Fenomena Hujan Es Kembali Melanda Sleman, Berikut Penjelasan BMKG

Tri Apriyani | Hayuning Ratri
Fenomena Hujan Es Kembali Melanda Sleman, Berikut Penjelasan BMKG
Butiran es mengguyur sejumlah titik di Kota Jogja, Rabu (3/3/2021). - (SuaraJogja.id/HO-dok warga Danurejan)

Fenomena hujan es sempat terjadi di Kapanewon Cangkringan dan Kapanewon Ngemplak hari Sabtu (27/02/2021) sore. Setelahnya, hari Selasa (02/03/2021) fenomena hujan es kembali melanda di wilayah Kabupaten Sleman tepatnya di Bangunkerto, Kapanewon Turi yang terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.

Hujan es sebesar bola kelereng ini berlangsung tidak lama dan tidak menimbulkan dampak yang berarti.

“Terjadi sekitar 5-10 menit saja. Tidak ada dampak yang ditimbulkan,” ujar Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman Makwan, Selasa (02/03/2021).

Sesaat sebelum terjadinya fenomena hujan es, dilaporkan bahwa sebagian kawasan barat daya lereng Merapi diterjang angin kencang. Hal ini mengakibatkan sejumlah pepohonan tumbang seperti terjadi di Dusun Bangunsari, Bangunkerto, Turi. Pepohonan tumbang juga melanda di Kopen, Lumbungrejo, Tempel.

“Ada pohon yang tumbang menutup akses jalan dan menimpa jaringan listrik. Atap rumah terbawa angin Lumbungrejo. Masih dilakukan pendataan,” ungkap Makwan.

Menurut pernyataan Kepala BMKG Stasiun Klimatologi DIY Reni Kraningtyas, hujan es adalah fenomena alam biasa yang dapat terjadi bersamaan dengan hujan lebat.

“Saat udara hangat, lembab, dan labil terjadi di permukaan bumi, maka pengaruh pemanasan bumi yang intensif akibat radiasi matahari akan mengangkat massa udara tersebut ke atas/atmosfer dan mengalami pendinginan,” kata Reni.

Kemudian, setelah adanya kondensasi dengan terbentuk titik-titik air yang terlihat sebagai awan Cumulonimbus dan adanya energi dorongan ke atas yang kuat ketika terjadi proses konveksi, maka puncak awan sangat tinggi hingga freezing level.

Freezing level ini terbentuk kristal-kristal es dengan ukuran yang cukup besar,” imbuhnya.

Ketika keadaan awal telah masak dan sudah tidak mampu menahan berat uap air, maka terjadi hujan lebat disertai dengan es.

“Es yang turun ini bergesekan dengan udara sehingga mencair dan ketika sampai permukaan tanah ukurannya lebih kecil,” terang Reni.

Lebih lanjut, fenomena hujan es ini masih berpotensi terjadi sampai berakhirnya masa pancaroba sekitar April mendatang. Oleh sebab itu, ia berharap agar masyarakat dapat meningkatkan kewaspadaannya terhadap potensi cuaca ekstrim seperti hujan lebat/es diseretai petir dan angin kencang/putting beliung.

“Selalu perhatikan perubahan cuaca dan update informasi cuaca dari BMKG DIY Stasiun Klimatologi Sleman,” pungkasnya.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak