.jp), diakses 23 Oktober 2020.
  • The Birth of New JICA. (JICA) Japan International Cooperation Agency. (Online), (https://www.jica.go.jp), diakses 22 Oktober 2020.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak